"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.
"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.
Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋆˚𝜗 Pacar Ella? 𝜚˚⋆
Kaki jenjang berbalut celana jeans sobek-sobek itu melangkah memasuki swalayan dengan gaya coll nya. Jaket kulit kebanggaan yang melekat di badan atletis nya itu menambah kadar ketampanan dari lelaki itu. Rambut yang sedikit acak-acakan sebab helm yang dia pakai tadi, bukannya membuat lelaki itu terlihat lusuh tapi justru malah membuat berkali-kali lipat lebih tampan.
Kaki jenjang itu terus melangkah hingga membawanya menuju dimana kasir berada. Satu tangannya dia masukkan kedalam saku celana jeans nya, sementara tangan satunya dia gunakan untuk menyaut satu bungkus rokok dan dia letakkan di atas meja kasir.
"Ini aja mas?" perempuan dengan tinggi 160cm itu bertanya dengan tatapan kekaguman ke arah Haikal. Tangannya meronta ingin sekali menggenggam erat tangan berurat lelaki di depannya, menyandarkan kepalanya di dada bidang lelaki itu sepertinya akan sangat nyaman.
Haikal berdehem singkat menjawab pertanyaan kasir itu, pandangannya tetap luruh kebawah dimana letak rokoknya berada.
Perempuan itu tersenyum manis, bahkan deheman lelaki tampan di depannya saja sudah membuatnya menggila. "emmm kak maaf, boleh nggak kalau saya minta nomernya, siapa tau kita bisa kenal lebih dekat nanti."
Setelah mengumpulkan keberanian, perempuan dengan rambut pirangnya itu mengatakan keinginannya dengan jantung yang berdegup kencang.
Haikal mendongakkan kepalanya menatap perempuan itu sekilas, "bisa cepat?"
Perempuan itu terkekeh pelan merasa gemas dengan raut wajah manis Haikal yang terlihat datar, "kita tukeran nomer dulu, kamu anggota geng motor terkenal itu kan?"
Haikal berdecak kesel, malam ini dia telah buru-buru dan menuju markas Peaceable untuk berkumpul dengan teman-temannya tapi berhubung rokok miliknya habis jadi Haikal lebih dulu singgah ke swalayan ini untuk kembali membeli rokok. Namun, kasir di depannya justru memperlambat Haikal untuk datang ke markas.
Haikal menatap kasir perempuan di depannya datar, baru hendak melontarkan jawaban untuk kasir itu seorang gadis dari arah belakang tiba-tiba memeluk lengan Haikal erat. Haikal yang terkejut hendak menyentak lengan kecil yang memeluk lengannya itu erat, tapi Haikal urungkan saat tahu siapa gadis yang dengan kurang ajarnya memeluk lengannya.
Ella, gadis yang beberapa hari ini selalu mengganggu hidup dan pikiran Haikal itu memeluk lengan kiri Haikal erat, kedua bola mata bulatnya menatap tajam kasir perempuan yang tengah menatapnya lekat.
"Jangan godain dia, dia punya Ella. Lagian kamu kan kerja di sini kenapa ganjen banget sama pembeli, mau Ella viralin kelakuan kamu itu biar pemilik swalayan ini tau dan pecat kamu." Ella menunjukkan layar ponselnya yang memperlihatkan hasil rekaman video yang sengaja dia ambil saat kasir perempuan itu berusaha menggoda Haikal.
Wajah kasir perempuan itu seketika pucat pasi bisa gawat hidupnya jika gadis dengan kepangan seperti bandana di depannya itu benar-benar melakukan apa yang dia katakan, selain dia akan dipecat nanti nama baiknya juga akan tercemar.
"Jangan mbak saya minta maaf, saya nggak tau kalo mas ini pacar mbaknya."
Kedua sudut bibir Ella tertarik dengan sempurna saat kasir itu mengatakan bahwa Haikal adalah pacarnya. Sebenarnya dia sangat malu sebab menjadi pusat perhatian sekarang, tapi dia lebih tidak rela saat kakak baiknya digoda oleh perempuan lain selain dirinya. Sementara Haikal sedari hanya diam dengan ekspresi wajah datar, sesekali dia juga melirik gadis di sampingnya yang saat ini hanya terbalut kaos oversize yang mampu menutupi celana jeans pendeknya yang panjangnya hanya di atas lutut.
"Ini mas, totalnya 35.000."
Haikal mengeluarkan uang berwarna biru dari saku celana jeans nya kemudian mengambil satu bungkus rokok serta kembaliannya dan melangkah keluar dengan gadis yang masih setia menggenggam erat lengannya. Hingga tepat berada di depan motornya, Haikal menoleh sedikit menunduk menatap gadis yang masih begitu nyaman memeluk lengannya.
"Lo mau gandeng lengan gue sampe kapan? Gue bukan nenek-nenek yang mau nyebrang."
Ella mendongak menatap Haikal dengan kekehan pelan yang terlihat begitu menggemaskan, "kakak baik lucu deh, kakak baik kan laki-laki kalo udah tua namanya kakek-kakek bukan nenek-nenek."
Haikal menghembuskan nafas pelan, itu hanya perumpamaan tapi kenapa gadis itu menganggap serius. Haikal mengalihkan tatapannya menatap kendaraan berlalu lalang yang ada di depannya.
"Terserah lo, buruan lepas gue buru-buru." Haikal berusaha melepas tangan gadis yang melingkar di lengannya dengan pelan, takut melukai gadis itu nanti jika dia kasar.
Ella menggerutu sebal namun tak ayal tangannya dengan perlahan dia lepaskan dari lengan kekar Haikal. Ella melangkah berdiri tepat di antara tengah-tengah antara Haikal dan motor lelaki itu mendongak menatap Haikal dengan bibir yang sedikit mengerucu.
"Kakak baik nggak mau bilang makasih, kan Ella udah nolongin kakak baik tadi."
Haikal menunduk menatap Ella dengan senyum yang sedikit terpaksa, "makasih."
Kriyukkkk
Ella sedikit terkejut dengan perutnya yang tidak dapat dia ajak kerjasama, begitupun Haikal yang menatap gadis di depannya dengan satu alis terangkat.
Ella menyengir, kedua tangan yang sontak memegang perutnya. "hehe Ella laper, kakak baik nggak mau beliin Ella makan kan Ella udah bantuin kakak baik tadi."
Sebenarnya tadi Ella hendak membeli mie instan untuk mengisi perutnya, sebab bi Inah yang tiba-tiba pulang kampung karena anaknya yang tengah sakit dan di dapur dia tidak dapat menemukan bahan masakan sedikitpun. Akhirnya Ella memutuskan untuk ke swalayan dekat rumahnya membeli mie instan, tapi dompetnya justru ketinggalan hingga membuatnya harus kembali pulang. Saat dia hendak keluar swalayan dia tidak sengaja melihat lelaki dengan jaket geng motor yang akhir-akhir ini sering dia lihat. Karena rasa penasarannya yang teramat besar Ella memutuskan untuk mendekat ke arah lelaki itu dan ternyata benar dugaannya bahwa lelaki itu adalah kakak baiknya.
"Lo nggak ikhlas ngelakuin tadi? Gue nggak minta, lo sendiri yang lakuin pakek pura-pura jadi cewek gue lagi." Haikal menatap Ella dengan kedua mata yang memincing.
Ucapan Haikal sontak membuat kepala gadis itu menggeleng cepat, "nggak kok Ella ikhlas, tapi Ella laper. Dompet Ella ketinggalan, nanti kalo pulang duku buat ambil dompet terus pas di tengah jalan Ella pingsan karena kelaparan gimana, kakak baik mau tangung jawab?"
Haikal menggeleng pelan,untuk apa tangung jawab itu kan bukan salahnya.
"Tuh kan kakak baik nggak mau tanggung jawab, kan? Jadi sekarang - "
"Naik!" Haikal memotong ucapan gadis itu cepat.
Haikal beranjak melewati Ella menaiki motornya, memakai helm full face miliknya dan bersiap untuk melajukan motor itu keluar area swalayan.
Ella masih diam menatap Haikal dengan kedua mata yang mengerjap, sedikit bingung dengan kalimat singkat yang Haikal lontarkan.
Haikal berdecak menatap gadis itu yang malah diam tidak beranjak dari pijakannya sedikitpun, "buruan atau gue tinggal lo."
Ella segera naik ke atas motor Haikal memeluk pinggang Haikal sebab takut jika dia jatuh nanti, sekalian ingin modus. Kapan lagi kan dia bisa di bonceng oleh lelaki baik dan tampan seperti kakak baiknya ini, itu sebabnya Ella harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.
Haikal menghembuskan nafas beratnya saat tangan gadis itu dengan kurang ajarnya memeluk nya. Tak mau semakin mengulurkan waktunya Haikal dengan cepat melajukan motornya membelah jalanan malam.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Haikal berdegup kencang saat berada di dekat gadis aneh ini, entah apa alasannya. Apa mungkin karena Haikal tidak pernah berdekatan dengan lawan jenis sebelumnya, atau karena penyebab lainnya?
"Murah banget gue, baru di peluk sama bochil ingusan nggak jelas kayak gini aja udah deg-degan."