NovelToon NovelToon
Mantan Prajurit

Mantan Prajurit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:322.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Eka Magisna

“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”

Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fragmen 17

Dalam mobil itu terasa hening. Suzi diam dengan pandangan mengarah ke jalanan di balik kaca, sementara Gun fokus pada kemudi.

Sesaat sebelum keluar motel, gadis itu sempat meminta maaf untuk kesalahan konyolnya pada sang pengawal, tapi tanggapan pria itu terlalu sederhana baginya yang berucap sungguh-sungguh. Alhasil sekarang perasaannya malah bertambah kacau makin tak tenang.

“Tak perlu berlebihan, aku tak akan terpengaruh dengan hal kecil.”

Terus terngiang di telinga Suzi, sesombong itu perangai seorang pengawal. Dia tak memiliki kata lain untuk menimpal. Pria itu ... entah kenapa lebih mengintimidasi dari pada ayahnya sendiri.

"Kita sudah sampai."

Suara seksi Gun menyentak dalam hening. Suzi menoleh dan mendapati pria itu tengah melepas sabuk pengaman kemudian membuka pintu dan keluar. Dia mengikuti hal serupa, tapi saat hendak membuka pintu, sudah terbuka lebih dulu karena Gun yang melakukannya.

“Terima kasih.” Suzi nampak canggung setengah mati. Tas diselempangkan lalu keluar dengan pijakan ragu.

Udara lembab dari sisa hujan di desa itu masih terasa.

“Silakan.” Gun mengarahkan tangannya ke depan, meminta Suzi berjalan lebih dulu, dan gadis bergerak tanpa berkata.

Sepanjang jalan menuju tenda pengungsian yang berada di sebuah lapangan berdekatan dengan hutan, Gun dan Suzi sibuk mengamati sekitar.

Keadaan telah kacau. Rumah-rumah terendam lumpur dan beberapa dari pemilik nampak mengais sisa yang bisa diselamatkan dari apa yang mereka miliki.

Ini adalah banjir bandang terbesar sepanjang sejarah di desa itu. Hujan deras berhari-hari memaksa air sungai meluap, menyapu pemukiman seolah meluapkan amarah yang terpendam lama.

Rekan-rekan Suzi sudah berada di lokasi dari kemarin. Suzi beralasan sedikit perihal keterlambatannya.

Setelah sampai, mereka terpaku pada sosok pria tampan yang mengekor di belakang Suzi.

"Suzi, dia ....?"

Suzi mengikuti pandangan rekan-rekannya, lalu tersadar cepat. "Ah, kenalkan, dia temanku. Lee Gun, namanya Lee Gun. Atau kalian bisa memanggilnya Gun.”

“Oh, hai, Gun.” Dia Yu-hwa--seorang gadis, menyapa pertama kali.

Gun hanya mengangguk singkat dengan senyum tak kalah singkat.

Sudah terencana. Suzi berharap semoga Gun tak sampai salah memanggilnya dengan sebutan 'nona'.

Mereka mengenal siapa Suzi, putri presiden yang terlalu baik dan penyayang. Suzi tak pernah membedakan kasta, hidupnya berbaur tak pandang bulu. Dia lebih senang seperti ini dibanding duduk manis di depan piano atau menggesek biola. Kelebihan itulah yang membuat mereka tak lagi canggung terhadap seorang Suzi yang notabene merupakan seorang putri negara.

"Oh, kenapa kau tak bilang punya teman setampan ini!" Satu perempuan dengan wajah paling cantik, sebut saja Seo-yun, mengatakan itu.

Suzi hanya tersenyum dan Gun sama sekali tidak tertarik, tapi memaksakan senyum karena kode Suzi dari matanya.

Selanjutnya hanya percakapan tak penting. Sapa menyapa berlangsung alakadar saja, karena Gun tak cukup welcome untuk diajak bercanda oleh orang yang baru dikenal.

Kegiatan mereka hari ini adalah menurunkan pasokan makanan dan obat-obatan juga pakaian untuk penduduk yang terkena dampak, kemudian membagikannya secara rata.

Selama beberapa hari ke depan akan sangat disibukkan dengan pembenahan desa. Urusan pembuangan air bah dan lain-lain menyangkut itu, akan ada dari pemerintahan yang menangani.

Hari berlalu, dan hari ini adalah hari ketiga tugas Suzi dan rekan-rekannya di desa itu.

Suasana masih temaram karena jam masih berada di angka 5.30 pagi, tapi Suzi sudah terbangun dan keluar dari tendanya. Dia ingin mandi, tempatnya berada sekitar seratus meter dari tenda.

Terhubung tugas, Gun juga tak bisa berleha-leha. Dia sudah terbangun sejak jam lima tadi. Gelas kosong sisa kopinya tercampak di atas tanah. Suzi yang berjalan menuju pemandian tak luput dari perhatiannya.

"Ah, lagi-lagi aku harus menjaga orang mandi," gerutu Gun seraya berdiri lalu berjalan mengikuti Suzi. Terdengar dengusan rendah dari mulutnya. "Aku benci mengakui ini, tapi ya ... dia memang sangat manis saat selesai mandi dengan rambut basahnya yang seperti sapu. Terkadang aku lupa kalau aku ini hanya pengawal."

Hanya seorang Gun yang berpikiran sependek itu mengenai wanita, terkecuali pada mendiang Hyena.

Seperti hari-hari sebelumnya, Gun akan menunggu sedikit berjarak, duduk di atas pohon tumbang yang melengkung. Pintu kamar mandi tak mengarah lurus padanya, itu sengaja dia lakukan untuk menghindari tuduhan konyol Suzi nantinya, yang mungkin menganggap dia seorang pria me5um 24 karat.

Suara gemericik air di dalam petak kamar mandi darurat mulai terdengar. Sekian menit termakan dan suara di dalam bilik sudah tak ada, Suzi mungkin sedang berganti baju, pikir Gun.

"Kenapa dia tidak keluar juga?" Ini susah lumayan lama. Gun mengangkat diri seraya mengerut kening, pandangannya mengarah ke bilik mandi. "Tidak mungkin 'kan dia salah menggunakan celana?" Lagi-lagi sekonyol itu.

"Lebih baik kulihat saja," dia memutuskan akhirnya, dari pada hanya main asumsi yang tidak memetik hasil.

"Suzi!" panggilnya saat tiba tepat di depan bilik air itu. "Suzi! Kau masih di dalam?!"

Sampai di panggilan ketiga kali, tetap tak ada sahutan. Telinga dipasangnya menempel di pintu bilik, hening. "Apa dia sedang bercanda?"

Namun asumsi itu seketika terpatahkan, saat tak sengaja merunduk menatap kakinya, Gun mendapati sesuatu yang tak biasa. Beberapa jejak telapak sepatu yang ukurannya bukan milik Suzi, nampak masih baru. Dia kemudian membelalakkan mata.

“Ada yang tidak beres di sini!”

Tanpa berpikir lagi, sekali tendangan keras, pintu terbuka. "DAMN!!" Mengumpat kasar, Suzi sudah tak ada. Sekarang dia menyesal karena tak menunggu lebih dekat, menyesal karena takut dengan tuduhan konyol yang tak berdasar.

Saat ini yang dilakukan Gun adalah berlari mengikuti jejak kaki itu. Semakin diikuti, semakin jelas mengarah ke dalam hutan, dan jejak yang terlihat nampak begitu banyak, tapi tak satu pun seukuran dengan kaki mungil milik gadis yang dia jaga.

Sekuat tenaga tanpa peduli dingin menusuk kulit, jalanan licin berkali-kali membuatnya tergelincir dan hampir jatuh, Gun tetap tak boleh santai. Suzi Kim adalah tanggung jawab besar, dan gadis itu tak boleh sampai kenapa-napa.

"Badjingan!" Dia menggeram. Pasang matanya berhasil menangkap apa yang dikejarnya. Suzi dipanggul di atas pundak seseorang dalam keadaan terkulai lemas, jelas tak sadarkan diri.

Benar sesuai yang dia duga, tidak hanya satu orang, dua orang lain mengikuti dari belakang. Mereka para pria dengan penampilan seperti tukang tebang pohon, kumal dan sedikit berangasan.

Atas dasar apa mereka menculik Suzi? Uang tebusan, atau hanya tergoda akan moleknya tubuh gadis itu?

Jawaban akan ditemukan sesaat lagi.

Jalanan licin sudah berlalu, kini rerumputan basah yang dipijak Gun. Semakin dekat semakin mengikis jarak dan....

HAP! JDAG!

Terdengar aduhan dari mulut salah satunya. Gun menendang bagian punggung orang itu hingga tersungkur ke atas tanah.

"Keparat!" Satu lainnya memaki keras, sementara yang memanggul Suzi tetap meneruskan langkah setelah sempat terkejut sekian detik.

Tidak ada alasan untuk balas memaki, Gun melayangkan satu pukulan keras pada salah satunya. Sebatang kayu dijadikannya senjata untuk melayangkan beberapa pukulan membabi buta.

Satu tumbang satu lainnya melawan, begitu hingga berulang dua kali banyaknya. Sampai akhirnya mereka kalah dan kewalahan hanya dengan satu batang kayu berukuran kecil. Gun berlari cepat untuk menyusul si pemanggul Suzi. Belum begitu jauh.

"Turunkan wanita itu! Atau punggungmu kubuat berlubang sampai menembus dada!"

1
Rozali Bz
lanjut lg dong thor!!!
Yuda Rifki
lanjutkan 💪💪
Delita bae
salam hangat , salam sehat , salam kenal jika.berkenan mampir juga👋👍💪🙏
Wan Trado
suzi kahh...??
Wan Trado
turut berdukacita atas telah berpulangnya ayahanda mba eka..
semoga amal ibadah beliau semasa hidup menjadi penghapus segala kesalahan dimasa lalu.. 🙏
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝐀𝐦𝐢𝐧 ... 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐝𝐨'𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐊𝐚𝐤🙏
total 1 replies
Wan Trado
maaf thor, kenapa marga suho sama dengan marga ibunya..? bukankah seharusnya suho menurunkan marga dari ayahnya..??
Wan Trado: benar, atau anak yg tidak diakui/tidak diketahui asal usul ayah biologis nya.. 👍
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝐀𝐝𝐚 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐲𝐠 𝐧𝐲𝐚𝐝𝐚𝐫.🤭
𝐢𝐭𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐮 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐚𝐠𝐫𝐚𝐟 𝐩𝐞𝐧𝐣𝐞𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐫𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢.
𝐁𝐞𝐧𝐞𝐫 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐊𝐚𝐤𝐚𝐤 𝐬𝐨𝐚𝐥 𝐦𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐚𝐲𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬𝐤𝐚𝐧. 𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐥𝐢𝐤 𝐢𝐭𝐮 𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐜𝐮𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧: "𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮" 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐮𝐬. 𝐦𝐢𝐬𝐚𝐥 𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐜𝐞𝐫𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐡𝐮𝐫𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐚 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢 (𝐭𝐚𝐝𝐢𝐧𝐲𝐚), 𝐭𝐫𝐮𝐬 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐡𝐚𝐤 𝐚𝐬𝐮𝐡 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐢𝐛𝐮. 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐤𝐨𝐤 𝐢𝐤𝐮𝐭 𝐦𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐢𝐛𝐮𝐧𝐲𝐚.😊
total 2 replies
Wan Trado
hahaha.. boleh juga nih othor nya.. 😁🤝
Rozali Bz
khwan yuga mengundang rajanya harimau yg paling ganas.
Neng Saripah
makin seru thor.makin deg2an
ayo gun skrg saatnya beraksi
tunjukan dirimu yang selalu luar biasa itu
calon daddy tidak boleh lemah
ⱮαLєƒι¢єηт: Siap 86, Kak!/Hey/
total 1 replies
Dina Dina
Wike Sabeni . n
ⱮαLєƒι¢єηт: Wkwkwkwk!
total 1 replies
mery harwati
Thor aq kasih kopi ya, biar aq baca anteng seperti dirimu thor yang terus memberi up tiap episode nya 💪😍
mery harwati: Iya thor sama², harus semangat 💪 raih cita² mu & impianmu thor, jaga kesehatan paling penting, karena banyak uang klo sakit, percuma gak bisa menikmati 🥰👏
ⱮαLєƒι¢єηт: Makasih banyak, Bun🥰 Nambah semangat aku.
total 2 replies
mery harwati
Kenapa sih aq sudah bolak balik buka episode ini seperti gorengan yang takut gosong, eh malah jawaban NT, anda dialihkan ke episode sebelumnya 🫣🙄 tapi dengan penuh perjuangan bolak balik kayak setrikaan, akhirnya kebuka & kebaca juga episode ini 💪😍 NT jangan bikin roller coaster pencinta aplikasimu ya 👏🥰
mery harwati: Benul alias benar bin betul 🤭 abis sok keuheul pisan, lagi seru²nya baca, tiba² ada rayap lewat, mending klo sebentar, ini meuni lewat rayapnya tiap episode, kan jadi gak mood lagi bacanya, feelnya gak dapat, apalagi pas lagi nulis komen, eh rayapnya lewat, hadeuh 🤭😃
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝐑𝐚𝐲𝐚𝐩 𝐚𝐩𝐚𝐚𝐧, 𝐁𝐮𝐧? 🤣
𝐢𝐤𝐥𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐡?
total 5 replies
Marya Dina
betul thor. harus ada tanjakan turunan biar gregget🤭walau kdang jengkel gun gak datang2
✌️✌️
Marya Dina: jangan lama2 ngumptein gun ya kak🤭😂
Marya Dina: selalau d tunggu up y lho kak
semangatt💪
total 3 replies
Wan Trado
benar sekali, kekuatan berada di urutan ketiga setelah kecepatan dan ketepatan.. sepertinya author praktisi beladiri juga yaa... 🤝🙏
ⱮαLєƒι¢єηт: Bukan, Kak.
aku praktisi isian meja makan🤣
Separuh tau aja, pernah ikutan silat sebentar lagi SMP, wkwk!
total 1 replies
mery harwati
Gemes pengen nyubit jantung Kim Joong hee biar jantungnya berhenti berdetak meski 5 menit saja 😤😠
Neng Saripah
aduh aku kok deg2an ya...ayo jae rin bantu suzi
Sutikno 23
Gun akhirnya menang telak
Sutikno 23
Gun mau diadu balapan dengan gara
Sutikno 23
mau bantu teman
Sutikno 23
wah bahaya sekarang ini banyak mata mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!