Alettha gadis 16 tahun yang kini duduk di bangku kelas 2 SMA itu nampak diam termenung, wajah cantiknya masih terlihat kesedihan yang mendalam.
Kehilangan Ayahnya membuat gadis itu begitu frustasi dan begitu sedih, belum lagi semua aset kekayaan ayahnya kini sudah di ambil alih oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab.
Alettha Kinaya Ayu, harus meneruskan hidup nya berapa dengan ibu tiri dan kakak tiri nya yang kurang menyukai nya itu, entah apa yang akan terjadi pada gadis malang itu.
Yuk mampir di cerita pertama ku semoga kalian suka❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lembayung Senjaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Ibu Mona
Mentari menembus masuk kedalam cela cela gorden putih di rumah sakit itu.
****
Sebuah mata perlahan terbuka dengan perlahan.
Putih
" Di mana aku?." Gumam Alettha menatap sekelilingnya dan menahan kepala nya yang terasa begitu berat dan nyeri.
Alettha mengingat ingat kejadian sebelumnya saat dirinya pergi dan hujan hujanan kemudian ada sebuah mobil yang menabrak nya kemudian gadis itu tak ingat lagi.
" Akh..kepala ku pusing sekali.." Gumam Alettha.
Clek
Pintu terbuka dan nampak seorang pria dengan setelah jas putih terkejut melihat Alettha yang sudah siuman dan sedang memegangi kepalanya.
" Hey nak, apa kamu baik baik saja?". Ucap Dokter Muklis langsung mendekat kearah Alettha.
Alettha menatap Pria asing yang tak lain adalah dokter Dirumah sakit itu dengan heran.
" Bagaimana saya disini dokter, seharusnya tidak ad orang yang menolong ku agar aku bisa bertemu dengan orang tua ku saja.." Alettha nampak histeris membuat Muklis khawatir.
" Tenang nak, semua akan baik baik saja. Tenang kan dirimu. Kamu baru saja sadar setelah 7 hari kamu tidak sadar kan diri."
Alettha menatap Dokter Muklis.
" Saya koma dokter, lantas kenapa saya masih disini sedang kan saya tanpa identitas dokter?."
Muklis menghela nafas nya berusaha membuat Alettha jauh lebih tenang.
" Kamu tidak perlu memikirkan hal itu nak, kamu disini dengan jaminan saya sebagai pemilik rumah sakit ini dan juga.."
Muklis menghentikan ucapannya memikirkan dari mana dia harus bicara tentang Delima yang tak sengaja menabrak dirinya.
Alettha diam menunggu ucapan Dokter Muklis.
" Maaf, karena supir pribadi istri ku dan juga istri ku sendiri membuat mu dalam kondisi saat ini. Tapi percayalah dia berusaha menyelamatkan mu dan membawa mu kemari nak."
" Seharusnya tidak perlu melakukan itu semua, bisa saja saya sudah bertemu dengan orang tua saya jika istri dokter langsung meninggalkan saya."
Dokter Muklis begitu terkejut mendengar ucapan Alettha.
" Sebelum nya, saya ingin tahu nama kamu nak dan berapa usia mu?". Dokter Muklis berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
Alettha menatap jendela rumah sakit yang memperlihatkan seorang suster membawa pergi pasien nya.
" Nama ku Alettha Kinaya Ayu dan usia ku 16 tahun dokter." Gumam Alettha lirih.
" Nama yang cantik secantik pemilik nya, sekarang saya sudah bisa memberikan identitas padamu."
" Kapan saya boleh pergi dari sini, saya tidak ingin merepotkan orang lain dokter."
" Tetap disini sampai keadaan mu membaik, setelah itu saya bisa bantu agar kamu bisa bertemu dengan keluarga mu."
Alettha menggeleng pelan.
" Aku tidak punya siapa pun, lagi pula dokter terlalu baik membantu saya."
Dokter Muklis nampak terkejut dengan ucapan gadis itu. Entah trauma apa yang sedang di rasakan oleh nya
****
Waktu berlalu begitu saja.
Muklis sendiri sudah memberi tahu tentang keadaan Alettha pada Mona membuat wanita itu merasa iba terhadap nya, Mona meminta agar Muklis bisa mengizinkan dirinya membawa Alettha kerumah mereka.
Itu semua juga karena Mona merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada gadis itu.
Alettha hanya diam saat Mona membawa nya kerumah besar itu.
"Dulu rumah ku juga sebesar dan sehangat ini, namun dulu." Alettha menatap rumah besar dengan bunga mawar yang mengelilingi rumah itu.
" Ini rumah saya, sekarang kamu bisa tinggal disini dan mengganggap kami adalah keluarga kamu ." Mona yang sedari dulu mengharapkan seorang anak perempuan merasa cukup terhibur dan senang dengan kehadiran Alettha meski gadis itu masih banyak diam.
Seorang wanita paru baya nampk berdiri kaku menatap siapa gadis yang dibawa oleh majikannya itu, wanita itu menutup mulut nya tak percaya.
" Nona muda Alettha.." Pekik nya tak percaya dan langsung berlari menghampiri dua orang yang menatapnya kaget itu.
" Nona Alettha..." Alettha seketika terdiam menatap siapa yang datang dan langsung memeluk tubuh nya itu.
" Bibik...." Seru Alettha pelan.
Deru nafas dan Isak tangis terdengar begitu menyayat hati.
Wanita itu adalah Kariyah. Pembantu sekaligus pengasuh Alettha sejak bayi, namun saat ayah Alettha menikah lagi pengasuhan seketika di berhentikan tanpa sepengetahuan mereka oleh istri baru ayahnya itu.
" Papan, bik..pa..paa..papa pergi meninggalkan Alettha . Papa jahat ninggalin Alettha sendiri dan kenapa bibik ada disini?. Kenapa bibik pergi gak bilang Alettha." Cerca gadis itu .
" Sabar yah non, semoga kehidupan nona Alettha jauh lebih baik. Maafin bibik pergi gak pamit tapi ini permintaan ibu nona Silvia."
Mona hanya diam menatap pembantu dan gadis yang di bawa sedang bercengkrama begitu dekat dan begitu saling mengenal.
" Nyonya, maaf kan saya." Ucap Kariyah menyadari Mona menatap pertemuan mereka.
" Gak papa bik, apa bibik mengenal gadis ini?."
Kariyah tersenyum menatap Alettha penuh kasih sayang.
" Dia anak yang saya asuh selama 15 tahun nyonya, dia anak dari majikan saya. Alhamdulillah setelah 1 tahun tidak bisa bertemu akhirnya kita bisa bertemu lagi nyonya." Seru Kariyah.
Mona hanya mengganguk dan tersenyum, banyak yang ingin dia tahu tentang gadis itu namun dia tahu situasi mungkin sedang tidak baik sekarang.
" Alettha akan tinggal disini sekarang bik, bawa dia ke kamar atas dan perlakukan dia dengan begitu baik."
" Baik nyonya."
Alettha menatap Mona.
" Ada apa Alettha, jika ada yang ingin kamu katakanlah?".
Alettha menghela nafas pelan.
" Izinkan saya kerja disini saja ya buk, bersama dengan bik Kariyah ."
Mona nampak terkejut dengan permintaan Alettha. Dia membawa nya kerumah nya bukan semata-mata untuk memperkerjakan gadis itu.
" Saya tidak meminta mu bekerja nak, hidup lah selayaknya kehidupan mu sebelum nya. Anggap aku adalah ibu mu..."
" Saya begitu bahagia dengan ucapan Bu Mona, tapi jika anda minta saya seperti itu sebaiknya saya pergi dari sini. Saya tidak ingin merepotkan kehidupan orang lain dan rasa iba tentu nya."
Mona diam dan berfikir mungkin sebaiknya seperti itu, Alettha juga pasti sungkan padanya dan keluarga nya.
" Baik lah, buat dirimu senyaman mungkin disini. Jika membutuhkan sesuatu langsung saja katakan pada ku atau bik Kariyah ."
Alettha tersenyum.
Mona meninggal Alettha dan bik Kariyah .
" Ayo masuk non, bibik anter ke kamar non Alettha." Bik Kariyah menggandeng tangan Alettha dengan senyum di wajah nya.
" Bik, jangan panggil aku dengan sebutan nona muda lagi. Panggil aku Alettha saja." Gumam Alettha lembut.
" Baik lah, mana yang bisa membuat non Alettha eh..Alettha nyaman saja ." Gumam bik Kariyah sembari tertawa pelan.
Bik Kariyah membawa Alettha berkeliling dan memberitahu beberapa tempat kamar dan juga taman mawar milik Mona.
Rumah itu benar benar megah dan mewah, begitu banyak foto masa kecil 2 anak laki-laki yang sudah di pastikan jika itu adalah kedua anak Mona dan dokter Muklis.
Di belakang rumah terdapat sebuah paviliun besar di mana para pekerja rumah itu tinggal.
" Bibik tinggal di paviliun itu?." Gumam Alettha saat memandang bangunan putih yang cukup besar di belakang rumah utama.
" Iya, disana semua pelayan supir tukang kebun ada semua Ndok."
Bik Kariyah berdiri di samping Alettha .
" Alettha tinggal Disana aja yah bik, sama bibik dan pekerja lain nya." Alettha menatap bik Kariyah .
" Tapi ndok nyonya meminta mu tinggal di rumah utama."
Alettha menggeleng pelan.
" Aku sama seperti pekerjaan di sini bik, aku bukan nona muda lagi jadi aku akan mulai kehidupan baru aku di sini. Cuman di sini aku di perlakukan sebaik ini ."
Bik Kariyah nampak sedih menatap anak majikannya yang dulu selalu tersenyum bahagia penuh kasih sayang dn limpahan harta, kini terlihat begitu menderita.
Rambut panjang nya nampak kusut. Wajah ayu nya nampak sendu entah apa yang dia alami selama ini, bik Kariyah begitu merasa iba melihat gadis belia itu .