NovelToon NovelToon
Rumah Tanpa Jendela

Rumah Tanpa Jendela

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Anak Yatim Piatu / Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Angst / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: definasyafa

"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.

"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.

Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

⋆˚𝜗 Dia cewek gue 𝜚˚⋆

Halaman Diningrat Internasional School terlihat begitu sepi saat ini, itu karena seluruh siswa-siswi tengah berada di kelas masing-masing untuk melakukan aktivitas belajarnya. Sementara Haikal, lelaki dengan balutan seragam atas yang sengaja dia keluarkan dengan dua kancing teratas yang tidak dia kancing kan, tak lupa kalung putih tanda persahabatan nya dengan Cakra yang menggantung bebas di lehernya.

Haikal berangkat dan tergesa-gesa, sesekali menggerutu sebab jarak antara kelas dan toilet yang lumayan jauh menurutnya.

"Anjirlah ini juga kenapa lagi toilet jadi jauh gini, dulu perasaan deket-deket aja deh." kakinya melangkah dengan cepat sebab dia tengah kebelet sekarang.

"Apa jangan-jangan tuh toilet bisa jalan sendiri ya."

Haikal terus menggerutu sambil menahan agar dia tidak membuang air kecilnya di salam celana. Apa kata orang nanti jika salah satu anggota inti Peaceable kencing di dalam celana sebab sudah tahan lagi, bisa-bisa dia akan di keluarkan dari anggota Peaceable nanti.

kaki Haikal memasuki toilet, setelah dirasa selesai dia kembali melangkah keluar bilik toilet itu berdiri tepat di depan cermin yang ada di dalam toilet. Jangan salah, bukan hanya perempuan yang setelah dari toilet dia akan bercermin nyatanya lelaki juga sama.

Haikal menyugarkan rambutnya ke belakang, "busett cakep banget gue, nggak salah sih kalau tuh cewek nggak jelas ngejar-ngejar gue mulu, hahahaa." jari-jemari nya terus menyisir rambut hitamnya ke belakang sambil tetap mengangumi ketampanannya. Ternyata memang benar dia begitu tampan, Haikal akui sekarang dia terlihat begitu tampan dan keren ternyata.

Haikal berjalan keluar toilet, hingga berada di lorong pandangannya tidak sengaja melihat seorang gadis yang tengah dihadang oleh seorang lelaki. Dengan cepat Haikal melangkah mendekat, ingin menolong gadis yang seperti tidak asing baginya.

"Widih ngapain nih." Haikal berdiri tepat di samping garis dengan bandana coksu nya itu, menatap santai dua kakak kelas di depannya.

Ella, gadis yang sempat menunduk itu seketika mendongak menatap Haikal yang berdiri di sampingnya. Seulas senyuman langsung terbit dari kedua sudut bibirnya, perasaan yang awalnya takut kini berubah menjadi jauh lebih tenang.

"Woy kal, dari mana lo? biasa nih lagi godain cewek cantik."

Lelaki dengan pakaian yang lebih berantakan dari Haikal, seragam atas yang tidak dikancing memperlihatkan kaos oblong hitamnya itu terkekeh singkat. Dia jelas kenal siapa Haikal, adik kelas yang menjadi anggota inti Peaceable, dirinya dan teman-temannya bahkan sangat tunduk jika dengan anggota Peaceable.

Haikal ikut terkekeh pelan, "nggak berubah-berubah ternyata lo."

Haikal menoleh sedikit menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah gadis itu sepenuhnya, kemudian dia kembali menatap lurus ke depan di mana dua siswa dari banyaknya tukang biang onar di sekolah ini berada.

"Ganggu cewek lain aja sana bro, dia cewek gue." ujarnya tenang, satu tangannya terangkat memeluk pundak Ella lembut.

Sementara Ella sedikit menegang sebab tangan Haikal yang tiba-tiba melingkar di pundaknya, ditambah lagi ucapan lelaki itu.

Apa Haikal bilang, dia adalah ceweknya?

Apa itu artinya Haikal sudah mulai membalas perasaannya?

Ella tak kuasa menahan senyumnya, bibir itu tertarik membentuk senyuman malu-malu bahkan kedua pipinya sudah memerah sekarang.

Dahi lelaki itu menyergit, sedikit tidak percaya dengan apa yang Haikal katakan. Semua murid jelas tau jika anggota inti Peaceable tidak ada yang tengah dekat dengan seorang perempuan, tapi ini kenapa Haikal mengatakan bahwa gadis mungil itu adalah ceweknya.

"Beneran lo kal, bukannya inti Peaceable nggak ada - "

"Bener lah ngapain gue bohong, lagian lo pernah liat gue ngerangkul bahu cewek sembarangan kayak gini nggak." potong Haikal cepat, dia menatap kakak kelasnya itu tenang agar lelaki itu mempercayai.

Haikal terpaksa berbicara seperti ini, karena jika tidak suatu hari nanti lelaki itu atau bahkan teman-teman sekelas lelaki itu yang terkenal suka menggodai perempuan akan menganggu gadis ini lagi.

Jaegar, lelaki itu terkekeh pelan, "nggak sih, kan lo bukan gue yang suka godain cewek sana-sini."

Haikal ikut terkekeh kecil, "tuh lo tau."

Pandangannya beralih ke gadis yang ada di rangkulannya, menatap gadis itu dalam. "ayok sayang, gue anter lo ke kelas."

Kedua pipi Ella memerah saat mendengar lelaki yang selama ini berusaha dia kejar itu memanggilnya sayang, jantungnya berdebar serta kedua sudut bibirnya berkedut ingin membentuk senyuman. Rasanya dia ingin sekali jungkir balik sekarang sangking senangnya.

Dia terus melangkah dengan Haikal yang setia merangkul pundaknya, sesekali Ella melirik-lirik kecil ke arah Haikal yang tetap menatap lurus ke depan. Bagaimana bisa wajah lelaki itu tetap datar, sementara dirinya semerah tomat dan badannya juga sudah mulai lemas sebab jarak mereka sedekat ini.

"Sana masuk!"

Haikal melepas rangkulannya pada pundak Ella, dagunya menunjuk di mana pintu kelas gadis itu berada. Ella yang awalnya menikmati wajah tampan Haikal pun sontak mengerjap, dia berdehem pelan untuk menghilangkan kegugupannya. Kepalanya menoleh di mana ternyata dia sudah berdiri di depan kelasnya. Kenapa bisa cepat ini, padahal dia masih ingin berlama-lama dengan kakak baiknya.

Ella kembali mendongak dengan senyuman tipis, "makasih kakak baik."

Haikal memutar bola matanya jengah, dia sedikit menunduk guna mendekatkan wajahnya dengan wajah Ella. "nama gue Haikal, mulai sekarang panggil nama gue dengan benar."

Haikal kembali menegakkan badannya, kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana bersiap untuk melangkah menjauh dari Ella yang sedari tadi senyam-senyum sendiri.

Ella secepat kilat menggenggam pergelangan tangan Haikal, menahan langkah kaki lelaki itu sebentar. "makasih kak Haikal sayang."

Ella terucap pelan sambil berusaha menahan senyumnya, kemudian dia dengan cepat melepas pergelangan tangan itu dan berlari masuk ke dalam kelasnya meninggalkan Haikal yang masih berdiri mematung dengan kedua mata yang melebar.

***

"Basuh sebagian kepala dulu, baru telinga chil."

Haikal sedikit terkekeh pelan saat melihat Devan yang lagi-lagi tertukar di tata cara wudhu antara membasuh sebagian kepala dan telinga. Bocah kecil itu terlihat kebingungan mengurutkan antara dua bagian tata cara wudhu dengan benar.

Devan mematikan keran air itu, menoleh menatap Haikal berdiri di sampingnya. "Devan bingung antara dua itu bang."

Haikal tersenyum tipis, lelaki itu mendekat menepuk kepala Devan pelan. "gapapa, kita coba sekali lagi."

Devan mengangguk semangat, dia berharap agar cepat menghafal tata cara berwudhu yang abangnya ajarkan. Sudah dua hari ini Haikal mengajarinya berwudhu shalat dan mengaji, tapi dia selalu kebingungan urutan antara membasuh sebagian kepala dan telinga.

Sementara itu untuk shalat kemarin dia kebingungan di bagian doa tahiyat akhir, hingga Haikal memberikannya buku panduan shalat. Devan sudah menghafalnya semalam, dan semoga nanti dia tidak melupakannya saat mempraktikkan di depan Haikal. Haikal juga tak lupa memberikan Devan sebuah iqro' kecil dan mengajarinya cara membaca huruf-huruf hijaiyah dengan begitu sabar. Dulu kedua orang tuanya tidak pernah mengajari Devan hal seperti ini, Haikal lah orang pertama yang mengenalkannya dengan agama.

"Abang bakal praktekkin sekali lagi caranya wudhu yang bener, Devan liat baik-baik dan di inget ya."

Haikal menunduk untuk menatap Devan yang mendongak dengan kedua mata yang mengerjap sebelum kepala bocah itu mengangguk lucu. Haikal terkekeh pelan dengan kepala yang menggeleng singkat. Entahlah jika bersama Devan dia akan sering terlihat tertawa pelan. Devan itu sumber kebahagiaannya, sebesar apapun masalah dalam hidup Haikal semua itu akan lenyap jika dia sudah bersama dengan Devan.

Haikal melepas jaket kulitnya, menyampirkan jaket kulit itu asal menyisakan kaos oblong hitam miliknya. Kemudian badan tegap itu sedikit membungkuk untuk mengangkat celana jeans nya hingga di atas lutut, kedua tangannya terangkat membaca doa sebelum berwudhu dengan sedikit kencang agar Deva dapat mendengarnya. Kemudian satu tangannya menyalakan keran dan segera berwudhu dengan gerakan pelan agar Devan melihat serta memahaminya dengan jelas.

"Gimana, udah hafal?" tanya Haikal saat dia sudah menyelesaikan wudhu nya jari-jemarinya menyugar rambut bagian depannya yang sudah besar itu ke belakang.

Devan mengangguk semangat, "iya bang, Devan udah hafal."

Haikal menunjuk keran di depan Devan mengunakan dagunya, "coba dulu chil, nanti kalo bener-bener faham abang kasih hadiah."

Senyum Devan merekah dengan semangat penuh dia mulai berdo'a sebelum wudhu seperti apa yang Haikal ajarkan padanya, setelahnya dia mulai berwudhu dengan pelan sambil berusaha kembali menghafal urutan demi urutan berwudhu yang benar.

Haikal tersenyum tipis saat melihat Devan yang sudah hafal dengan gerakan wudhu nya, ada perasaan bangga dalam dirinya saat adik kecilnya ini dapat mencapai keberhasilan.

"Good boy." Haikal menepuk pucuk kepala Devan pelan sebelum mematikan keran yang tadi Devan gunakan untuk berwudhu.

Devan tersenyum bangga, tidak menyangka dia berhasil menghafal ini semua atas bantuan dari abang nya. "Devan jadi dapet hadiah kan bang?"

Haikal terkekeh pelan sambil menyaut jaket yang dia sampaikan di depannya, "jadi, tapi kalo sholat sama ngajinya udah hafal, dah hafal belum?"

Haikal berjongkok mengangkat tubuh kecil itu untuk dia gendong menggunakan satu tangannya, sementara tangan satunya menenteng jaket kulit miliknya. Devan mengalungkan kedua tangannya di leher Haikal, raut wajahnya selalu terlihat begitu bahagia saat bersama dengan Haikal. Orang lain yang sudah dianggap sebagai abangnya, Haikal itu pahlawan Devan, rumah, keluarga serta orang tua yang saat ini Devan punya.

Kaki jenjang itu memasuki sebuah mushola kecil dengan seorang bocah kecil yang ada di gendongannya, Haikal menurunkan Devan saat mereka sudah berada di dalam mushola. Kedua tangan besar itu merapikan rambut basah Devan dengan telaten, kemudian dia berdiri dari jongkoknya berjalan melangkah mengambil satu sajadah untuk Devan gunakan praktek shalat nanti, menata sajadah itu tepat di depan Devan.

"Udah, baca niat sholat isya' kayak pas Devan sholat sama temen-temen panti tadi."

Devan mengangguk, "iya bang."

Bocah 6 tahun itu mulai membaca niat sholat sesuai yang Haikal perintahkan padanya, kemudian dia mulai melakukan gerakan-gerakan sholat serta doa-doanya sesuai dengan apa yang Haikal ajarkan kemarin padanya.

Haikal diam memperhatikan gerak-gerik Devan dengan seulas senyuman tipis yang tidak pernah luntur dari bibirnya, hingga Devan selesai melakukan shalat nya dan membalikkan badan sepenuhnya menghadap Haikal.

"masih ada yang salah nggak bang?"

Haikal terkekeh pelan kepalanya menggeleng, satu tangannya mendarat di surai rambut Devan. "good boy, ini baru bochil nya abang. Sekarang ngaji ya, di bawa kan iqro' nya."

Devan mengangguk merogoh saku bajunya mengambil iqro kecil yang semalam Haikal berikan padanya, "tadi pagi Devan baca lagi yang abang ajarin semalem dan sekarang Devan udah hafal loh bang."

"Oh ya?" tanya Devan antusias, dia menyilangkan kedua kakinya agar terlihat lebih nyaman.

"Sekarang coba baca sendiri, abang simak kalau bener-bener udah hafal kita lanjut di halaman selanjutnya."

Devan mengerjap, kemudian mengangguk semangat dia menunduk untuk mulai membaca iqro halaman pertamanya. Haikal tersenyum haru saat Devan begitu lancar membaca iqro halaman pertamanya. Permulaan yang sangat bagus, tidak masalah jika Devan terlambat mempelajari agama dari teman-teman seusianya, tapi Haikal berjanji akan membuat bocah itu pandai membaca Al-Qur'an.

"Congratulation boy, ini baru adik abang. sekarang kita lanjut halaman selanjutnya, pokoknya Devan harus belajar sampai bener-bener pinter. Setelah ini abang traktir sate ayam deket taman panti asuhan, hadiah untuk pencapaian Devan."

Mata Devan berbinar dengan kepala yang mengangguk semangat, kedua tangannya terangkat mengepal ke udara. "horeeee malem ini makan sate ayam bareng bang Haikal."

1
adara
lanjut kak semangat
adara
butuh Haikal di dunia nyata😔
adara
kmu harus bisa berhenti merokok haikal
adara
cie Haikal yg udh terang"an ngakuin Ella pacar🤭
adara
makasih Cakra udh bantu Haikal buat perjuangin ella
adara
makasih Cakra udh bantu Haikal buat perjuangin ella
adara
yeyy... selamat Ella akhirnya semua perjuangan kmu membuahkan hasil🥰🥰
adara
Masya Allah Haikal kmu baik banget
adara
sadis amat kal kata" nya🤧🤭
adara
sadis amat kal kata"nya🤧🤭
adara
ciee Haikal jantung nya aman kan🤭
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Lestari Setiasih
ceritanya bagus
adara
pdkt secara ugal ugalan bagus Ella perjuangkan🤭😂
adara
semangat terus cegilnya Haikal 🤭😂
adara
semangat Ella kmu pasti bisa meluluhkan hati Haikal🤭
adara
makasih kak udh up
definasyafa: maaf ya jarang double update skrng🙏
total 1 replies
adara
Haikal jangan terlalu cuek ya sama ella
miilieaa
penulisannya rapi kak /Drool//Drool//Drool//Drool/
miilieaa: the best sih ini, semangat berkarya kak/Heart/
definasyafa: Thank you sunny🌞🤍
total 2 replies
adara
semangat terus kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!