NovelToon NovelToon
The RADAN

The RADAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:200
Nilai: 5
Nama Author: Moon Fairy

SMA Rimba Sakti terletak di pinggiran Kota Malang. Menjadi tempat di mana misteri dan intrik berkembang. Di tengah-tengah kehidupan sekolah yang sibuk, penculikan misterius hingga kasus pembunuhan yang tidak terduga terjadi membuat sekelompok detektif amatir yang merupakan anak-anak SMA Rimba Sakti menemukan kejanggalan sehingga mereka ikut terlibat di dalamnya.

Mereka bekerja sama memecahkan teka-teki yang semakin rumit dengan menjaga persahabatan tetap kuat, tetapi ketika mereka mengungkap jaringan kejahatan yang lebih dalam justru lebih membingungkan.

Pertanyaannya bukan lagi siapa yang bersalah, melainkan siapa yang bisa dipercaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moon Fairy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Sudah masuk waktu istirahat yang ke dua kalinya di mana adzan Dzuhur mulai berkumandang di mushola SMA Rimba Sakti. Saat ini seorang gadis beralmamater OSIS tengah berjalan di koridor sekolah sambil membawa buku besar di tangannya. Langkahnya terhenti ketika ia mencium asap aneh yang membuat hidungnya merasa terganggu.

Dirinya menghampiri asal dari asap tersebut di mana itu berada di belakang rumah kebun sekolah yang kini sudah tak terpakai lagi.

Matanya terbelalak melihat bahwa itu adalah asap rokok dari ketiga siswi kelas 12 yang sangat ia kenali.

"Mbak, tolong matiin rokok itu! Ini sekolah, apalagi kalian pakai seragam sekolah," katanya meminta.

Sedangkan ketiga siswi itu langsung tertawa sejenak sebelum memandangnya acuh dan kembali melakukan kegiatan mereka.

"Tolong matiin sebelum saya panggil—"

"Halah, berisik!" salah seorang siswi dari ketiganya memotong ucapan gadis itu sambil melempar putung rokok ke sembarang arah. Ia berjalan mendekati gadis itu dengan tatapan tak suka, namun ketika tangan kanan siswi itu sudah mengudara dan akan segera menamparnya, seseorang datang bak pahlawan kesiangan menahan tangannya.

"Minggir!" geram siswi itu tak terima, tapi tangannya tak kunjung dilepas oleh gerangan yang baru datang tersebut.

Ia hanya menatap kedua teman dari siswi itu sejenak kemudian melepaskan tangannya. "Ini wilayah sekolah, Mbak. Kalau mau merokok pulang saja, jangan pakai baju sekolah. Dikasih tahu kok malah ngelunjak? Masih baik lho dia kasih tahunya sendirian, coba kalau bawa guru?" katanya kesal.

Ketiganya menatap mereka malas sebelum akhirnya pergi dari tempat itu menyisakan mereka berdua.

"Makasih, Nad," ucap gadis itu.

"Sama-sama. Kalau mereka cari masalah, lawan aja!" balas temannya itu yang bernama Nadya Cahyani Soekardjo seraya membetulkan almamater OSIS-nya dan ikatan rambut ikalnya. "Oh iya, Aisyah. Aku boleh tanya sesuatu?"

Aisyah Sastroamodjo—gadis berjilbab putih itu hanya mengangguk.

"Kamu kan sama Arga, mau minta tolong kasih ini ke dia," kata Nadya seraya menyodorkan sebuah kotak pada Aisyah.

"Gi-gimana ya, Nad. Bukannya gak mau, tapi—"

"Please," potong Nadya memohon.

Sambil menghela napas akhirnya Aisyah mengambil kotak tersebut. "Ini pertama dan terakhir kalinya, ya," katanya.

Nadya tersenyum. "Iya, ini yang pertama dan aku gak janji ini jadi terakhir kalinya," balasnya sambil menggandeng pundak Aisyah dan mengajaknya pergi dari tempat tersebut. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor sekolah hingga mendapati sebuah kerumunan di dekat gedung lab. "Ngomong-ngomong, itu ada apa ya ramai banget?" tanya Nadya sambil menunjuk ke arah depan di mana para siswi kelas 10 sedang berkerumun di sana.

Aisyah ikut terheran melihatnya. Keduanya saling berpandangan sebelum mereka memutuskan untuk menghampiri pusat kerumunan tersebut. Nadya melepas gandengannya dan berjinjit untuk melihat apa yang sedang terjadi, tapi ia langsung menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menghela napas malas.

"Ada apaan di sana?" tanya Aisyah.

"Cuman Rian sama Dimas yang lagi bawain komputer," jawab Nadya sambil menjauh dari kerumunan itu, diikuti oleh Aisyah. "Aneh-aneh aja, kayak gak pernah ngeliat cowok," lanjutnya menggerutu.

"Rian...?" gumam Aisyah bertanya.

"Mereka tetangga kelasku. By the way, Dimas hari ini bolos kegiatan OSIS dan lebih milih belajar di kelas, kalau Rian...gak mungkin kamu gak tahu, kan?" jelas Nadya.

"Oh, kalau Dimas bukan bolos, katanya ada persiapan lomba IT di Malang, jadi dia izin sama ketua OSIS untuk gak ikut kegiatan selama masa orientasi," balas Aisyah menerangkan.

"Apapun itu—"

"Eh, itu kak Arga!"

"Kak Arga! Kak Arga!"

Mata Nadya langsung melotot dan kembali ke arah kerumunan tadi—berdesakan dan berusaha maju ke depan untuk melihat secara langsung wajah dari pujaan hatinya.

Sedangkan di belakang kerumunan itu, Aisyah hanya menggelengkan kepalanya saja. "Padahal cuman bawa komputer," gumamnya heran.

Tiba-tiba, seseorang menepuk pundaknya membuat ia menoleh. Itu adalah sang wakil ketua OSIS, Kevin Abimanyu, dari kelas 11 MIPA 2.

"Ngeliatin apa?" tanyanya.

"Tadi cuman ikut Nadya ke sini, ada apa?" jawab Aisyah diakhiri pertanyaan.

"Oh iya, Nadya ada di gedung IPS, kan? Nanti tolong kasih tahu dia kalau Dimas harus ikut apel penutupan, dia jaga di belakang kelas 10-3," ujar Kevin memberitahu.

Aisyah hanya mengangguk sebagai jawabannya, lalu Kevin pun pergi meninggalkannya.

Dalam perjalanannya menuju mushola, Kevin melihat seorang siswi berambut hitam panjang dengan poni yang hampir menutupi kacamatanya tengah berjalan ke arah yang sama. Jalannya nampak terburu-buru dan panik membuat Kevin ikut melangkahkan kakinya menghampiri siswi tersebut.

Tetapi, ia terhenti saat ada yang menepuk pundaknya.

"Dimas?"

"Mau protes," ujar Dimas tiba-tiba.

"Hah?" tanya Kevin bingung.

Rupanya di sana Dimas di sana tidaklah sendirian, melainkan juga datang bersama Rian dan Arga.

"Itu soal apel penutupan. Aku gak bisa ikut karena masih ada yang harus diselesain," lanjut Dimas.

"Bukannya tadi udah?" tanya Kevin.

"Harusnya udah, tapi laptopnya tiba-tiba rusak, tadi baru dibenerin sama Pak Ruslan," terang Dimas.

"Ada-ada aja, yaudah diizinin, jangan lupa juga bilang ke Aisyah biar dia izinin kamu di absen pulang," balas Kevin. "Duluan," lanjutnya kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga.

Tak lama, ada yang menghampiri mereka, itu adalah Aisyah dan Nadya.

"Agak mencurigakan juga," ucap Rian pelan, namun didengar oleh mereka semua.

"Apanya?" tanya Nadya menyahut.

"Iya juga, kenapa dia ke sana?" sambung Arga sambil menatap punggung Kevin dari belakang yang tengah berlari mengejar sesuatu.

"Yang pasti mau sholat," sahut Aisyah membuat mereka menoleh ke arahnya.

"Syah, izin lagi, laptopnya baru dibenerin," tukas Dimas.

Dengan senang hati Aisyah mengangguk lalu memberikan sebuah kotak pada Arga.

"Apaan?" tanya Arga heran.

"Dari—" Belum sempat Aisyah menyelesaikan perkataannya, Nadya dengan spontan mencubit lengan Aisyah pelan. "Dari fans kamu, gak tahu siapa. Dia datang, kasih, terus pergi," lanjut Aisyah berbohong.

Rian langsung mendelik ke arah Aisyah. "Buat aku gak ada?" tanyanya dengan wajah seolah merasa sedih.

Sedangkan Aisyah hanya menghendikkan bahu tanda tak tahu dan tak peduli, kemudian Nadya pun bertanya pada Rian, "Kamu tadi curigain apa ke Kevin?"

"Kepo," jawab Rian singkat membuat Nadya langsung memutar bola matanya malas.

Dimas pergi meninggalkan mereka yang disusul oleh Rian. Sedangkan Arga pergi berlawanan arah. Aisyah juga berniat pergi menuju kantor, namun ditahan oleh Nadya.

"Makasih ya, Syah," katanya dan Aisyah hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.

Kedua gadis itu pun pergi ke arah masing-masing tujuan mereka. Mungkin saat ini mereka berlima terlihat tidak memiliki ikatan persahabatan sama sekali, namun seiring berjalannya waktu, mereka akan tahu bahwa mereka yang seolah ditakdirkan untuk memiliki ikatan tersebut akan terus diuji oleh misteri yang mulai mengintai SMA Rimba Sakti.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!