Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Arlinda yang tanpa dia sadari sudah masuk ke dunia lain, yang Dimana Arlinda sendiri harus menjalankan bermacam tugas yang diberikan oleh seorang nenek. yang sudah berumur ratusan tahun. namun nenek tersebut tetaplah memiliki wajah yang begitu cantik. maka dari itu untuk bisa pergi ke dunia asalnya, Arlinda akan mengikuti arahan dari nenek tersebut. namun hal yang terjadi, didunia tersebut yang membuat. Arlinda terus saja menunda tugasnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iroiron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 21
Keesokan hari nya, Arlin masih berada diatas ranjang nya. Dengan raut wajah yang begitu sedih, ditambah dengan kedua mata yang sembab akibat, semalaman memikirkan siapa sosok pria yang tega, melakukan hal yang tidak diinginkan oleh Arlin, dengan cara paksaan. Hal itu lah, membuat Arlin tidak, bergerak begitu jauh dari tempat tidur nya.
Sekitar pukul 06.30, pangeran Eric, pangeran Rexsy, dan juga Putri Briel sudah, berada di kereta kuda. Dan berniat untuk menunggu kedatangan Arlin. Akan tetapi pangeran Eric yang, merasa bahwa sudah waktunya mereka berangkat pun, tampak begitu cemas. Hal itu membuat putri Briel, dan pangeran Rexsy bertanya-tanya, dengan saling berpandangan.
"pangeran Eric, apa yang membuat mu begitu cemas"? Tanya Briel.
"tidak, maaf bisakah seseorang memanggil wanita itu, untuk segera pergi ke sekolah" pinta Eric, setelah mendengar pertanyaan dari putri Briel, Eric berusaha membuat sikap wajah nya tidak beraksi, dan tetap berwajah dingin. Namun dihati nya menolak untuk, tidak cemas. Sehingga.
"arghhh.. Baiklah, kalian pergi saja, aku ingin kembali terlebih dahulu" ucap Eric yang cukup membuat Briel dan Rex terkejut. Dan tanpa mendengar jawaban dari mereka berdua, dengan cepat Eric, keluar dari kereta nya. Dan berjalan menuju pintu istana, dengan sedikit tergesa-gesa. Sementara itu Rex dan Briel yang merasa. Sedikit aneh dengan tingkah laku Eric, pun memutuskan untuk, meninggalkan istana dan pergi menuju sekolah.
"hey,, pangeran Rex, bukankah belakang ini Eric tampak berbeda"? Tanya Briel.
"hemm...benar sekali yang kamu ucapkan, semenjak ada nya Arlin di istana, pangeran Eric sedikit berubah" jawab Rex yang, tampak antusias.
"hemm..tampak nya seperti itu, tapi walaupun begitu, aku rasa ada baik nya juga" ucap Briel yang, memandang kearah luar.
Kembali kepada Arlin, yang terus saja di ketuk pintu kamar nya, dari arah luar. Tok..tok..tok...tok, permisi nona Arlin, bisakah nona membukakan pintu, agar saya bisa masuk" pinta suara tersebut yang tidak lain adalah Rikka. Berulang kali, Rikka mengantuk pintu, tak satu pun jawaban yang dikeluarkan oleh Arlin. Dengan sangat cemas nya Rikka pun, segera pergi untuk menemui ratu, namun setelah pergi nya Rikka, Eric yang tampak sudah berada didepan kamar Arlin pun, tampak beberapa kali, menarik nafas nya. Lalu perlahan menghembuskan nya. Dan saat Eric, hendak mengetuk, pintu kamar Arlin tiba-tiba terbuka dan, disana berdiri lah Arlin, dengan menutup wajah nya menggunakan sebuah kain kecil.
"maafkan aku, bisakah kamu tidak mengantuk-ketuk pintu ku berulang kali, aku baik-baik saja, dan juga aku tidak pergi ke sekolah hari ini, hanya saja sedikit lelah, jika sudah paham pergi lah, jangan datang lagi, aku butuh sendiri" jelas Arlin, tanpa sadar sosok yang berdiri tepat dihadapan nya adalah pangeran Eric sendiri.
"aaa..maaf" jawab Eric pelan. Yang membuat Arlin sangat terkejut, dengan melihat kedua kaki. Arlin pun, sangat panik ketika melihat bahwa dihadapan nya ini, bukanlah pelayan, melainkan pangeran Eric. Dengan cepat Arlin, membungkukkan badannya,
"maafkan, atas kelancaran saya pangeran Eric" ucap Arlin yang masih panik.
"Hem...tidak, bagiamana kau bisa mengenali ku, dengan wajah yang tertutup kain"? Tanya Eric, yang berusaha bersikap dingin.
"aaa..itu, saya mengetahui nya... karena... Tadi pangeran yang menjawab perkataan saya" ucap Arlin, yang dengan refleks nya berdiri dan tanpa sengaja membuat kain, yang menutupi wajah nya, terjatuh kelantai. Begitu dengan kedua mata nya yang tepat. menatap mata Eric. Hal itu membuat reaksi diwajah Eric seketika berubah dalam beberapa detik, setelah Arlin. Kembali membungkukkan sedikit kepala nya.
"maafkan saya, tampak nya saya sedikit membuat wajah yang aneh pangeran" ucap Arlin panik. Eric yang melihat kedua mata Arlin sembab pun, sedikit merasa sedih. Lalu dengan berusaha, membuat sikap yang dingin Eric bertanya.
"apa yang terjadi, kenapa wajah mu seperti itu"? Tanya Eric yang berusaha, memaksimalkan suara nya, agar tetap seperti diri nya yang biasa. Dihadapan Arlin.
"aaa..maaf pangeran aku tidak bisa mengatakan nya, sebab aku tidak sengaja menggunakan tinta di wajah ku sehingga mata ku jadi seperti ini" jawab Arlin, yang tanpa berpikir panjang.
"baiklah, kenapa kau tidak pergi ke sekolah"? Tanya Eric.
"sekolah.. Aaa..maaf seperti nya hari ini aku sedikit lelah, dan butuh istirahat pangeran" jawab Arlin. Yang berusaha tidak panik.
"baiklah, kalau begitu jangan membuat kami menunggu lama" ucap Eric dingin. Yang kemudian meninggalkan Arlin seorang diri.
setelah kepergian Pangeran Eric, Arlin yang masih merasa sedikit panik pun, kembali ke kamar nya, lalu menatap wajah nya di depan cermin.
"huh...apa yang telah aku lakukan, dihadapan pangeran Eric" pikir Arlin dengan wajah yang menahan malu.
"tidak, sebaiknya aku tidak menyulitkan para pangeran, terlebih lagi seorang ratu" pikir Arlin, yang dengan segera. Mencari pakaian lalu pergi membersihkan tubuh nya.
sementara itu, Eric dengan wajah dingin dan hati yang cemas, pun memutuskan untuk pergi ke kamar nya. Namun dalam perjalanan ke kamar, Rikka seorang pelayan ratu melihat bahwa, pengeran Eric tidak pergi ke skolah pun, memutuskan untuk mendekati lalu bertanya.
"permisi pangeran, maaf bisakah saya bertanya kepada pangeran. Kenapa pangeran tidak pergi ke sekolah"? Tanya Rikka yang membungkukkan badannya lalu tegak kembali, dan menunduk kepala nya. pangeran Eric, yang mendengar nya pun, seketika menghentikan langkah kaki nya, lalu berbalik arah menatap, tajam ke arah Rikka.
"kenapa"? Tanya pangeran Eric dingin. Yang membuat tubuh, Rikka seketika merinding.
"aa..maaf kan saya pangeran, hanya saja jika ratu melihat pangeran disini, dan ratu tidak mengetahui apa yang membuat pangeran tidak pergi sekolah, ratu Alice akan marah besar" jelas Rikka, sedikit ketakutan.
"hah..cihh.. Baiklah, aku pergi" jawab pangeran Eric yang, segera menuju arah gerbang sekolah. Sementara itu Rikka yang melihat dari kejauhan pun, tampak merasa lega.
"fiuhhh.. hampir saja" gumam Rikka, yang kemudian segera menuju kamar Arlin.
Kemudian Arlin, yang tampak ingin meninggalkan tempat tidur nya pun, dengan beberapa persiapan. Seperti akan menjelajahi hutan. Dan begitu banyak juga perlengkapan. Yang Arlin bawa. Dengan menulis sebuah surat, dan meletakkan nya diatas meja. Arlin pun segera menggunakan sihir nya untuk, mengehentikan waktu, dengan begitu Arlin bisa bebas keluar dari istana. dengan menggunakan seekor kuda, lalu menyentuh nya agar bisa bergerak, Arlin pun segera pergi meninggalkan istana dan menuju bagian Utara. setalah jauh dari istana perlahan-lahan sihir yang Arlin, gunakan memudar,lalu orang-orang diistana kembali normal. Tanpa mereka sadari bahwa mereka sudah berhenti sejenak.