Tentang seseorang siswa laki-laki bernama Yunan, dia adalah pewaris dari Angkasa Grup. Namun, dia merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, semenjak sang ayah menikah lagi. Ayahnya lebih berpihak kepada ibu tiri dan kakak tirinya, yang berambisi mengusai perusahaan. Sementara ibu kandungnya telah meninggal dunia saat dia masih kecil.
Yunan hidup urak-urakan, dia sering mengikuti balapan motor liar di jalanan, bahkan dia sering bermasalah di sekolah. Saat ini dia menjadi siswa kelas 3 SMA di sekolah milik ayahnya. Banyak gadis-gadis yang memuja ketampanannya, mereka menyebutnya pangeran sekolah.
Tidak ada guru yang berani menghukumnya, selain guru biologi, guru cantik itu sama sekali tidak segan kepada Yunan yang notabenenya anak dari pemilik sekolah. Sehingga Yunan sangat kesal kepada guru itu.
Namun bagaimana jika ada sebuah kejadian tak terduga yang membuat Yunan dan guru biologi itu tiba-tiba menjadi sepasang suami-istri? Dan mereka harus merahasiakannya dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Tersangka
Saat ini Yunan, Angga dan ketiga temannya, yaitu Niko, Doni, dan Ferdi. Mereka sedang berada di ruang BK.
Ruang BK kebetulan ada di samping Ruang Guru. Dara sebagai wali kelasnya Yunan berada disana, begitu juga Bu Maya, sebagai wali kelasnya Angga cs.
"Murid ibu sudah berbuat ulah pada murid-murid saya. Lihatlah mereka dibuat babak belur sama Yunan." Bu Maya tidak terima dengan perlakuan Yunan kepada murid-muridnya, karena dia yang bertanggungjawab terhadap anak kelas XII-IPS 3.
Sementara Dara adalah wali kelas XII-IPA 1. Dia hanya bisa menghela nafas menatap Yunan yang sedang duduk disampingnya, memiliki suami seperti Yunan membuatnya harus banyak bersabar.
"Jangan mentang-mentang kamu anak Pak Tomi, kamu bisa berbuat seenaknya, Yunan. Pak Tomi sudah bilang pada kami semua sebagai guru agar bersikap netral sama kamu. Tidak boleh mengistimewakan kamu." Bu Maya memarahi Yunan, baru kali ini dia berani marah pada anak pemilik sekolah tempat dia bekerja, mungkin karena sudah tidak tahan dengan kelakuannya.
"Tapi kita jangan hanya mendengarkan dari satu pihak, Bu Maya. Kita harus mendengarkan penjelasan dari Yunan juga. Dari tadi Yunan belum dikasih kesempatan untuk bicara lho." Dara meminta Bu Maya untuk mendengarkan penjelasan dari Yunan juga.
"Untuk apa mendengarkan penjelasannya? Yunan tidak babak belur sama sekali, sementara murid-murid saya lihatlah keadaan mereka!" Bu Maya menujuk Angga, Niko, Doni, dan Ferdi yang sedang meringis kesakitan memegang wajahnya.
Sementara Yunan, wajahnya begitu bersih, sama sekali tidak terlihat ada luka lebam.
"Sudah saya katakan, saya hanya menolong orang. Mereka yang berbuat ulah, mereka yang menyerang saya, ya saya lawan, masa saya diam? Tanya saja pada Malik, dia yang jadi korban pemalakan mereka." Yunan mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Malik pun dipanggil ke ruang BK.
Malik sangat ketakutan sekali saat menatap Angga dan kawan-kawan, karena dia sudah lama menjadi korban pembullyan oleh mereka.
Dara mencoba bertanya pada Malik, "Malik, apa benar kamu dipalak oleh Angga, Doni, Niko, dan Ferdi?"
Malik tak langsung menjawab, tangannya gemeteran. Dia terpaksa harus berbohong, "Ng-nggak, Bu. I-itu semua gak benar."
Yunan tidak terima, dia segera berdiri mendekati Malik. "Woi, gue sudah nolong lu tadi? Lu lupa ya?" Yunan menjadi emosi, padahal dia hanya ingin menolong Malik, tapi malah jadi tersangka utama dalam kasus pembullyan.
Dara menahan lengan Yunan untuk menenangkannya. Dia memberikan pertanyaan kembali pada Malik, "Kamu gak bohong kan, Malik? Jangan takut..."
Bu Maya memotong perkataan Dara, "Maksudnya apa Bu Dara berbicara seperti itu? Sudah jelas Yunan yang berbohong, anda telah gagal menjadi wali kelas, Bu Dara."
Novan datang ke ruang BK, sebagai Kepala Sekolah yang begitu disegani, dia harus menjadi penengah diantara mereka, karena guru BK sudah tidak sanggup menanganinya.
Semuanya menjadi diam setelah ada kehadiran Novan.
Novan duduk di kursi sofa yang kosong, dia menatap tajam pada adik tirinya. "Yunan, cepat minta maaf pada mereka!"
Sudah Yunan duga, Novan tidak akan berpihak padanya. "Untuk apa aku minta maaf? Aku gak salah."
"Saya Kepala Sekolah disini, saya bisa saja mengeluarkan kamu disini jika kamu terus berbuat ulah."
Dara merasa ada yang tidak beres dengan persaudaraan mereka berdua. Apa karena mereka saudara tiri makanya tidak akur.
Yunan segera berdiri, "Oke, keluarkan saja saya dari sini. Sampai kapanpun saya gak akan minta maaf, karena saya gak salah."
Malik sangat merasa bersalah pada Yunan, tapi dia lebih takut dengan ancaman Angga cs. Wajahnya memang tidak lebam, karena Angga cs hanya memukul perutnya, walaupun sebenarnya dia masih merasakan sakit dibagian perutnya.
Pak Tomi telah tiba disana, dia menjadi emosi melihat Yunan yang tidak mengakui kesalahannya dan berani menghajar keempat orang siswa itu. Apalagi Angga adalah anak dari pengusaha terkenal.
Pak Tomi segera masuk ke ruang BK, tiba-tiba dia menampar wajah Yunan.
Plakk...
Yunan meringis memegang wajahnya.
Dara terkejut melihat Yunan yang ditampar begitu keras oleh Pak Tomi.
"Papa kecewa sama kamu, Yunan. Papa pikir kamu bisa berubah, ternyata papa salah, sampai kapanpun kamu gak akan bisa berubah. Kamu tega menghajar empat siswa tidak berdosa, kamu berani melawan guru dan kepala sekolah disini. Kalau kamu tetap seperti ini, papa akan memindahkanmu ke luar negeri."
Dara melihat ada kesedihan di mata Yunan, walaupun bocah itu mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja. Apakah mungkin Yunan adalah anak broken home? Makanya dia tinggal sendirian di apartemen, tadinya Dara tidak penasaran dengan kehidupan Yunan, tapi entah mengapa dia merasa kasihan padanya, karena tidak ada yang berpihak padanya.
"Mohon maaf atas kelancangan saya, Pak. Tapi sebagai wali kelas Yunan, saya berjanji saya akan mendidik murid saya dengan baik." Dara memberanikan diri untuk berbicara kepada pemilik sekolah SMA Angkasa itu, ayah dari suami bocahnya. "Tapi izinkan saya untuk bertanya sekali lagi pada Malik."
Kemudian Dara mencoba berbicara dengan lembut pada Malik, Dara merasa ada kejanggalan melihat dari ekspresi Malik yang begitu ketakutan. "Malik, apa benar yang dikatakan oleh Yunan itu sebuah kebohongan? Tolong katakan yang sebenarnya. Mumpung ada pemilik sekolah disini, kamu harus berani bicara, agar bisa mendapatkan perlindungan jika seandainya terjadi sesuatu yang kami tidak tahu."
Yunan menatap takjub pada Dara, akhirnya ada orang yang mencoba ingin mempercayainya. Padahal dulu dia menganggap Dara adalah guru yang paling menyebalkan.
Malik memainkan jemarinya, tangannya sangat gemetar sekali. Keringat dingin bercucuran di dahinya. Dia bingung harus berkata jujur atau tidak. "A-aku....aku..."
Angga cs tau bagian mana yang tidak terekam kamera CCTV, makanya mereka selalu memalak para siswa lemah di bagian belakang sekolah pojok kiri.
Sementara Novan, dia hanya bisa menghela nafas, dia tidak suka jika Dara harus berpihak pada Yunan, walaupun dia tau Dara melakukannya karena dia adalah wali kelasnya Yunan.