Shiza, murid pindahan yang langsung mencuri perhatian warga sekolah baru. Selain cantik, ia juga cerdas. Karena itu Shiza menjadi objek taruhan beberapa cowok most wanted di sekolah. Selain ketampanan di atas rata-rata para cowok itu juga terlahir kaya. Identitas Shiza yang tidak mereka ketahui dengan benar menjadikan mereka menganggapnya remeh. Tapi bagaimana jika Shiza sengaja terlibat dalam permainan itu dan pada akhirnya memberikan efek sesal yang begitu hebat untuk salah satu cowok most wanted itu. Akankah mereka bertemu lagi setelah perpisahan SMA. Lalu bagaimana perjuangan di masa depan untuk mendapatkan Shiza kembali ?
“Sorry, aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita nggak cocok dari segi apapun.” Ryuga Kai Malverick.
“Bermain di atas permainan orang lain itu ternyata menyenangkan.” Shiza Hafla Elshanum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn rira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deal
Shiza tersenyum melihat Candra mengerjakan tugasnya dengan serius. Mereka tidak menyadari jika kelas sudah mulai terisi dengan murid yang berdatangan. Shiza memperhatikan lekuk wajah Candra mencari kesamaan teman masa kecilnya itu.
“Ada sesuatu di muka aku?”
“Nggak.” Shiza kelabakan. Ia langsung berdiri duduk di kursinya. Sekali lagi ia mencuri pandang ke arah Candra.
“Selamat pagi wahai penghuni kelas ini, Dimas yang ganteng udah datang.”
“Berisik sarang tawon !”
“Eh, ontel ada masalah apa sih kamu sama aku?” Dimas berdiri berkacak pinggang. “Perasaan aku menyapa dengan adil warga kelas ini.”
“Suara nggak ada merdu-merdu gitu pake teriak.”
“Ah, hati mungilku tersakiti.” Dimas mengusap dadanya dramatis. “Hai Shiza, aku sudah simpan nomor kamu loh.” Ucapnya senang.
Candra mengangkat kepalanya menoleh ke arah Shiza. “Emang kamu udah gabung grup?”
“Iya kemarin.”
Candra tersenyum lalu melanjutkan mengerjakan tugasnya. “Aku boleh simpan juga kan?”
“Boleh kok.”
“Pagi banget datangnya.” Aysela meletakkan tas diatas meja sambil mendaratkan tubuh di kursi.
“Iya. Papa ada perjalanan ke luar kota jadi aku diantar pagi.” Shiza menyimpan ponselnya ke dalam tas.
“Trus nanti pulangnya gimana?” Aysela urung membuka tas.
“Mama yang jemput atau nggak naik ojol.”
Bel terdengar seluruh siswa masuk ke dalam kelas. Begitupun dengan kelas lain. Tidak lama Chio juga masuk setelah menyelesaikan tugasnya. Ia melemparkan pandang ke arah Shiza sekilas lalu duduk di kursinya.
Setengah jam sebelum masuk…
Ryuga duduk dengan wajah kesal di kursinya. Entahlah ada rasa tidak terima saat Shiza tidak melihatnya dengan tatapan memuja seperti gadis lain. Bahkan Shiza seolah tidak nyaman berhadapan langsung dengannya. Ego Ryuga tersentil. Selama ini tidak ada yang menolak pesona nya hanya saja Ryuga yang pemilih. Cuma kalangan tertentu yang bisa duduk bersamanya.
“Kenapa sih cemberut?”
“Pergi.” Intonasi Ryuga sangat dingin tidak biasa. Ia menepis jari-jari yang menyusup di lengannya.
Gadis bernama lengkap Karen Zayba Candani itu mengerutkan keningnya heran. “Aku ada salah sama kamu?” Nada suara gadis itu terdengar pelan merasa tersakiti.
“Kamu punya kuping kan?” Iris mata Ryuga menatap tajam. Kekesalannya belum lagi hilang kini sudah ada yang mendekatinya lagi.
“Kamu aneh !” Karen beranjak dari kursi dengan perasaan dongkol. Tidak biasanya Ryuga bersikap demikian. Ia harus mencari tahu apa penyebab idola sekolah itu bad mood pagi ini.
“Karen salah apa sama kamu?” Dariel memindahkan posisi duduknya untuk menghadap ke belakang. “Apa karena Shiza?” Sambungnya karena tidak mendapatkan jawaban.
“Dari mana asal gadis itu?”
Dariel tersenyum. “Dia pindahan dari luar negeri.”
“Bisnis orang tuanya.”
“Aku tidak tahu.” Senyum masih melekat indah di bibir tebal Dariel melihat kekesalan sahabatnya.
“Kenapa?” Chio selesai tugasnya langsung pergi ke kelas Ryuga. “Ah, sudah bel aku ke kelas dulu.”
“Aku mau informasi lengkap gadis itu !”
“Shiza.” Chio menghentikan langkahnya.
Ryuga mengangguk tanpa suara lagi. Ia sangat penasaran dan juga kesal. Shiza, nama itu terpatri di ingatannya. Entah kenapa Ryuga bersemangat untuk membuat gadis itu tunduk padanya. Tatapan Shiza harus memuja tertuju untuknya saja.
Suara langkah sepatu masuk ke dalam kelas memecahkan lamunan Chio. Ia memimpin kelas untuk hormat pada guru yang masuk. Hari ini mereka ada pelajaran olahraga di lapangan outdoor. Menerima sedikit materi, seluruh siswa dipersilahkan berganti pakaian olahraga sebelum berkumpul di lapangan.
“Kamu punya seragam olahraganya kan?” Aysela membuka paper bag miliknya.
“Iya, papa sudah beli seragam lengkap kemaren.” Shiza mengeluarkan bajunya. “Kita ganti dimana?”
“Ruang ganti tidak jauh dari sini. Ayo !” Aysela melingkarkan tangannya di lengan Shiza.
Beberapa menit kemudian seluruh siswa sudah berkumpul di lapangan. Menerima pengarahan kini mereka bebas mengambil peralatan olahraga yang akan di praktekan. Shiza dan Aysela mengambil raket. Sementara Candra dan juga Dimas main tenis meja. Dan Chio memilih basket. Olahraga itu diambil nilai per individu. Satu jam berlangsung pengambilan nilai sudah selesai. Keringat membasahi pelipis Shiza memberikan jejak seksi di wajahnya.
“Haus ya?”
Shiza tersentak merasakan dingin di pipinya. “Buat aku?”
“Iya.” Chio mendaratkan tubuhnya untuk duduk. Ia membuka tutup botol miliknya menenggak sedikit membasahi tenggorokan.
“Terimakasih.” Shiza langsung meminumnya tanpa basa basi. Sisa setengahnya ia berikan pada Aysela.
“Air nya kurang aku beli dulu ya.” Gadis berambut sebahu itu bangkit lalu melenggang pergi.
“Masih haus?” Chio menoleh ke samping. “Tapi sisa punyaku.” Sambungnya lagi.
“Udah nggak, nanti Aysela juga bawa minum.” Shiza mengusap keringatnya menggunakan lengan baju.
“Rumah kamu dimana?” Chio menjulurkan kaki ke depan duduk bersangga dengan kedua tangan di belakang.
“Jalan xx. Kenapa mau main?” Shiza menoleh lalu duduk seperti Chio.
“Emang boleh?”
“Gak ada larangan selagi bertamu baik-baik.” Shiza tersenyum manis. “Lumayan jauh dari sekolah.”
“Kamu pindahan dari luar negeri.” Hembusan angin menerbangkan poni-poni di kening Chio sehingga jidatnya sedikit terlihat.
“Hm, Kanada tepatnya.” Shiza merasakan sejuk menempuh tubuhnya. Posisi di bawah pohon rindang semakin memberikan kenyamanan. “Papa pindah kerja jadi aku ikut juga.”
Chio mengangguk. “Kamu punya pacar ?”
Shiza terkejut menerima pertanyaan itu. “Enggak.”
“Masa ? Cewek secantik kamu nggak punya pacar.” Chio terkekeh merasa bodoh bertanya seperti itu sementara mereka baru kenal.
“Cantik nggak menjamin seseorang harus punya pacar kan?”
Chio mengangguk. “Benar juga.”
🌷🌷🌷
Kantin sudah ramai diserbu warga sekolah, termasuk Shiza dan teman-teman. Mereka memilih menu lain hari ini, Shiza ingin merasakan menu berbeda setiap hari. Seperti hari kemarin pekik tertahan kembali terdengar kala most wanted sekolah memasuki kantin. Shiza sudah tidak terkejut atau penasaran lagi. Gadis itu fokus untuk makan menghiraukan objek yang menjadi perhatian. Tanpa ia sadari sepasang mata menatap tajam ke arahnya.
Emang boleh setampan itu ?
Bisa gak berhenti gantengnya Chio
Jangan manis-manis kenapa sih Rel
Ryuga jangan natap kek gitu ketar ketir nih
Masih banyak lagi celetukan yang terdengar namun Shiza tidak perduli. Rupanya pemuja pria tampan disekolah itu memang banyak termasuk Adel. Ia menjeda makannya hanya untuk melihat wajah tanpa yang susah di gapai itu.
“Ck, kapan sih mereka berhenti tampannya?”
“Nunggu mereka ubanan.” Sahut Aysela.
“Ih kamu tuh mereka gak bakalan jelek tau !” Adel tidak terima.
Shiza terkekeh, sialnya suara tawa itu mendayu jadi pusat perhatian sekitarnya. Ingat ! Shiza tertawa bukan senyum. Kecantikannya dua kali lipat. Ryuga semakin berniat menaklukan gadis itu.
“Aku pastikan dia takluk sama aku.”
“Kamu yakin?” Chio meletak nampan makanannya di atas meja.
“Kalau aku bisa, apa yang aku dapatkan?” Alis Ryuga terangkat menantang. "Kalau aku gagal, jam tangan punya ku untuk kalian berdua."
“Perangkat game terbaru dengan perintilannya.” Chio sangat tahu temannya ini pencinta game.
“Kamu ?” Ryuga beralih pada Dariel.
“Aku nggak ikutan.”
“Ck, kamu gak seru !” Air muka Ryuga berubah layu.
“Oke, kalau kamu bisa aku kasih sepeda keluaran terbaru. Kamu suka sepeda kan? ”
“Deal.” Ryuga tersenyum yakin.