Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Pagi ini, aku masih mendiami Ethan perihal topik semalam. Aku masih sakit hati jika mengingat apa yang telah Mami Kusma lontarkan padaku. Terlebih ketika mendengar nama perempuan racun itu, mengingatnya saja aku sudah muak. Rencanaku hari ini, aku akan pergi berbelanja kebutuhan pokok dapur beserta yang lainnya. Kebetulan tadi aku melihat Ethan sedang sibuk berkutat dengan laptopnya jadi dia tidak usah repot mengantarku.
Setelah bersiap, aku dengan sengaja lewat dihadapan lelaki itu tanpa menyapanya sedikitpun. Ethan yang tersadar kemudian menegurku.
"Mau kemana Sweet Cake?"
"Supermarket" aku menjawabnya dengan singkat tanpan menoleh padanya sedikitpun.
"Ehm aku sedang sibuk, apa kamu bisa berangkat sendiri? Aku tidak bisa menemanimu"
"Tidak perlu, aku akan pergi bersama Raymond" jawabku, kemudian ia menghela nafas gusar. Mungkin karena mendengar nama Raymond dia jadi sedikit skeptis.
"Tidak usah merepotkan orang lain" jawabnya dengan ketus
"Dia bukan orang lain bagiku"
"Sweet cake"
"Aku berangkat" kemudian aku melesat pergi tanpa mendengar gerutuan yang ia lontarkan. Persetanan dengan cemburu, aku juga cemburu dan sakit hati jika mengingat semalam.
Aku menuju unit apartement milik Raymond dengan senang, hari ini akan kubalas Ethan dengan bersenang senang bersama Raymond. Sebelum ia mengetahui jati diri Raymond aku akan membuat Ethan kebakaran jenggot akibat gejolak cemburu dia terhadap sepupuku itu.
Aku memencet tombol bel pada pintu unit apartement tersebut namun tidak ada jawaban sedikitpun dari sang empunya. Hampir lupa, jika aku memegang kartu akses unit tersebut. Kurogoh kantong mantel yang sedang kukenakan. Lalu aku menempelnya pada kusen pintu tersebut.
KLEKK
Aku memasuki ruangan tersebut sembari celingukan mencari Raymond, mataku bertubrukan pada pintu kamar yang masih tertutup rapat. Lalu aku membukanya dengan hati hati takut jika Raymond masih tertidur. Disana, aku mendapati Raymond tertidur dengan bertelanjang dada dan mulut yang menganga lebar serta suara ngorok yang nyaring. Pemandangan yang membuat bulukuduk ku bergidik geli. Pasalnya aku tidak pernah melihat Ethan dengan tingkah tidur macam ini. Hal pertama yang aku lakukan adalah menyibak kelambu yang masih tertutup rapat.
Ternyata Raymond tidak memberikan respon sedikitpun terhadap sinar cahaya yang menusuk langsung pada kamarnya. Aku berfikir mencari cara apa agar ia mau terbangun. Lalu terbersit ide konyol dikepala, dengan segera aku mengambil ponsel yang ada di tasku kemudian menghubungi nomor Serly. Dalam hati aku terkikik geli membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"HALO SER? LO DIMANA? GUE ADA BERITA BARU NIH" dengan sengaja aku membesarkan volume suaraku yang kubuat buat agar terdengar ditelinga Raymond. Laki laki itu hanya menggeliat saja mendengar suara pembuka ku tersebut. Oh ternyata butuh gebrakan sekali lagi nih laki. Dengan sengaja aku meloudspeaker panggilan yang terhubung itu.
"Halo Nes, kenapa deh lo teriak teriak gitu" dan benar saja, mata Raymond langsung terbuka lebar mendengar suara Serly.
"Vidio call mau ga lo? Oke mau ya" dengan sengaja aku memencet tombol vidio yang ada pada aplikasi tersebut. Raymond yang telah sepenuhnya bangun langsung menerjang ponsel milikku kemudian mematikannya dengan kasar. Wajah manyun khas orang bangun tidur terpampang nyata didepanku saat ini. Apa tidak sadar jika dirinya sangat jelek saat ini??
"Lo kenapa sih pagi pagi udah nangkring disini" sungutnya sebal.
"Lah suka suka gue dong, selana gue masih pegang ini gue bebas keluar masuk" kemudian aku melambaikan kartu akses miliknya didepan kedua matanya.
Ia menghela nafas kesal, melihat kehadiranku disini mungkin sebuah petaka baginya. Karena aku pasti akan menyusahkan dirinya lagi.
"Ikut gue belanja yuk"
"Ngapain lo minta temenin gue? Kemarin aja takut banget ketemu gue"
"Kepalang tanggung, udah ketahuan juga jadi yaudah terang terangan aja kita"
"Hah serius lo? Dari mana dia tahunya?"
"Ada deh, yaudah cepet mandi gue tungguin didepan" aku mendorong dorong badannya dengan kesal.
"Buset dah, iya iya gue mandi nggak usah lo dorong dorong gue" sungutnya dengan kesal.
...****************...
Ketika sedng asik memilih milih buah dan sayuran, aku dikejutkan oleh suara perempuan yang tidak asing disampingku. Saat aku menoleh, betapa terkejutnya melihat Stefany dengan anak laki laki berusia mungkin 8 tahun.
"Stefany kan?" sapa ku, ia menoleh kepadaku dan tersenyum.
"Wah ketemu lagi ya kita" jawabnya dengan sedikit tertawa.
Aku memandanginya dengan kagum, dia terlihat cantik sekali sekaligus modis. Aku mengerjap, menyadari jika aku telah memperhatikannya cukup lama.
"Lo mau sampe kapan sih pegangin buah kaya gitu" sambar Raymond. Aku yang tersadar langsung memasukkan buah tersebut dalam kantung belanja tanpa basa basi.
"Lo yang bayar ya Mond" kemudian aku berlalu meninggalkannya menuju kasir.
"Heh Ness, cewe tadi siapa sih"
"Temen gue"
"Ati ati, jangan terlalu akrab deh. Feeling gue gaenak"
"Kaya cenayang aja lo"
"Dibilangin. Gue kaya nggak asing gitu sama dia" sontak aku menoleh terhadapnya.
"Gue juga, pertama kali kita ketemu dirumah sakit sih. Tapi yaudah lah mungkin perasaan kita aja kali ya"
"Nggak mungkin kebetulan sih menurut gue. Lo nggak curiga sesuatu?" aku tersadar akan satu hal, ketika dirumah sakit aku tidak sengaja melihat tingkah laku Ethan yang sedikit berbeda ketika berhadapan dengan Stefany.
"Mond, lo mau bantuin gue gak?"
"Apaan? Jangan yang ribet ribet ya. Awas aja"
"Lo perhitungan banget sih sama sepupu sendiri"
"Udah cepet, lo mau gue bantuin apaan"
Kemudian aku menjulangkan badan kearahnya dan mulai bebrisik.
"Gue curiga sama Ethan dan Stefany. Lo cari tahu mereka berdua ya. Ntar bayarannya lo minta aja ke Serly" kemudian aku mengerling jahil kepadanya.
"Kok jadi Serly sih?"
"Lo mau kagak gue bantuin mulusin hubungan kalian. Kalau gamau sih yaudah"
"Iya iya ntar gue minta bayaran ke Serly"
Setelah obrolan sengit kami berdua, aku memutuskan untuk mengunjungi toko pakaian yang ada didekat sini. Tadi sebelum ke supermarket aku melihat siluet pakaian laki laki yang cukup menarik perhatianku.
"Mond, gue pengen beli baju"
"Terus?"
"Lo yang bayar ya"
"Lo kok lama lama ngelunjak sih anjir?"
"Pelit amat sih lo? Duit lo kagak bakal habis cuman buat beliin gue baju doang"
"Astaga, yaudah terserah lo deh. Resek"
Aku terkikik geli melihat Raymond yang sekarang menampakkan wajah seperti ingin memakan orang.
Kemudian aku memilih milih pakaian yang tadi sempat menarik perhatianku. Pilihanku jatuh kepada kemeja polos casual untuk pria. Benar, aku memang tertarik untuk membeli pakaian pria. Raymond yang masih belum menyadari jika ini adalah kawasan pakaian untuk pria hanya diam saja sambil membuntutiku yang asik memilih milih model pakaian.
"Ness, lo bilang gue yang bayar kan?"
"Iya"
"Lo mau beli baju buat laki laki?"
"Iya"
"Pake duit gue?"
"Iya"
"Shitt, kagak ada jawaban lain apa?" Aku menatapnya jengkel.
"Lo ikhlas atau engga sih Mond?"
"Kagak"
"Yaudah sih" kemudian aku melanjutkan memilih milih pakaian kembali.
"Buset ini bocah, lo mau beliin Ethan?"
"Huum" aku mengangguk tampa melihat kearahnya.
"Gak. Gaada, lo beli pake duit lo sendiri ya monyet"
"Pelit lo"
Setelah aku mantap mengambil beberapa pakaian, kemudian aku membayarnya ke kasir. Kalian pikir aku akan menyerah membeli ini dengan duitku sendiri? Gak ya. Aku tetap memaksa Raymond untuk membayarnya. Hahaha.. Rasain. Batinku.
...****************...
"aku dan teman kamarku"