Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Dimarahi
Setelah sampai di rumah orang tuanya, Brian langsung masuk ke dalam ruang keluarga. Di sana sudah ada tuan Bobby bersama nyonya Rika, Bianca beserta Fathur, serta Bara dan Karin. Mereka duduk di sofa menunggu kedatangan Brian untuk meminta penjelasan darinya. Iya, tadi ketika pulang dari restauran Bianca dan Fathur langsung ke rumah orang tuanya dan mengadukan perbuatan Brian terhadap Fathur.
Sebenarnya Fathur tidak setuju dengan Bianca yang akan mengadukan masalahnya dengan Brian pada mereka karena Fathur takut Brian akan membeberkan alasanya kenapa dia memukuli Fathur. Tapi Bianca memaksa Fathur , dia tidak terima suami yang sangat dia cintai hajar oleh adiknya sendiri hingga babak belur. Bianca ingin sang papah memberi pelajaran pada Brian yang sudah bersikap kurang ajar pada suaminya.
"Akhirnya kamu datang juga Brian... " ucap tuan Bobby sambil menatap tajam pada sang putra bungsu.
Nyonya Rika yang duduk di samping Bianca lalu bangun kemudian menghampiri Brian yang berdiri di dekat sofa.
"Plak...plak..." nyonya Rika menampar kedua pipi Brian dengan cukup keras. Pipi Brian pun menjadi semakin berwarna merah setelah sebelumnya dia juga mendapat dua tamparan keras dari Bianca.
Bianca yang melihat Brian ditampar oleh sang mama pun tersenyum puas. Begitu juga dengan Fathur yang tersenyum tipis. Sementara Bara hanya melihat ke arah Brian dengan tatapan dingin. Sedangkan Karin terus memeluk erat tangan Bara karena merasakan ketegangan dalam ruangan tersebut.
"Sekarang kamu jelaskan sama mama kenapa kamu memukuli Fathur...! " seru nyonya Rika dengan emosi.
Brian hanya menunduk tidak menjawab pertanyaan sang mama. Melihat Brian hanya diam, tuan Bobby pun ikut kesal. Dia lalu mendekat pada Brian.
"Kenapa kamu diam saja Brian...? Apa kamu tuli ,hah..? Ayo jawab pertanyaan mamamu...!" seru tuan Bobby sambil melotot pada Brian.
"Maaf pah..." jawab Brian masih menunduk.
"Mungkin ini efek dari alkohol yang tadi sore Brian minum. Jadi Brian tidak dapat mengendalikan diri...." jawab Brian yang tidak mau mengatakan yang sebenarnya.
"Apa...? Jadi kamu mabuk..? Hah...? Dasar anak kurang ajar kamu Brian...!"
"Bughkk...bughkk..." tuan Bobby memukul wajah Brian.
"Bisa- bisanya kamu mabuk lalu memukuli kakak ipar kamu sendiri...! Kalau sampai orang tua Fathur tahu kamu memukuli anaknya, mau ditaruh di mana muka papa hah...!" tuan Bobby begitu emosi sambil mendorong tubuh Brian hingga jatuh ke lantai.
"Maaf pah..." ucap Brian.
Tuan Bobby begitu entengnya memukul Brian dan membentak- bentak Brian dihadapan saudara- saudaranya yang lain karena memang itu sudah menjadi kebiasaannya sejak Brian kecil.
Iya, dari kecil Brian memang sudah sering diperlakukan kasar oleh tuan dan nyonya Bobby. Menurut mereka Brian itu beda dari Bara dan juga Bianca. Mereka berdua sangat penurut beda dengan Brian yang sering membantah dan sedikit bandel. Oleh karena itulah baik tuan Bobby ataupun nyonya Rika tak segan untuk berbuat kasar kepada Brian jika dia berbuat salah.
Fathur pun merasa heran kenapa Brian memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan. Padahal sejak tadi dia sudah cemas dan berkeringat dingin khawatir jika Brian akan memberitahu mertuanya kalau alasan Brian memukulinya adalah karena dia mengatakan pada Brian dia ingin menikmati tubuh Viona. Pasti bukan hanya mertuanya yang marah melainkan Bianca pun akan marah besar padanya. Apa lagi Bianca itu orang yang sangat pencemburu.
Bisa- bisa Bianca mengamuk dan meminta cerai darinya, dan dia langsung dipecat jadi menantu oleh tuan dan nyonya Bobby.
Fathur pun merasa lega, mendengar jawaban Brian. Walapun sebenarnya dia merasa marah karena Brian telah menyakiti tubuhnya hingga babak belur. Bahkan sakitnya masih berasa sampai sekarang. Tapi dia merasa berterima kasih pada Brian yang sudah menutupi kelakuan buruknya. Setidaknya dia aman sekarang. Brian bukannya bodoh ataupun pengecut tidak mau memberitahu yang sebenarnya. Dia hanya ingin menjaga perasaan sang kakak yaitu Bianca. Bagaimana jadinya kalau dia berkata yang sebenarnya, pasti Bianca akan syok mendengarnya. Apalagi dia sedang hamil tua. Brian tidak mau terjadi hal buruk pada kandungan Bianca.
Selain alasan kondisi Bianca, Brian juga memikirkan nasib Viona. Untuk saat ini dia tidak ingin keluarganya mencurigainya bahwa dia sedang dekat dengan Viona. Dia tidak mau mereka tahu kalau selama ini dialah yang menyembunyikan Viona di apartemennya. Dia juga tidak mau mereka tahu bahwa dia menyukai Viona. Sekali lagi bukan karena dia pengecut. Tapi dia tidak mau menambah masalah untuk Viona.
Jika keluarganya tahu dia menyukai Viona pasti mereka akan menentangnya. Apa lagi Viona dan Bara masih dalam proses perceraian. Dan ditambah lagi Bara yang tetap dengan pendiriannya tidak ingin bercerai dari Viona walaupun dia tahu Viona sudah tidak menginginkan bersama dengan Bara lagi.
Mereka bukan hanya akan membenci Brian jika mereka tahu hubungan yang terjadi antara Brian dan Viona , melainkan mereka juga akan membenci Viona. Brian tidak mau itu terjadi. Viona sudah sering diperlakukan tidak adil baik oleh orang tua kandungnya sendiri maupun oleh orang tua Bara. Tentunya Brian tidak ingin menyeret Viona ke dalam masalah yang baru.
****
Setelah puas memarahi Brian, mereka semua pergi meninggalkan Brian di ruang keluarga. Tuan Bobby dan Nyonya Rika masuk ke dalam kamar, dan Bianca serta Fathur pun pulang ke rumahnya. Sementara itu Bara mengantar Karin masuk ke kamar untuk istirahat, kemudian dia kembali ke ruang keluarga untuk menemui Brian.
Brian duduk di sofa sambil memegangi pipinya yang memerah bekas tamparan serta memar berwarna biru kehitaman akibat pukulan dari sang papa. Bara lalu duduk di samping Brian.
"Tadi Bianca bilang dia ketemu kamu sama Viona di restauran sedang makan malam. Kenapa kau bisa bersama Viona...? Kau bilang kau tidak pernah bertemu dengannya dan tidak tahu di mana dia tinggal.Tapi kamu malah makan malam dengannya. Ada hubungan apa kalian...?" tanya Bara sambil menatap datar wajah Brian.
"Apa kak Bara lupa, beberapa hari lalu kak Bara pernah bilang kalau aku ketemu sama kak Viona kakak menyuruhku membujuk kak Viona agar mencabut gugatan cerai kepada kak Bara...?" tanya Brian.
"Aku ketemu sama Kak Viona dan mengajaknya makan malam untuk menyampaikan pesan dari kak Bara..." jawab Brian lagi- lagi berbohong. Sebenarnya dia memang sengaja mengajak makan malam romatis dengan Viona. Tapi sialnya mereka harus bertemu dengan Bianca dan Fathur di sana.
"Iya,,, kakak ingat kakak pernah mengatakan soal itu sama kamu. Lalu bagaimana , apakah Viona mau kembali pada kakak dan mencabut gugatan cerainya...?" tanya Bara.
"Sayangnya kak Viona tidak mau kak, dia sudah yakin ingin berpisah dari kak Bara..." jawab Brian sambil menoleh ke arah sang kakak.
Bara menghela nafas dengan kasar. Lalu dia menyenderkan tubuhnya di sandarkan sofa. Dia memejamkan matanya. Dadanya begitu terasa sesak. Sudah berbagai cara dia lakukan bahkan sampai memohon dan bersimpuh di hadapan Viona untuk memintanya membatalkan perceraiannya tapi tetap saja Viona menolaknya.
Bara bingung harus melakukan apa lagi untuk meyakinkan Viona kalau dia benar- benar menyesali perbuatannya menyakiti Viona. Walapun di sisi lain ada rasa bahagia karena Karin mengandung anak yang selama ini dia inginkan dari Viona. Tapi jujur rasa cinta di hati Bara hanya untuk Viona seorang.
Perasaanya terhadap Karin bisa dibilang hanya karena nafsu belaka. Karin yang begitu menggoda di hadapannya, Karin yang begitu bisa memuaskannya ketika sedang berada di atas ranjang. Dan Bara mendapat banyak hal baru soal s*x dari Karin.
Iya selama ini Bara adalah pria yang lurus- lurus saja. Dia hanya melakukan hubungan s*x bersama Viona dengan gaya yang biasa dan monoton. Di pun tidak tahu apakah Viona puas dengannya atau tidak, yang jelas jika dia sudah mencapai puncaknya ,ya sudah, semua akan selesai begitu saja. Begitu juga dengan Viona yang merupakan gadis lugu. Dia hanya bisa pasrah apapun yang diberikan oleh Bara.
Walapun kadang dia jarang mendapatkan kepuasan dari hubungannya bersama Bara, dia hanya bisa diam. Dia tidak berani protes karena tidak ingin menyinggung perasaan sang suami yang sudah baik padanya.
Tapi begitu Bara bertemu dengan Karin dan merasakan hubungan badan dengannya, Bara dapat merasakan sensasi baru darinya, hingga dia begitu ketagihan ingin mengulangnya lagi dan lagi.
Tapi begitu perbuatannya bersama Karin ketahuan oleh Viona , Bara merasa bersalah telah mengkhianatinya. Tapi di sisi lain rasa egoisnya kembali muncul. Dia ingin tetap bersama Karin karena ada calon bayi dalam rahimnya. Sementara di satu sisi dia ingin Viona memahami posisinya dan ingin Viona bisa mau tetap bersamanya. Iya, intinya Bara menginginkan Karin yang pandai memuaskannya ketika berhubungan badan dan dia juga menginginkan Viona yang selalu sabar dan mengerti perasaannya. Benar- benar egois.
Bersambung...
sukur-sukur kalau kamu hamil anak laki2 yg diinginkan mereka 😏😌
Wah kayaknya Viona hamil nih...