Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bima bosan
Sagara merasa tugasnya sudah selesai, ia memberi kode kepada dua temannya untuk pergi dari rumah yang ia benci. Bukan ia tidak peduli dengan ibunya, tetapi luka yang dia dapatkan membuat hatinya terkatup rapat kembali.
Tangan Cahaya di genggam oleh Sagara, mereka keluar dari rumah tanpa basa-basi lagi. Begitu nelewati pintu gerbang, disana masih ada Akbar dan Rachel, Sagara meminta Aliando yang sedang menyetir untuk menghentikan mobilnya.
"Dzalimmu telah dapat balasan, sudah lihat kan siapa yang sebenarnya genius disini? Berlian dalam kubangan lumpur akan terlihat mengkilap jika sudah di bersihkan dan jika di jual akan mahal harganya, sedangkan sebuah besi bisa berkarat dan tidak berguna. Tidak akan ada yang mau beli besi berkarat, bertaubat lah sebelum sekarat." Ucap Sagara.
"Lihat saja, aku akan buktikan kalau aku lah yang akan jadi pemenangnya." Ucap Akbar dengan gigi beradu, tangannya terkepal kuat melihat sikap Sagara yang angkuh dari penilaian matanya.
"Menang malunya doang, hahaha." Ucap Cahaya tertawa meledek.
"Awas kau...!" Tunjuk Rachel geram.
"Di awasin kok, jangan judes-judes sama orang, nanti anaknya malah mirip aku loh. Gimana rambut? Aman kan? Gak pusing? Kalo pusing jangan lupa beli b****k ya." Ucap Cahaya melambaikan tangannya.
Ledekan Cahaya membuat darah Rachel kembali mendidih, dia merengut dengan mulut komat-kamit. Mobil yang di tumpangi Cahaya dan yang lainnya pun melaju meninggalkan Akbar dan Rachel begitu saja, di dalam mobilnya Cahaya dan kedua teman Sagara tertawa.
Sagara mengotak-atik laptopnya, dia sudah bekerjasama dengan asisten Akbar dan juga sekertarisnya. Kemungkinan Akbar saat ini tidak akan turun ke perusahaan, jadi Sagara akan memanfaatkan waktunya untuk menghandle semua yang bermasalah di perusahaan atas nama ibunya itu. .
"Ali, loe handle semua yang ada di kantor gue, Matheo juga. Nanti gue mau dateng ke kantor Mama, gue gak bakalan biarin tua bangka itu meraup hasil yang sebenarnya udah banyak banget yang dia pakai." Ucap Sagara tanpa mengalihkan tatapannya.
"Yoi, Bro. Santai aja sama gue mah, asal tambahin aja bonusnya." Ucap Aliando.
"Bener banget tuh, lumayan lah buat nabung nikah nanti." Sahut Matheo.
"Kerja dulu yang bener, bonus mah nanti ngikut." Ucap sagara.
Cahaya melirik kearah laptop yang sedang di pegang Sagara, dia melihat tulisan dan angka yang membuat kepalanya pusing.
"Tuan, emangnya enggak pusing ya mainin yang kayak gitu setiap hari? Kalau jadi saya mah, mungkin udah migrain terus." Tanya Cahaya.
"Ya enggak lah, buktinya aku sehat-sehat aja. Pekerjaan itu kalau di bayangkan capeknya saja pasti kita banyak ngeluh, coba kalau tetap di jalani dan tekuni sampai terbiasa ya gak bakalan pusing. Pekerjaanku gak melulu soal data, harus turun ke lapangan untuk melakukan survey dan masih banyak yang lainnya." Ucap Sagara.
Cahaya membulatkan mulutnya membentuk huruf O, sekarang ia jadi mengerti kenapa kalau mau kaya itu tak mudah.
*******
Di sisi lain.
Bima duduk di kursi dengan wajah lesu, di tinggalkan oleh Cahaya dan Sagara membuatnya bete karena tidak ada teman bermain. Bi Nur bagi Bima itu tidak asik, hingga akhirnya dia main sendiri dan bosan.
"Bi, telpon mbak Yaya dong, Bima bosen nih." Ucap Bima pada Bi Nur yang sedang merapikan mainan miliknya.
"Ya nanti atuh Den, kan Neng Yaya bilang kalau gak lama perginya. Paling telat juga dzuhur udah pulang, ayo main sama Bi Nur aja biar gak bosen." Ucap Bi Nur mengajak Bima bermain lagi, dia juga tidak mengerti cara bermain bagi Bima itu seperti apa.
"Gak mau ah..! Bi Nur mah gak asyik, aku mau main pedang-pedangan Bi Nurnya malah teriak-teriak gak jelas." Kesal Bima.
"Ya namanya juga takut, Den. Mana Den Bima main gedebug aja, sakit tangan sama punggung Bi Nur yang kena." Ucap Bi Nur.
"Ya makanya telpon mbak Yaya, kalo sama mbak Yaya mah gak ngeluh kayak gitu. Main sama mbak Yaya mah seru, mau main apa aja langsung bisa." Cerocos Bima.
"Kalo mainnya kayak balap jemur baju, pel lantai sama sapu rumah mah Bi Nur siap-siap aja." Ucap Bi Nur bersemangat.
"Itu mah maunya Bi Nur, biar kerjaannya cepet beres." Cibir Bima.
Bi Nur terkekeh karena ucapan Bima benar adanya, lebih tepatnya menguntungkan dirinya. Bima bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya, sepanjang jalan dia komat-kamit demi melampiaskan kekesalannya.
Sampai di kamar. Bima mengambil laptop miliknya, ia iseng membuka kembali media sosial milik ibunya yang selalu memposting kegiatannya. Mata Bima terbelalak saat membaca caption yang tertulis di laman pribadi ibunya, ia segera mencari tahu lebih dalam tentang apa yang di lihatnya.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.