Libelle Talitha, atau Belle, adalah gadis 17 tahun yang hidup di tengah kemewahan sekolah elit di Inggris. Namun, di balik kehidupannya yang tampak sempurna, tersembunyi rahasia kelam: Belle adalah anak dari istri kedua seorang pria terpandang di Indonesia, dan keberadaannya disembunyikan dari publik. Ayahnya memisahkannya dari keluarga pertamanya yang bahagia dan dihormati, membuat Belle dan ibunya hidup dalam bayang-bayang.
Dikirim ke luar negeri bukan untuk pendidikan, tetapi untuk menjauh dari konflik keluarga, Belle terperangkap di antara dua dunia. Kini, ia harus memilih: terus hidup tersembunyi atau memperjuangkan haknya untuk diakui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perselingkuhan
Di rumah sakit, suasana hening terasa ketika Angelina, ibu Paula, melangkah masuk ke kamar rawat ibunya Draven. Tatapannya dingin dan penuh ketegangan saat dia menatap tubuh lemah di atas ranjang. Ibu Draven, yang terbaring dengan wajah pucat, berusaha tersenyum saat melihat Angelina datang.
"Angelina, kau datang juga," ujar ibu Draven dengan suara pelan namun ramah. "Terima kasih sudah menyempatkan waktu."
Angelina tersenyum tipis, tetapi senyumnya tidak memancarkan kehangatan. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik tatapannya. "Tentu saja, aku selalu peduli padamu. Bagaimana keadaanmu sekarang?"
Sebelum ibu Draven bisa menjawab, pintu kamar terbuka dan masuklah Lucas, ayah Draven. Matanya langsung bertemu dengan mata Angelina. Seketika ada ketegangan yang menggantung di udara, sebuah rahasia yang jelas hanya diketahui oleh mereka berdua. Angelina dengan tenang menoleh padanya, seolah tak terjadi apa-apa.
Lucas tampak sedikit terkejut, tetapi dengan cepat memasang wajah biasa. "Angelina," sapa Lucas dengan nada datar.
Angelina hanya tersenyum samar. "Lucas, sudah lama sekali kita tidak bertemu di tempat seperti ini," katanya, nadanya setengah menggoda namun penuh kepalsuan.
Ibu Draven tidak menyadari ketegangan di antara mereka, dia hanya melihat pertemuan ini sebagai kunjungan biasa. Namun di balik layar, hubungan gelap antara Angelina dan Lucas telah berlangsung lama, sebuah rahasia yang disembunyikan dengan baik dari kedua keluarga mereka. Hubungan itu bukan sekadar perselingkuhan, tetapi juga bagian dari permainan bisnis yang lebih besar, di mana pernikahan Paula dan Draven menjadi jembatan untuk menyatukan kekayaan dan kekuasaan.
Lucas mencoba menjaga sikapnya, tapi Angelina tahu bahwa di dalam hati Lucas ada kegelisahan yang dia sembunyikan. "Jangan khawatir, Lucas," bisik Angelina ketika dia mendekat ke arahnya dengan pelan, cukup pelan agar ibu Draven tak mendengar. "Semua ini akan berjalan sesuai rencana kita."
Lucas hanya mengangguk kecil, tanpa bisa menolak. Ia terjebak dalam jaringan skandal yang tidak bisa dihindarinya, sementara ibu Draven tetap tak sadar akan hubungan terlarang yang terjalin di balik bayang-bayang.
Angelina kemudian berbalik menuju pintu, menatap Lucas untuk terakhir kalinya dengan senyum yang penuh makna. "Aku akan kembali lagi nanti. Jaga dia baik-baik," katanya sebelum melangkah pergi.
Setelah ibu Paula, Angelina, meninggalkan rumah sakit, suasana di kamar perawatan kembali tenang. Ibu Draven mulai pulih, meski wajahnya masih tampak lemah. Beberapa saat kemudian, Draven datang dengan langkah cepat setelah diberi tahu bahwa ibunya telah sadar.
"Ibu..." panggil Draven dengan suara lembut, saat ia membuka pintu kamar. Tatapannya penuh kekhawatiran namun terselip rasa lega ketika melihat ibunya sudah bangun. Ia mendekat ke ranjang, menggenggam tangan ibunya dengan hati-hati.
"Draven, kau datang..." ucap ibunya dengan senyuman lemah. Suaranya masih terdengar pelan, tetapi ada kehangatan yang Draven rindukan.
"Ibu, bagaimana perasaanmu sekarang? Kau sudah lebih baik?" tanya Draven, suaranya penuh perhatian.
Ibu Draven mengangguk perlahan. "Iya, nak. Aku merasa sedikit lebih baik. Terima kasih sudah datang. Kau pasti sibuk, tapi aku senang kau ada di sini."
Draven menatap ibunya dengan rasa bersalah. "Ibu, aku akan selalu datang untukmu. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian," katanya dengan tekad yang kuat, meskipun ada banyak hal yang mengganggu pikirannya. Pertemuan dengan Paula dan desakan ayahnya membuat hatinya gundah, tetapi di hadapan ibunya, Draven berusaha menyingkirkan segala beban itu.
Setelah beberapa saat berbicara, Draven akhirnya bertanya, "Bu, tadi ada yang datang menjenguk, ya? Aku dengar dari perawat, ada tamu."
Ibu Draven mengangguk. "Iya, Angelina datang menjengukku."
Mendengar nama Angelina, Draven merasa canggung. Ia tahu bahwa ibu Paula bukan hanya sekadar teman lama keluarganya. Ada sesuatu di balik hubungan itu yang selalu terasa tidak beres, terutama melihat bagaimana ayahnya dan Angelina saling bertindak selama ini.
Draven terdiam sejenak, lalu dengan lembut mengalihkan pembicaraan, "Ibu, istirahatlah. Aku akan menemanimu sebentar di sini."
Ibu Draven tersenyum dan menutup matanya perlahan. Draven terus menggenggam tangan ibunya, berusaha menenangkan dirinya di tengah kekacauan hidupnya yang semakin membelit. Namun, di dalam benaknya, berbagai pertanyaan mulai bermunculan.
Draven sudah lama merasakan ada yang tidak beres dengan hubungan ayahnya, Lucas, dan Angelina, ibu Paula. Setiap kali ia mendapati mereka berdua bersama, tatapan yang mereka tukar bukanlah sekadar hubungan bisnis seperti yang selalu diklaim ayahnya. Ada keintiman terselubung yang membuat Draven semakin curiga. Namun, selama ini ia memilih untuk tidak bertindak gegabah, apalagi mengingat kondisi ibunya yang sakit parah. Draven tidak ingin memberikan beban tambahan kepada ibunya yang sudah cukup menderita.
Setiap kali ia melihat Lucas dan Angelina bersama—baik itu di acara keluarga, di pertemuan bisnis, atau bahkan di rumah sakit—Draven selalu merasa ada sesuatu yang lebih. Lucas sering menghindari topik itu atau memberikan jawaban singkat yang tidak memuaskan, sementara Draven hanya bisa menahan diri.
Hari itu, setelah menghabiskan beberapa jam di rumah sakit bersama ibunya, Draven memutuskan untuk pulang. Namun, rasa gelisah tidak meninggalkannya. Saat ia mengendarai motornya menuju rumah, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Apakah benar ada hubungan terlarang antara ayahnya dan Angelina? Apa yang sebenarnya sedang terjadi di balik layar ini?
Sesampainya di rumah, Draven menemukan ayahnya sedang duduk di ruang kerja, seolah tidak ada yang salah. Lucas tersenyum melihat kedatangan Draven.
"Bagaimana keadaan ibumu, Draven?" tanya Lucas, seolah-olah ia adalah suami yang perhatian.
"Dia sudah lebih baik," jawab Draven singkat, menatap ayahnya dengan sorot mata yang sulit ditebak. "Ayah... tadi ibu bilang Angelina datang menjenguknya."
Lucas terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan nada datar, "Ya, dia teman lama ibumu. Tentu saja dia akan menjenguk."
Jawaban itu tidak memuaskan Draven. Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan, tetapi ia memutuskan untuk menahan diri—setidaknya untuk saat ini. Dengan kondisi ibunya yang lemah, Draven tidak ingin memicu konflik besar yang bisa menghancurkan keseimbangan rapuh dalam keluarganya.
"Baiklah," ucap Draven akhirnya, mencoba bersikap tenang. "Aku akan kembali ke kamarku."
Lucas mengangguk, dan Draven pun pergi menuju kamarnya. Di balik sikapnya yang tenang, Draven bertekad akan menyelidiki hal ini lebih jauh. Ia tidak akan membiarkan ayahnya terus bersikap seolah-olah tidak ada yang salah, sementara semua tanda-tanda menunjukkan bahwa ada sesuatu yang keliru di antara keluarganya dan keluarga Paula.
***
Di sisi lain, Paula yang baru saja pulang dari sekolah tampak kesal saat menyadari ibunya tidak ada di rumah. Ia langsung menuju kamar kakaknya, Elvin, yang sedang sibuk belajar.
"Kak Elvin, ibu di mana?" tanya Paula dengan nada sedikit tergesa.
Elvin menatap adiknya dengan alis terangkat. "Memangnya ada apa kau mencari ibu?" tanyanya penasaran, sambil meletakkan bukunya.
Paula menghela napas kesal, lalu menjatuhkan diri di kursi yang ada di kamar Elvin. "Tidak ada apa-apa. Aku cuma... sedang kesal dengan murid baru di sekolah. Dia mendekati Draven, tunanganku! Itu sangat menyebalkan!" keluh Paula tanpa sadar mengungkapkan kekesalannya kepada kakaknya.
Elvin memandangi adiknya dengan rasa bingung. "Murid baru? Maksudmu yang kau ceritakan kemarin itu?"
"Ya, Belle," jawab Paula dengan nada ketus. "Dia bukan siapa-siapa, tapi berani mendekati Draven. Sepertinya dia sengaja pindah ke sekolah kita untuk membuat masalah."
Elvin terdiam sejenak, lalu menatap Paula dengan mata menyipit. "Kau yakin itu hanya masalah Belle mendekati Draven? Atau... kau cemburu?"
Paula langsung menepis tuduhan itu. "Bukan soal cemburu! Draven dan aku sudah bertunangan, dan bisnis keluarga kita juga bergantung pada hubungan ini. Tidak ada yang boleh merusak itu, apalagi seorang gadis yang tiba-tiba muncul tanpa latar belakang jelas!"
Elvin tersenyum kecil mendengar reaksi Paula. "Kalau kau benar-benar yakin dengan Draven, kenapa harus khawatir soal Belle? Fokus saja dengan rencana keluarga kita, urusan sekolah itu hal kecil. Jangan biarkan hal itu merusak semuanya."
Paula mendengus, tapi dalam hati dia tahu bahwa Elvin ada benarnya. Namun, rasa tidak tenang tetap menghantuinya. Ia masih merasa Belle adalah ancaman, dan bukan hanya untuk hubungannya dengan Draven, tapi juga untuk status sosialnya di sekolah.
Paula pun bangkit dan meninggalkan kamar Elvin tanpa berkata apapun lagi, namun pikirannya masih dipenuhi dengan kecemasan tentang Belle. Ia tidak akan membiarkan siapa pun, terutama gadis seperti Belle, menghancurkan apa yang sudah ia dan Draven bangun selama ini.
Sementara itu, di tempat lain, Belle baru saja tiba di apartemennya setelah menjalani hari yang panjang. Ia tidak menyadari betapa besar dampaknya di lingkungan baru ini, terutama pada Paula yang sudah memandangnya sebagai ancaman besar.
serta jangan lupa untuk mampir di ceritaku ya❤️
ada beberapa kalimat yang masih ada pengulangan kata..
contoh kyk ini: Belle berdiri di jendela di bawah langit.
jadi bisa d tata struk kalimatnya;
Belle berdiri di tepi jendela, menatap langit Inggris yang kelam
atau bisa juga Belle berdiri di jendela, memandang langit kelam yang menyelimuti Inggris.
intinya jgn ad pengulangan kata Thor, dan selebihnya udah bagus