NovelToon NovelToon
Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Naik Kelas
Popularitas:8.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rositi

“Meski kita sudah menikah, aku tidak akan pernah menyentuhmu, Mbi. Haram bagiku menyentuh wanita yang tidak mampu menjaga kesuciannya seperti kamu!” Kalimat itu Ilham ucapkan dengan tampang yang begitu keji, di malam pertama mereka.

Selain Ilham yang meragukan kesucian Arimbi walau pria itu belum pernah menyentuhnya, Ilham juga berdalih, sebelum pulang dan menikahi Arimbi, pria itu baru saja menikahi Aisyah selaku putri dari pimpinan tertinggi sekaligus pemilik pondok pesantren, Ilham bernaung. Wanita yang Ilham anggap suci dan sudah selayaknya dijadikan istri.

Arimbi tak mau terluka makin dalam. Bertahun-tahun menjadi TKW di Singapura demi membiayai kuliah sekaligus mondok Ilham agar masa depan mereka setelah menikah menjadi lebih baik, nyatanya pria itu dengan begitu mudah membuangnya. Talak dan perpisahan menjadi satu-satunya cara agar Arimbi terbebas dari Ilham, walau akibat talak itu juga, Arimbi mengalami masa-masa sulit akibat fitnah yang telanjur menyebar.

(Merupakan kisah Mas Aidan, anak Arum di novel : Pembalasan Seorang Istri yang Dianggap Sebagai Parasit Rumah Tangga)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18 : Jadi Sahabat Saja

Pergi lebih awal nyatanya menjadi sumber rezeki tersendiri untuk Arimbi. Dagangannya langsung banyak yang beli. Termasuk bagi orang pasar yang sudah kelaparan karena dari pukul tiga pagi, sudah sibuk menyusun dagangan.

Sekitar pukul setengah tujuh pun, Arimbi melihat rombongan Mas Aidan. Kini, pria sangat baik itu tak hanya datang dengan kakek neneknya. Karena Mas Aidan juga ditemani oleh seorang pria yang dipanggilnya “Dek Azzam.”

Seperti biasa, setelah jalan agi, rombongan Mas Aidan langsung berkuliner. Lapak Arimbi langsung menjadi tujuan sang nenek yang benar-benar cerewet, bahkan heboh.

“Mumpung masih banyak itu, buat Mbak Azzura!” ucap nenek Kalsum.

Keempatnya berangsur menyebrang, mematuhi lalu lintas di sana yang memang ramai. Kemudian layaknya pembeli yang lain, mereka juga mengantri.

“Duh, laris banget. Penjualnya sampai enggak kelihatan panntatnya!” cerewet ibu Kalsum yang juga sudah menjadi celotehan wajar ketika pedagang laris manis dan sampai membuat pembeli antre.

“Mbah putri, kalau sampai beneran kelihatan, yang ada pada takut!” balas kakek Sana dan membuat kedua cucu laki-lakinya yang tampan, menahan tawa.

Arimbi yang mendengarnya langsung mesem di tengah kesibukannya meracik setiap pecel pesanan.

“Perutku lagi enggak enak, aku mau sarapan nasi uduk saja di rumah makan mamah,” ucap Azzam.

“Yakin, Mas Azzam enggak mau coba? Minta bumbu yang jangan pedas kan ada,” ucap ibu Kalsum.

Azzam langsung terkejut mendengarnya. “Di pecel ada level gitu, pedasnya? Keren! Kenapa enggak langsung buka kedai apa warung saja?” ucapnya yang kemudian mencoba mengawasi penjualnya.

“Kalau buka kedai, enggak bisa keliling pakai motor, Mas Azzam,” balas nenek Kalsum sambil meraih sekaligus berpegangan pada kedua tangan Azzam yang mendekapnya penuh sayang.

Azzam yang mesem di tengah kesibukannya mengawasi wajah Arimbi, langsung berbisik-bisik ke sang nenek. “Yang jual pecel cantik, Mbah!”

Sekelas nenek Kalsum mendengar pengakuan seperti tadi dari sang cucu ya langsung heboh dadakan. Terbahak wanita tua yang memakai pakaian olahraga panjang dan masih berjilbab itu. “Mbah Kakung (kakek), Mas Azzam sudah tahu wong ayu (orang cantik)!”

Kakek Sana yang mendengar itu langsung tertawa kemudian memijat-mijat kedua pundak Azzam dari belakang.

Lain dari ketiga orang yang bersamanya, mas Aidan malah tengah sibuk berkirim pesan dengan Didi. Dari pukul enam pagi tadi, akhirnya kekasihnya itu mau membalas.

Mas Aidan : Nanti Mae atur waktu biar Mas bisa main ke Jakarta.

Dek Didi : Enggak perlu.

Dek Didi : Sudahlah Mas, aku sudah capek. Kita lebih baik jadi teman saja. Agar kita tidak saling menyakiti karena perbedaan prinsip kita.

Dek Didi : Enggak enak juga kalau bentar-bentar kita ribut. Takutnya hubungan orang tua kita juga jadi kurang baik gara-gara kita.

Mas Aidan langsung membeku karena dengan kata lain, Didi tengah berusaha memutuskannya. Walau bukan kali pertama karena biasanya di setiap mereka ribut Didi memang selalu begitu, tetap saja mas Aidan yang sadar dirinya salah merasa sangat lemas.

Mas Aidan : Kasih Mas kesempatan sekali lagi saja, Dek.

Dek Didi : Sudah nggak kurang-kurang kan, dari dulu, Mas?

Dek Didi : Dan aku juga sadar, aku enggak mungkin minta Mas Jadi seperti yang aku mau karena aku juga enggak mau jadi seperti yang Mas mau.

Lagi, mas Aidan tak bisa langsung membalas.

Dek Didi : Mulai sekarang kita jadi sahabat lagi saja, seperti orang tua kita.

Walau berat, mas Aidan akhirnya membalas ...

Mas Aidan : Ya sudah, Dek. Begitu saja. Kalau kita memang jodoh, pasti kita tetap bersama. Namun andai memang bagi Dek Didi ada yang jauh lebih baik, dengan senang hati, Mas juga akan ikut bahagia. Doa terbaik Mas akan selalu menyertai Dek Didi.

Dek Didi : Iya, Mas. Aku juga begitu. Maaf kalau selama menjadi pacar Mas, aku sudah banyak salah.

Mas Aidan menghela napas pelan sekaligus dalam. “Ya Alloh ... kok rasanya seberat ini, padahal aku yakin, putus dariku, Didi akan mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik. Putus dariku, Didi akan jauh lebih bahagia,” batinnya.

Saking fokusnya dengan ponsel beserta pesan WA-nya dengan Didi, mas Aidan sampai tertinggal. Tak tahu bahwa kakek nenek dan juga adiknya, tak boleh membayar pesanan mereka oleh Arimbi.

“Enggak apa-apa, Mbah. Enggak ada ruginya karena kemarin saja, Mas Aidan bantu saya cuma-cuma.” Arimbi yang meyakinkan, sampai menurunkan maskernya. Takut mas Aidan yang baru bergabung dan tampak bingung, tak mengenalinya jika ia tetap memakai masker.

“Oh, Mbak Arimbi, ... jualan? Ini jualannya Mbak Arimbi?” ucap mas Aidan mirip orang linglung.

Kakek Sana, nenek Kalsum dan juga Azzam, sampai bingung melihat mas Aidan yang mendadak kacau terlihat sangat lemas layaknya sekarang.

“Mas Aidan, sakit?” tanya Arimbi yang memergoki Mas Aidan baru saja mengantongi ponsel ke tas pinggang.

Mas Aidan berusaha mengulas senyum kemudian menggeleng. “Beli pecelnya, sudah?” Ia sengaja mengalihkan perhatian darinya. Dan karena ketiga orang yang ia bawa kompak mengangguk sambil terus menatapnya, mas Aidan pun langsung mengajak ketiganya pulang.

“Kayaknya Mas Aidan lagi punya masalah berat, atau malah enggak sehat,” pikir Arimbi yang dikejutkan oleh kedatangan Azzam. Pria itu berusaha membayar.

“Masalah bantu membantu, Mas Aidan beneran sudah biasa, Mbak. Jadi, itu kan tadi banyak banget, nanti yang ada Mbak enggak balik modal,” yakin Azzam.

“Enggak apa-apa, Mas. Serius. Saya juga tulus kasih tanpa maksud lain. Soalnya kemarin beneran dibantu banget. Karena tanpa Mas Aidan, pasti hidup saya sekeluarga masih serba fitnah. Enggak apa-apa, Mas. Serius.” Arimbi meletakan kedua tangannya yang masih memakai sarung tangan plastik, di depan wajah menyerupai akan salaman.

“Apa gara-gara nolong Mbak ini, ya, kemarin Mas Aidan sampai lupa kalau dia ada janji dengan Didi?” pikir Azzam yang kemudian berkata, “Kalau gitu, saya bayar setengah!” Di hadapannya, Arimbi yang memang cantik seperti yang ia sampaikan kepada sang nenek, langsung menggeleng sambil terus memohon kepadanya.

“Tolong jangan menolak rezeki, Mas! Jangan berpikir macam-macam juga!” yakin Arimbi.

Azzam yang menyimak dan masih membawa dua kantong besar pecel, lontong, sekaligus gorengan, berangsur mengangguk-angguk paham. “Ya sudah yah, Mbak. Ini juga terima kasih banyak.”

“Sama-sama Mas,” balas Arimbi yang menjadi khawatir, niat baiknya memberi pecel malah disalah artikan. Semacam dikira tengah berusaha mencuri perhatian Mas Aidan sekeluarga.

“Bismilah lah, toh niat aku baik. Kalau sampai dikira genit, ya terserah mereka,” pikir Arimbi yang kembali fokus pada antrean pembeli dan sebagiannya sudah sampai memilih aneka gorengan maupun lontong berbungkus daunnya.

1
anikbunda lala
ojo mati sik si gege...kandangin dulu biar disiksa temen dijeruji
Nartadi Yana
hahahaha
Nartadi Yana
sabar dg kekurangan diri jadikan cambuk untuk lebih baik mas azam
Chen Aya
mampir thor
anikbunda lala
kok aku yang deg deg an ya
Nartadi Yana
kok bisa keluar tu si ojan kan sudah dikurung ya
Sripeni Verayanti
the power of Restu Ortu is the best way
Nartadi Yana
cocok deh Ilham penipu juga ditipu kapokmu kapan
Nartadi Yana
hamba Allah yang nggak pernah sholat isinya hanya dendam pakai cadar hanya untuk mengelabuhi orang
Usmi Usmi
🤣🤣🤣 wanita suci taik
Farel Podungge
itulah balasanx jka kita memfitnah orang lain 🙏🏽
Sri Lestari
prinsip hidup saya sebelum menikah uang masing2,,,,,baik boleh bodoh jangan Arimbi
Nartadi Yana
semoga rejekimu lancar mbi
Nartadi Yana
ntar atimbi jadi istrinya mas Aidan dan sukses punya rumah makan kaya mama Arum.
Nartadi Yana
itu akibat buang berlian dapatnya malah sampah WC umum lagi kapokmu kapan
Nartadi Yana
tuh karmamu langsung sampai ham bukan talak ditipu mentah mentah dan kamu sudah dibeli dengan gelar dan dibayarkan hutangmu
Nartadi Yana
banyak kejutan cadarnya bukan karena iman tapi ...
Nartadi Yana
berarti niat dari awal Ilham sudah berniat jelek, itu bohong sama kiyai kalau kuliah pakai beasiswa , akan menumpuk kebohongan selanjutnya
Nartadi Yana
Alhamdulillah akhirnya uang kembali rejeki anak.sholeh, Ilham cs tunggu karmamu
Nartadi Yana
gitu mas Aidan semoga berkah hidupmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!