NovelToon NovelToon
Payungmu Di Hujan Terakhir

Payungmu Di Hujan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aolia

Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketakutan

Malam itu, Aile terbaring di kamarnya, menatap kosong ke langit-langit. Pikirannya kacau, seolah-olah setiap suara angin di luar jendela membawa gelombang ingatan buruk yang ia coba lupakan. Ayahnya akan segera dibebaskan, bukan karena dia tidak bersalah, melainkan karena pengacaranya yang luar biasa kuat. Keluarganya mungkin melihat ini sebagai sebuah kemenangan, tapi bagi Aile, hal itu justru menambah ketakutannya.

Aile menyimpan rahasia besar. Sesuatu yang tidak pernah ia ceritakan kepada siapa pun, bahkan Nuka. Ancaman ayahnya membuatnya bungkam selama bertahun-tahun. Ayahnya tidak hanya terlibat dalam penipuan besar, tapi juga memiliki masa lalu kelam yang membuat Aile hidup dalam ketakutan setiap hari. Satu hal yang terus menghantuinya: ayahnya telah membunuh. Kejadian itu disembunyikan dengan rapih, dan hanya Aile yang tahu. Ia masih bisa mendengar kata-kata ayahnya malam itu, setelah menyaksikan hal mengerikan.

**"Kalau kamu buka mulut, kamu tahu apa yang akan terjadi, Aile. Jangan coba-coba mengkhianati ayah."**

Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya, menghancurkan setiap ketenangan yang pernah ada. Sekarang, dengan kabar ayahnya akan segera dibebaskan, ketakutan Aile semakin besar.

Saat ayahnya sampai di rumah, kehadirannya tidak membawa kelegaan, melainkan ancaman yang lebih nyata. Di balik senyum manisnya saat menyapa keluarganya, ada tatapan tajam yang mengarah langsung pada Aile. Saat seluruh keluarga berkumpul, ayahnya diam-diam menarik Aile ke sudut ruangan.

**"Kamu tahu aturannya, kan, Aile? Tetap tutup mulut."**

Ancaman itu kembali terasa begitu nyata. Aile merasakan dingin di punggungnya, seolah-olah beban itu tidak pernah hilang.

Malam itu, perasaannya tak lagi bisa dia kendalikan. Dengan langkah berat, dia keluar dari rumah tanpa tujuan. Dia butuh udara, dia butuh kebebasan, tapi ke mana dia harus pergi?

Tanpa sadar, kakinya membawanya menuju kafe tempat Nuka bekerja. Meski dia tahu Nuka mungkin sedang tidak ada di sana, tempat itu tetap memberinya sedikit rasa aman. Aile duduk di sudut kafe, berharap bisa melihat sosok yang selalu membuatnya tenang. Tapi Nuka tak kunjung datang. Setiap kali pintu kafe terbuka, dia berharap Nuka akan muncul, tapi yang datang hanyalah pelanggan lain.

Jam semakin larut, dan kafe itu mulai sepi. Meskipun kafe tersebut buka 24 jam, Aile merasa semakin tidak nyaman. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk pergi dari sana dan melangkah tanpa tujuan, entah ke mana. Mungkin dia hanya akan berjalan sampai kelelahan, sampai pikirannya tidak lagi diisi dengan ketakutan.

Di saat yang sama, Nuka baru saja tiba di kafe, terlambat setelah menyelesaikan pekerjaan lainnya. Salah satu rekan kerjanya menghampirinya sambil membawa pesanan.

"Nuk, cewek cantik yang sering lo bawa ke sini tadi dateng, tapi udah pergi lagi. Mungkin dia nungguin lo."

Mendengar itu, Nuka merasa khawatir. Aile jarang pergi sendirian ke kafe, apalagi larut malam seperti ini. Tanpa pikir panjang, Nuka mengambil helmnya dan bergegas keluar, berharap dia bisa menemukan Aile sebelum sesuatu yang buruk terjadi. Ada perasaan yang mengganjal di dadanya, seolah-olah dia tahu Aile sedang butuh bantuan.

Di sisi lain, Aile berjalan sendirian di trotoar yang sepi. Suara langkahnya beradu dengan jalanan yang basah. Di tengah pikirannya yang kalut, tiba-tiba dia mendengar suara tertawa dari sekelompok pemuda yang sedang duduk di dekat persimpangan jalan. Aile mencoba mengabaikan mereka, tapi salah satu dari mereka memanggilnya, membuatnya semakin merasa tidak nyaman.

"Hei, cantik, mau ke mana sendirian malam-malam gini?"

Aile mempercepat langkahnya, tapi para pemuda itu malah mengikutinya, mendekat dengan senyum licik di wajah mereka. Ketakutannya semakin menjadi. Saat salah satu dari mereka mencoba meraih tangannya, Aile hanya bisa terpaku, tubuhnya gemetar.

Namun, sebelum hal yang lebih buruk terjadi, Nuka tiba-tiba muncul, langsung menghadang kelompok itu.

"Sialan, jangan berani lo sentuh dia!" teriak Nuka dengan nada yang tajam, membuat para pemuda itu tersentak kaget.

Nuka tidak membuang waktu. Dengan cepat dia memukul salah satu dari mereka yang mencoba menyerangnya, dan dalam sekejap, sekelompok pemuda itu melarikan diri, meninggalkan Aile dan Nuka sendirian di jalanan yang sepi.

Aile masih gemetar, rasa takutnya belum hilang sepenuhnya. Dia memandang Nuka dengan mata berkaca-kaca, kemudian tanpa berpikir panjang, dia memeluk Nuka erat-erat, tubuhnya terasa dingin di bawah jaketnya yang tipis. Itu adalah pertama kalinya Aile memeluk Nuka, dan meski tubuhnya lemah, pelukan itu penuh dengan rasa lega.

"Makasi ka..." bisik Aile pelan, suaranya hampir tenggelam oleh suara malam.

Nuka mengelus punggung Aile, mencoba menenangkannya. "Kamu aman sekarang, Aile. Aku di sini."

Setelah beberapa saat, mereka duduk di halte yang sepi, mencoba menenangkan diri. Suasana terasa hening, hanya suara angin yang berhembus pelan menemani mereka. Aile masih memegang tangan Nuka, seolah-olah takut melepaskannya.

Akhirnya, dengan suara yang berat, Aile memberanikan diri untuk bicara. "Ka... ada sesuatu yang harus aku ceritain ke kamu."

Nuka menatap Aile dengan penuh perhatian, memberi isyarat bahwa dia siap mendengarkan.

Aile menundukkan kepalanya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menceritakan sesuatu yang selama ini dia pendam. "Ayah... dia... dia bebas ka"

Nuka tersenyum hangat "bagus dong aii, berarti ayah kamu ga salah"

Aile menggeleng cepat membuat nuka bingung "kenapa? cerita ke aku!" ucapnya lembut

"Dia emang salah ka, bahkan bukan cuma sekedar penipu tapi juga pembunuh" ucap aile sedikit berat

Nuka terkejut mendengar itu, tapi dia tetap tenang, menunggu Aile melanjutkan ceritanya.

"Dulu sepulang ayah jemput aku dari les musik, ayah ga sengaja nyerempet orang, orang itu terus teriak minta tolong, mungkin karna panik ayah malah ngegas mobilnya dan nabrak orang itu dengan lebih kenceng, aku cuma bisa nangis ka. Bahkan dulu polisi interogasi ayah, tapi karna bukti udah diilangin dan aku sebagai satu-satunya saksi mata malah bungkam karna di ancam, aku masih takut. Takut apa yang akan dia lakukan kalau aku buka mulut... , aku gagal di audisi musik aja, hampir mati di tangannya ka" ucap gadis itu setelah lama memendam

Air mata Aile mulai mengalir, tapi dia berusaha menahannya. Nuka menggenggam tangan Aile lebih erat, menunjukkan bahwa dia tidak sendiri.

"Jangan takut lagi yaa, aku paling tau gimana pemberaninya aile, apalagi sekarang udah ada nuka yang juga tau, jangan pikir kamu sendiri ya, ayo kita selesai in ini sama-sama "ucap Nuka dengan suara lembut dan tatapan teduhnya.

Aile mengangguk pelan, merasa sangat lega setelah mengeluarkan rahasia yang selama ini menghantuinya. Mereka berdua duduk di sana, menikmati keheningan malam yang perlahan menghangatkan hati Aile. Di antara segala ketakutannya, setidaknya dia tahu bahwa Nuka akan selalu ada di sisinya.

1
Shion Fujino
Karya bagus yang tak bisa dilewatkan, love it!
cøøkie
Baper abis!
_senpai_kim
Penulisnya jenius!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!