Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Sulit di kendalikan.
Percaya dengan authornya..!!
🌹🌹🌹
Niken cukup santai karena terbiasa naik pesawat terbang. Sepanjang perjalanan Niken hanya tidur saja apalagi Bang Ribas memesan kursi VIP khusus untuk mereka berdua hingga tak terasa mereka tidur dengan posisi berpelukan.
-_-_-_-_-
Hari sudah sore dan Niken mulai bingung saat mereka akan naik pesawat perintis.
"Kita naik pesawat lagi, Om??" Tanya Niken tak percaya.
"Iya, hanya satu jam lalu naik kapal sekitar setengah jam." Jawab Bang Ribas.
Niken begitu syok. Seketika tenaganya terasa hilang. Sebenarnya tubuhnya tidak begitu lelah, hanya rasa bosan yang akhirnya membuatnya lelah.
"Kenapa tidak ada bus tau apa yang bisa mencapai kesana?" Tanya Niken lagi.
"Ada, dua belas jam kita sampai." Jawab Bang Ribas.
"Ya sudah, naik pesawat saja." Kata Niken pasrah.
Bang Ribas menyembunyikan senyumnya melihat Niken tidak bisa berbuat apapun karena perjalanan mereka kali ini.
...
"Ndhuk.. sudah sampai..!!" Dengan lembut Bang Ribas membangunkan Niken yang kembali tertidur di mobil.
Niken membuka matanya lalu mobil tersebut berhenti di depan gerbang Batalyon. Kaca mobil belakang pun terbuka.
"Saya bawa istri..!!" Kata Bang Ribas.
Niken cukup terkejut tapi tidak bisa berbuat apapun.
"Siap..!!! Silakan, Danton..!!"
Bang Ribas mengangguk dan mobil pun kembali berjalan.
Niken terus menatap wajah Bang Ribas. Entah kenapa pria yang selalu ribut dengannya itu menjadi penuh wibawa.
"Apa jalannya mampir ke wajah saya? Atau saya terlalu ganteng??" Tegur Bang Ribas menyadarkan Niken.
Niken pun fokus menghadap jalan di depan. Banyak sekali rumah dinas anggota namun rumah dinas ini sama sekali tidak familiar dalam pandangannya selama ini.
"Kenapa rumah dinas ini tidak seperti rumah dinas kebanyakan anggota??" Tanya Niken.
"Kita tinggal di sekitar pegunungan yang masih lebat, banyak sungai, jalan juga berbukit. Rumah dinas ini di buat sedikit lebih tinggi karena tidak jarang ada hewan liar dari hutan masuk ke area asrama. Terkadang juga ada banjir." Jawab Bang Ribas.
"Disini.. ada hantu??" Tanya Niken lagi. Ia tidak meninggalkan pandangan dari kedua bola mata Bang Ribas dengan wajah lugunya.
Bang Ribas diam seolah memikirkan sesuatu. Niken pun menggeser posisi duduknya, ia tau selama ini Bang Ribas memiliki indera keenam.
Bang Ribas tertawa dalam hati di balik wajah datarnya. Ia merasa puas bisa mengerjai Niken. Pasti yang Niken tau saat ini dirinya sangat pandai dalam hal mistis.
"Oomm.."
"Cckk.. bagaimana ya, aura di sini sangat kental dengan energi negatif?? Saya saja sampai sesak merasakannya." Jawab Bang Ribas dengan wajah serius.
Niken menyentuh dadanya dan mencoba merasakan apa yang di katakan Bang Ribas tadi.
"Ii_ya, Om. Sesak." Kata Niken dengan polos.
Bagaimana tidak polos, Niken membuka jendela mobil hingga angin pegunungan yang dingin menerpa wajahnya. Belum lagi saat titik salju turun, pastinya akan membuat udara semakin terasa membeku.
'Ajudan' dan mudi Bang Ribas sampai menahan tawa mendengar interaksi Dantonnya yang super duper kaku dan dingin bisa 'menggoda istri' cantiknya.
ppllttkk..
Sesuatu menyentil kening Niken hingga menetes ke pipi, Niken pun menyentuhnya. Seketika nampak jelas wajah panik Niken.
"Da_raaaahh????? Aaaaaaaaaa...!!!!!" Pekik Niken mengagetkan seisi mobil. Niken sampai terlonjak memeluk Bang Ribas.
Bang Ribas ingin tertawa terbahak karena ada buah lokal berwarna merah menerpa wajah Niken tapi tidak tega juga melihat ekspresi ketakutan Niken. Ia segera menutup jendela kaca mobilnya.
Disana mudi dan 'ajudan' sudah terpingkal namun akhirnya diam tanpa suara karena Bang Ribas memelototi nya.
"Nggak apa-apa, nanti saya usir hantunya...!!!!" Ucap Bang Ribas sok pahlawan.
Tak lama sampailah mereka di rumah dinas yang baru. Rumah dinas khusus Danton dan secepat kilat terpaksa ready karena sang Danton memintanya secara mendadak semalam.
"Ayo..!!" Bang Ribas mengulurkan tangannya dan akhirnya Niken menyambutnya karena dirinya masih merasa takut.
Kaki Niken pun melangkah turun. Ia melihat suasana dengan aroma khas pegunungan yang amat sangat jarang di hirupnya di kota besar.
Setelah mudi membuka pintu rumah, Bang Ribas menggandeng tangan Niken untuk masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum..!!" Ucap Bang Ribas memberi salam.
Niken menjawab salam dengan lirih lalu mengikuti langkah Bang Ribas.
:
Rumah terasa sunyi sepi. Bang Ribas sudah memasukan barang milik Niken ke dalam kamar.
Bang Ribas yang sudah merasa gerah ingin segera membersihkan diri. "Saya mau mandi dulu..!! Kamu di dalam kamar saja..!!"
"Niken ikut..!!" Kata Niken.
Bang Ribas berpikir sejenak. Agaknya ulahnya selama ini menjadi senjata makan tuan.
"Ehmm.. pakai pakaian itu ya mandinya..!! Saya juga pakai pakaian lengkap." Pinta Bang Ribas.
Niken mengangguk menyetujui karena mengira semua memang aturan adat yang ada disana.
~
Bang Ribas dan Niken mandi dengan saling memunggungi. Jika Niken merasa biasa saja namun tidak dengan Bang Ribas yang seolah senam jantung mandi berduaan dengan Niken.
Dengan cepat Bang Ribas menyudahi acara mandinya. Pakaiannya sudah terasa dua kali lipat lebih sesak.
"Oomm.. tunggu..!!" Rengek Niken.
"Saya pakai handuk di luar, kamu di dalam saja..!!" Kata Bang Ribas kemudian menyambar handuk dan melangkah keluar kamar mandi tapi Niken menarik tangannya.
"Oooomm..!!!"
Suara manja Niken agaknya cukup mengganggu seluruh sensor aktif Bang Ribas. Pria itu pun mendorong Niken hingga ke sudut luar pintu kamar mandi.
Mata Bang Ribas menatap tajam wajah Niken. "Kenapa rewel sekali?? Minta di apakan, hmm???" Tetesan air deras mengalir membasahi lantai dapur.
"Tunggu disini dulu..!!" Jawab Niken lirih.
Bang Ribas yang mulai terbawa suasana segera melingkarkan kedua tangan Niken ke belakang tengkuk lehernya. "Kalau saya tetap disini, semua setan turun ke bumi. Kalau iman saya lemah, saya bersekutu dengan setan, kamu pun tidak akan 'selamat'.
"Lawan setannya..!!"
Deru nafas berat Bang Ribas mulai memburu, ia mengecup bibir Niken. Hanya sekedar mengecupnya. Jika biasanya kenakalannya tidak akan menimbulkan rasa, kali ini semua terasa berbeda. Ia tidak paham apa yang di rasakan. Jantungnya berdebar kencang, denyut nadinya mengalirkan darah panas ke sekujur tubuh. Tangan lincahnya membuka kancing pakaian Niken.
Sebersit ingatan Niken tentang Bang Ringgo pun berkelebat di kepala. Apalagi saat jemari Bang Ribas sudah menyentuhnya. Desir rasa sulit di tahannya, ada sesuatu yang ia rindukan tapi entah apa.
Niken menerima kecup sayang Bang Ribas hingga beberapa saat mereka berdua terbuai dalam rasa. Bang Ribas mulai terlena, ia melonggarkan ikat pinggang dan menarik rok Niken.
Begitu buasnya seorang Ribas membuat Niken tersentak kaget dan Bang Ribas pun ikut kaget.
"Astaghfirullah hal adzim..!!!!" Bang Ribas mengusap wajahnya dan menutup kembali pakaian Niken. Ia pun mengenakan 'membereskan' kembali pakaiannya. Secepatnya Bang Ribas kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Niken yang panik segera berlari menuju kamar tidur bagian belakang.
~
Bang Ribas menghantam dinding kamar mandi. Ia menengadah dengan tetes air matanya. "Kemarin Nando, sekarang Ringgo. Kapan batinku sembuh dari semua rasa sakit???" Bang Ribas kembali mengusap wajahnya. "Bagaimana ini??? Niken terlalu polos sedangkan pikiranku selalu bejat. Tadi siapa yang dia ingat???" Bang Ribas mengacak-acak rambut cepaknya. Agaknya batinnya terasa panas.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂