📣Mungkin kalian akan mengalami keram perut, bengek, diabetes, dan gangguan Bucin akun lainnya....
---Niat lari dari perjodohan, justru terjebak dalam Penthouse milik calon tunangan.
Queen masuk menjadi PRT tunangannya setelah lari dari rumah orangtuanya dengan alasan tak mau dijodohkan.
Sama-sama tak mengenal, Queen dan Dhyrga Miller tinggal di atap yang sama... Yok intip keseruan mereka yang bakal bikin kamu senyum-senyum sendiri.(Musim pertama)
---Raja tumbuh menjadi makhluk yang tampan, ia pandai meretas, lompat kelas, bahkan menduduki kursi Presdir di usia muda. Terlebih, ia memiliki tunangan super cantik bernama Kimmy Zoya.
Namun, hidup tak semulus wajah cantik kekasihnya, ia harus menghadapi bagaimana lika-likunya hubungan mereka.(Musim ke dua)
Yok, baca selengkapnya di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
L I f t
Berbekal hp usang dan koper berukuran sedang di tangannya Queen berdiri menatap pintu kaca geser sebuah hunian mewah. Griya Tawang yang biasa di sebut-sebut Penthouse ini Queen datangi.
Biasanya Murni tinggal di rumah utama majikannya bersama sang ibu. Kemudian kemarin Murni di tugaskan untuk menjadi asisten pribadi Tuan muda di Penthouse.
Pagi tadi, setelah memastikan Murni aman bersama Joon, Queen segera turun dan mencari taksi untuk mengantarnya ke rumah utama majikan Murni.
Tiada yang mencurigai Queen, bahkan ibu Murni sendiri. Rupanya sampai di rumah utama Queen di tugaskan untuk pergi ke kediaman Tuan muda Gaga.
Berhubungan Gaga tidak di rumah saat pagi, akhirnya Queen memutuskan untuk datang malam hari.
Kabarnya, Gaga sang tuan muda tidak suka keramaian, Gaga lebih suka menyendiri, maka setelah pulang dari London, Gaga tinggal di Penthouse bersama Rachel putri sang ajudan yang saat ini menjadi asisten personal.
Sleeed...
Terbuka pintu geser itu, Queen pun melangkah masuk menarik kopernya sembari mengeliling kan pandangan pada sekitar.
Pakaian tidak modis ia kenakan, itu milik Murni, kacamata tebal tersemat di wajahnya, kuncir rambut kepang dua pun menjadi pelengkap penyamarannya karena begitulah dandanan seorang Murni.
Sleeed....
Pintu kembali tertutup, Queen menoleh ke belakang, rumah ini sepi tidak ada orang tapi mungkin pintu ini sudah di buka oleh Tuan nya dari kejauhan.
Jaman sudah canggih, apa pun itu tak perlu repot-repot, sudah ada robot-robot yang mengendalikan dengan sangat baik.
Perlahan tapi pasti lampu-lampu terang menyambut kedatangan Queen. Sampai pada akhirnya mata Queen menangkap sosok tinggi bidang berdiri menatap jendela besar.
Dari pantulan dinding kaca, Queen menatap wajah pria itu yang juga menatapnya. "Gila, ternyata Tuan mudanya Murni ganteng banget." Batinnya cengok.
Queen berdiri menunduk. "Selamat malam Tuan muda." Ucapnya kikuk. Bahkan Lee Jee Yeon saja tidak semacho pria itu. Kalau Om Om model begini, di jadikan simpanan juga rela, ya Tuhan, kesetiaan Queen pada Jee Yeon sampai goyah.
"Kamu Murni, anak gadis nya Buk Yuni kah?"
"Iya benar Tuan muda." Queen menyengir sembari membetulkan kacamata tebalnya. Queen tidak terbiasa dengan itu.
"Kamar kamu di atas, kamu bawa koper mu ke sana, setelah itu buatkan aku makan malam. Dan ingat, semua di buat sebersih mungkin. Hilangkan kuman-kuman di tubuh mu. Kamu boleh pergi mandi dulu sebelum bekerja." Titah pria itu.
"Ya Tuhan rewelnya." Queen memutar bola matanya, setampan apa pun pria kalau sudah berpredikat rewel dia menjadi ilfil.
"Hmm?" Gaga memutar tubuhnya. Gaga yang memiliki nama asli Dhyrga Miller itu menatap seksama wajah Queen. "Apa kamu bilang, rewel?"
Queen melambaikan kedua tangan secara cepat. "Enggak Tuan muda, Anda sangat ramah, bukan rewel, kayaknya Tuan muda perlu cotton buds deh." Kilahnya menyengir.
Dhyrga mengangkat napas pelan, barusan dia mendengar gadis kecil ini mengatainya. Tapi mungkin hanya perasaan dia saja. Semenjak pujaan hatinya kabur dari pertemuan malam kemarin, Dhyrga menjadi lebih sensitif.
"Sekarang tunggu apa lagi?" Dhyrga menyeletuk dingin saat menyadari Queen masih berdiri di hadapannya bahkan lancang sekali menatapnya.
"Hehe, ok Tuan, Que, ... Emmh Murni segera melaksanakan tugas!" Sigapnya bahkan posisi tubuhnya tegap sempurna saat memberi hormat dengan kedua tangan.
Dhyrga menautkan alis, aneh sekali tingkah laku gadis itu.
Queen menarik koper kemudian melangkah menuju mini lift berbentuk tabung kaca transparan. Padahal, seharusnya Murni yang hanya anak pembantu cukup menaiki anak tangga untuk sampai ke lantai atas.
"Heh!" Dhyrga mengernyit. Gadis polos seperti Murni yang tidak tahu apa-apa, berani sekali memakai fasilitas mini lift miliknya.
Queen menoleh lalu menunduk. "Iya Tuan muda? Ada apa lagi?" Seberapa pun dia mencoba berbahasa medok, tetap saja kaku.
"Kamu mau naik ke lantai atas dengan lift ku begitu?" Dhyrga memastikan.
Queen mengangguk. "Tentu saja Tuan muda, memangnya lift nya rusak?"
"Tidak!"
"Berarti boleh di naikin kan?"
"Hah?" Dhyrga mengeriting kulit-kulit pada dahinya. Murni yang katanya sangat lugu apakah bisa seberani itu, bahkan tak ada gugup atau grogi saat berbicara dengan dirinya "Itu lift khusus, ..."
"Iya tahu," Sergah Queen menyerobot ucapan Dhyrga Miller.
"Itu lift khusus punya Tuan muda kan? Begini, akan Murni jelaskan dulu. Murni sengaja mau pakai lift bukan semata- mata karena kurang ajar Tuan. Murni begini cuma karena mau meringankan jumlah hisab Tuan muda saja, kan katanya nggak boleh kalo Tuan tidak berbagi kemudahan dengan manusia lain. Apa lagi membiarkan gadis kecil tak berdaya seperti ku naik tangga sambil bawa koper berat sendirian. Pasti hukuman di alam barzah sana sangat pedih. Ini hanya inisiatif Murni untuk, ..."
"Masih panjang ceramahnya?" Sela Dhyrga kesal, gondok, dan lainnya. Sungguh tatapan dinginnya membekukan suasana sekitar tapi tidak berpengaruh bagi gadis itu.
Queen menggeleng. "Tidak Tuan hehe, pasti Tuan lebih tahu dari pada aku kan yah, kan Tuan sudah lebih tua, jadi makanya biarkan aku naik lift yah." Pintanya menyengir.
"Terserah." Ngalah Dhyrga pada akhirnya, bukan apa-apa, pria itu memang tidak terlalu suka berurusan dengan para gadis, terkecuali Rachel asisten personalnya.
Queen menyengir kembali. "Tuan muda adalah, Tuan muda terbaik yang pernah aku kenal." Gadis itu meraih kopernya kembali lalu melanjutkan langkah menuju lift.
Dhyrga menggeleng pelan. "Kenapa Murni berbeda sekali dengan sifat ibunya yang sopan santun?" Gerutu nya.
Sleeed....
Sementara Queen tenggelam di balik lift transparan. Suara pintu utama yang terbuka kembali terdengar, Dhyrga beralih menatap ke arah pintu.
Rupanya Rachel yang melangkah gontai mendekati dirinya. Di rumah ini, Dhyrga Miller tinggal bersama Rachel yaitu anak dari ajudannya yang bernama Baharudin.
Bahar sudah terlalu tua untuk mengurus Tuan muda nya, maka Bahar menugaskan putrinya untuk menjadi asisten personal Dhyrga Miller.
Alasan Dhyrga tinggal di Penthouse ini hanya satu. Itu karena di rumah utama keluarga Miller sangat ramai, keluarga besar mereka hidup bahagia bersama di bawah atap istana kakek Miller yang memiliki tiga orang anak beserta menantu dan delapan cucu yang sudah besar-besar.
Bisa di bayangkan bagaimana ramainya sementara Dhyrga tidak menyukai keramaian. Akhirnya, sang presiden direktur pun memisahkan diri di griya tawang ini.
"Murni sudah datang kan Bos?" Rachel bertanya seraya duduk pada sofa empuk berwarna putih mix abu-abu.
Rachel tomboi bahkan ada rumor yang mengatakan bahwa gadis dewasa itu menyukai perempuan.
"Sudah." Dhyrga pun ikut duduk menyusul. Gurat kegalauan masih menyertai setiap embusan napas.
"Baguslah." Celetuk Rachel. "Tapi kenapa Bos tidak ikut tinggal di rumah utama saja? Apa Bos tidak takut ada something dengan gadis kecil itu?" Ledek nya.
"Hayys!" Dhyrga mengangkat satu alisnya.