NovelToon NovelToon
Dosenku Suamiku

Dosenku Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Nikahmuda / Romansa
Popularitas:5.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: Andreane

Jihan, harus memulai kehidupannya dari awal setelah calon kakak iparnya justru meminta untuk menggantikan sang kakak menikahinya.

Hingga berbulan-bulan kemudian, ketika dia memutuskan untuk menerima pernikahannya, pria di masa lalu justru hadir, menyeretnya ke dalam scandal baru yang membuat hidupnya kian berantakan.

Bahkan, ia nyaris kehilangan sang suami karena ulah dari orang-orang terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

"Kamu nggak siap-siap buat ke kampus?" Tanya mas Sagara berdiri di depan pintu kamar. Kedua tangannya ada di dalam saku celananya.

Aku yang tengah membereskan tempat tidur mendadak berdebar mendengar suaranya.

"Aku bolos hari ini"

"Kenapa?"

"Sudah telat" Jawabku sambil membetulkan sprei.

Bagaimana aku tega meninggalkan pria yang sedang sakit karena ulahku, apalagi jika teringat kata dokter untuk menjaganya. Nggak masalah kalau harus bolos sehari.

Tapi aku heran sebenarnya, sebab mas Sagara tak menyuruhku untuk melakukan pekerjaan ini dan itu seperti biasanya. Bahkan dia menolak untuk di buatkan makanan.

"Kamu berangkat saja, jam pertama adalah mata pelajaranku kan, nggak apa-apa kalau telat" Ucapnya melangkah menuju sofa yang ada di kamar lalu duduk.

Nah kan, ada yang aneh dengan sikap Mas Sagara. Dia berubah total, cuek, dan seperti sudah lelah menghadapiku.

"Sayangnya aku lagi nggak mood buat kuliah jadi lebih baik di rumah saja, biar sekalian bisa jagain mas"

"Nggak perlu, aku bisa jaga diri sendiri. Lagi pula sebentar lagi mama datang, ada mama yang akan menemaniku"

Aku menoleh pada pria yang duduk dengan fokus sepenuhnya ke layar ponsel. Sempat tak percaya kalau pria angkuh itu ternyata sudah mengadu perihal alerginya ke mamahnya.

"Mama mau datang?" Tanyaku mengernyitkan dahi.

"Ya"

"Mau ngapain?" Pertanyaan konyol sebenarnya.

"Mau main!"

Aku mencebik dalam hati.

"Apa mas mengadu kalau aku sudah buat mas seperti ini?" Tanyaku sedikit emosi.

"Kenapa selalu su'uzon?" Bukannya menjawab, mas Sagara malah bertanya balik. Dan ini hal yang paling tidak ku sukai.

"Aku minta mama kesini membawakan makanan, itu saja" tambahnya datar.

"Lalu, apa aku nggak bisa siapin makanan buat mas?"

"Kamu harus kuliah kan, pasti nggak sempat masak"

"Sudah ku bilang aku bolos hari ini"

"Ya kenapa harus bolos, bukankah kamu senang kalau ku bebaskan? Kamu bisa ketemu sama teman-teman kamu, pergi tanpa kabar, atau bebas ketemuan sama. Mantan pacar"

Aku menatapnya dengan sorot nanar.

"Apa maksud mas?"

"Nggak usah di besar-besarin, Ji. Kalau mama datang ya biarin saja, kalau kamu bolos, ya sudah, nggak perlu ribut begini"

"Ya mas yang buat suasana jadi ribut"

"Aku bikin ribut apa?" Mas Sagara yang sedari tadi bicara tanpa melihatku, kini menatapku tajam.

"Mas sengaja kan nyuruh mama datang buat bawain makanan, biar nama aku buruk di mata mama?"

"Su'uzon lagi"

"Ah sudahlah terserah mas" Sungutku lalu keluar dari dalam kamar. Jika di teruskan, aku yakin nggak akan ada ujungnya keributan ini.

Melampiaskan kekesalan pada pekerjaan rumah, tiba-tiba ponselku berdering. Aku kembali ke kamar karena benda itu ku letakan di atas nakas tadi.

"Assalamu'alaikum, Em!"

"Wa'alaikumsalam, Ji kok belum sampai kampus?"

"Aku nggak berangkat, Em"

"Kenapa? Kamu sakit?" Tanyanya dari balik telfon.

"Enggak, cuma ada urusan keluarga aja"

"Oh, kirain kenapa nggak masuk"

Aku melirik mas Sagara yang sesekali mengusap lengan karena mungkin gatal.

"Oh ya, Ji. Pak Sagara juga hari ini nggak berangkat, katanya sakit"

"Oh ya?" Lagi-lagi aku melirik ke arah mas Sagara duduk. Tak ingin dia mendengar pembicaraanku melalui telfon, aku akhirnya keluar kamar.

"Iya Ji, kira-kira sakit apa ya dia?"

"Kok nanya ke aku?"

"Ya aku ngajak kamu buat nebak-nebak gitu"

"Demam mungkin" Sahutku asal, sambil mengelap perabotan rumah.

Mumpung nggak kuliah, aku bisa membersihkan rumah yang sudah tiga hari nggak ku bersihkan.

"Gaes, gaes, ini kebetulan banget nggak si, pak Sagara nggak datang bersamaan dengan Jihan yang juga absen hari ini"

Tiba-tiba ku dengar suara Nia menguar dari sebrang telfon

"Itu suara Nia kan?" Tanyaku penasaran.

"Iya tuh Ji, dia mulai bikin onar kayaknya"

Nia lagi-lagi bersuara. "Waktu itu, aku juga nggak sengaja ketemu pak Sagara lagi duduk bareng sama Jihan di restauran, jangan-jangan mereka memang sengaja kompak buat nggak masuk"

"Dengar kan, Ji?" Suara Emma kembali ku dengar.

"Iya, aku dengar"

"Atau jangan-jangan mereka memiliki hubungan khusus, lagi?" Tambah Nia.

"Ah masa iya, ngaco kamu, Nia" Itu suara temanku yang lain.

"Ya itu kan cuma filing aku aja, teman-teman"

"Kayaknya si enggak, pak Sagara kan sudah menikah, nggak mungkin Jihan merusak rumah tangga pak Sagara"

"Iya bener,"

"Ya bisa saja Jihan ngerayu-ngerayu pak Sagara karena butuh pelampiasan habis di tinggal mantan pacar nikah"

"Eh Nia, jangan menuduh Jihan sembarangan ya" Ku dengar suara Gabby membelaku. "Aku tahu kok, gimana Jihan, dia nggak mungkin jadi pelakor, soal kamu mergokin mereka duduk bareng di restauran, kan memang Jihan nggak sengaja ketemu sama pak Saga, ada istrinya juga kan waktu itu"

"Iya si, tapi anehnya aku sama sekali nggak lihat istrinya tuh, dan tahu-tahu, pak Sagaranya malah ngilang gitu aja"

"Jihan bilang dia lagi ke toilet, bodoh" Gabby masih menangkis tuduhan Nia.

Aku disini menghembuskan napas berat. Tak tahu lagi harus ngapain.

"Ji masih di situ kan?" Kembali ku dengar suara Emma.

"Iya, Em"

"Jangan dengerin omongan Nia, dia kan emang gitu sama kamu. Dia masih sakit hati karena Bara lebih memilihmu ketimbang dia"

Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Aku yang kebetulan ada di ruang tamu spontan mengarahkan netra ke daun pintu.

"Em, sudah dulu ya, kayaknya mertuaku datang"

"Apa kamu bilang? Mertua?"

Ya ampun kenapa bisa keceplosan gini?

"M-maksudku, mertuanya kak Lala"

"Oh.."

"Ya sudah ya, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" Ku putuskan panggilan dengan perasaan was-was.

Duh,, kalau sering keceplosan gini, lama-lama Emma bisa curiga, dan statusku dengan mas Sagara sebagai suami istri bisa terbongkar. Semoga saja dia nggak berfikir yang macam-macam.

"Assalamu'alaikum" Wanita paruh baya yang masih cantik, tampak menyunggingkan senyum ketika aku membuka pintu. Sebelumnya ia sedikit kaget, namun hanya sesaat.

"Wa'alaikumsalam, mah" Ku raih punggung tangannya lalu ku kecup dengan takzim.

Jujur aku deg-degan, takut kalau mama akan balas membenciku yang sudah ceroboh bikin anaknya separah itu.

"Kamu nggak kuliah, sayang?"

"Nggak, mah. Jihan ijin hari ini" Jawabku sambil menutup pintunya kembali.

Mama menyerahkan goodie bag berisi makanan. "Ini mama masak buat makan siang sekaligus makan malam, biar kamu nggak masak"

"Kenapa repot-repot mah"

"Nggak apa-apa, Saga bilang kamu hari ini sibuk kuliah, toko bunga juga butuh kamu, jadi mama masakin"

"Makasih ya mah"

"Dimana Saga?"

"Ada di kamar, mah"

"Anak itu benar-benar ceroboh, bagaimana bisa, makan di luar yang mengandung minyak wijen"

Apa? Makan di luar?

"Sudah di obatin kan, Ji?" Tanya mama membuatku sedikit terperanjat.

"Sudah mah, tadi malam ada dokter Azmi datang kemari"

Mama manggut saja meresponku.

Ketika langkah kami sudah di kamar, mama seperti tercengang dengan penampilan wajah mas Sagara yang melebar.

"Astaghfirullah, Saga"

"Mah!" Mas Saga mendongak lalu menatap mamanya sebelum kemudian mengulurkan tangan untuk mengucup punggung tangan mama.

"Ya ampun, kenapa bisa lebam begitu"

"Ini sudah nggak apa-apa kok mah, sudah nggak gatal-gatal kayak semalam, nanti juga kempes sendiri"

"Kamu lebih cermat lagi dong kalau makan di luar, lebih hati-hati lagi" Mama duduk di samping mas Sagara.

"Iya mah"

"Nanti kalau belum baikkan juga, lebih baik ke rumah sakit"

"Jangan berlebihan mah, ini sudah sembuh kok"

"Ada-ada saja" Desis mama menggelengkan kepala, salah satu tangannya mengusap pipi mas Sagara.

"Mama mau minum apa?" Tanyaku menyela obrolan mereka.

"Nggak usah, sayang. Mama cuma sebentar, ini mama mau langsung ke acara, ada perkumpulan bersama ibu-ibu Ardiya Garini di Lanud. ketemu bundamu juga nanti di sana"

"Ada acara apa mah?"

"Sosialisasi tentang sampah"

"Oh, salam buat bunda ya mah"

"Okay, nanti mama sampaikan" Jawab mama lalu bangkit dari duduknya. "Ayo Ji, mama bantu kamu ngeluarin kotak makanannya, itu tadi mama masak banyak. Mama kasih tahu makanan yang perlu di hangatkan"

"Iya, mah"

"Kamu cepat sembuh ya nak" Mama melengos ke wajah mas Sagara sebelum kami keluar.

"Hmm" Jawab pria itu datar.

Aku dan mama bersama-sama melangkah menuju dapur. Aku heran kenapa mama bisa bilang kalau mas Sagara habis makan di luar.

Apa pria itu nggak ngadu ke mamahnya? Ah kalau iya, aku bakal malu sama mas Sagara karena sudah menuduhnya yang enggak-enggak.

Tapi kenapa?

"Makasih ya Ji, semalaman sudah jagain Saga, sudah merawatnya sampai kamu nggak tidur"

"Sama-sama, mah. Mama nggak perlu makasih juga, ini kan sudah kewajiban Jihan" Kataku, mengeluarkan satu persatu kotak makanan. "Kok mamah tahu Jihan begadang?"

"Saga yang bilang, makannya dia minta mama buat masakin kalian, karena kamu pasti ngantuk"

Hening sesaat, setelah itu mama kembali bersuara.

"Maafin mama ya Ji, mama sempat berpikir kamu nggak bisa mengurus rumah tangga karena usiamu baru akan menginjak dua puluh tahun, tapi ternyata mama salah, kamu cukup bijak, cukup dewasa juga"

"Enggak kok, mah. Kadang Ji juga kekanak-kanakkan, suka ribut juga sama mas Saga"

"Suami istri wajar kalau ribut, papa mama juga kadang berantem hanya karena hal sepele atau beda pendapat. Dan Saga, bukan tipe laki-laki yang suka marah lama-lama. Dia marahnya sebentar, nggak nyampe dua atau tiga hari"

"Ini rendangnya nanti di panasin di kompor ya Ji, biar dangingnya tetap empuk, Jangan di microwive nanti malah kering dan teksturnya jadi alot" Lanjut mama ketika membuka sekotak rendang.

"Iya mah"

Sejak tadi kami memang mengobrol sambil mengeluarkan beberapa kotak makanan dari dalam goodie bag.

"Saga paling suka sop Iga, nanti di panasin juga. Semur udangnya nggak perlu di panasin nggak apa-apa"

"Ada bakwan juga, tadi mama di bantu masak sama ART mama" Sambung mama.

Aku tak begitu fokus sebenarnya. Pikiranku tertuju pada mas Sagara yang ternyata nggak menjelek-jelekanku di depan mama.

"Ada kripik tempe juga mah?" Tanyaku.

"Oh iya sayang, ada teman mama datang dari jogja bawa itu. Saga bisa makan karena katanya nggak ada minyak wijen sama mericanya"

"Iya mah"

"Ya sudah, mama sudah terlambat, mama langsung cabut ya, titip Saga"

"Iya mah"

"Mama ke kamar dulu buat pamit sama anak itu"

"Iya"

Setelah mama pergi dari dapur, aku kembali di rundung rasa bersalah.

Kenapa aku bisa sejahat itu? Ayah sama bunda nggak ngajarin aku jadi orang jahat kayak gini. Apa aku jujur saja ke mas Saga kalau aku sengaja naruh minyak wijen ke makanan yang ku masak kemarin?

Mengerutkan bibir, kembali ku dengar suara mama. Aku langsung meninggalkan dapur dan menghampiri mama yang baru saja keluar dari kamar.

"Mama pamit ya, Ji"

"Iya mah, hati-hati" Ku kecup lagi punggung tanggannya, kemudian mama membalas dengan mengecup pipi kanan kiriku.

"Kalian juga jaga diri"

"Iya"

Punya mertua sebaik itu mau di sia-siain, Ji?

Aku bertanya pada diri sendiri.

Mungkin lebih baik mengalah saja, terima pernikahan ini, pertahankan, dan buat mas Saga jatuh cinta, biar nggak kehilangan mertua kayak mama dan papa.

Menggembungkan pipi, lalu mengeluarkan udara dari dalam mulutku.

Ah.. Aku bimbang, aku dilema.

Bersambung.

Aku kasih dua part hari ini... 😀😀 masih mau lanjutkan??

Ada banyak part yang mengejutkan nanti.

Simak terus ya...

Jangan lupa di like and vote, nggak perlu kasih rate... Tapi yang udah kasih, makasih banyak-banyak.. 😘

1
Sri Astuti
Luar biasa
dwi susilastuti
Lumayan
Woro Wardani
Luar biasa
Zulaika Liza
bagus
Zulaika Liza
Buruk
Cut Risnawati
Luar biasa
Galih Pratama Zhaqi
teman ranjang dong jdnya ji 🤣🤣🤣
there
Luar biasa
Moertini
mantap asyik sudah tamat terimakasih thor berakhir bahagia keluarga Jihan dilanjutin terus berkarya semangat
Moertini
mantap seru asyik terimakasih thor sudah tamat Sagara bersama Jihan hidup bahagia bersama putrinya juga dan keluarga besarnya dilanjutin terus berkarya thor semangat
Sriutari
lama2 eneg juga lihat sifat Jihan.. terlalu lebayyyyyyyyy
Anne: stop baca aja ya bu.. dari pd makin eneg di next episode 😃
total 1 replies
Ra Ra
ceritanya keren sekali
Anie Pailing
Luar biasa
Enita Nuraini Albina
ini ada lanjutannya ga ka
Anik Hidayat
Luar biasa
Arsen Arsenio
drama banget yg ini makin kesini makin kurang suka alur ny
Dian Ningsih
pak suami mulai yg ngerasain ngidam kali aja
Vivi Noviawati
yahhhhhhh ini sinetron banget dah
sri wahyuni
Kecewa
sri wahyuni
Buruk
Anne: jangan di baca lah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!