[Complete] Diantara dua desa, ada sebuah hutan yang berada ditengah kedua desa tersebut, konon jika mendengar suara gamelan maka dialam gaib lain sedang ada pesta hajat.
Suaranya begitu membuat merinding sampai membuat tidur kadang terbangun karena bercampur dengan suara lolongan anjing hutan.
Menurut warga desa sekitar saat ditanya mengenai suara gamelan tengah malam, dikira dari desa sebelah, desa sebelah mengira sebaliknya.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Ikuti kisahnya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebab Akibat
Pagi itu, Hasan memutuskan untuk ketempat Mbah Siman untuk menceritakan mengenai mimpinya bertemu dengan Darsiah. Ketika sudah sampai dirumah Mbah Siman, Hasan masuk dan duduk disampingnya.
"Mbah saya bermimpi bertemu Darsiah, Darsiah sudah menceritakan semuanya tentang dirinya. Dia memberikan sobekan kain jarik ini pada saya." Ungkap Hasan pada Mbah Siman.
"Saya sudah tahu. Kau pegang saja Kain itu, sangat kita butuhkan nanti." Ucap Mbah Siman yang sudah tau mengenai kejadian dimimpi Hasan.
"Sekarang kita harus cari tahu asal muasal tanah ladang itu. Kita harus ke rumah Yono." Ungkap Mbah Siman. Lalu berdiri dari duduknya.
"Baik Mbah."
Lalu Hasan melangkah mengikuti Mbah Siman untuk menuju ke rumah Yono.
Sesampainya dirumah Yono. Hasan dan Mbah Siman bertemu dengan Bapak Yono dan Ibu Yono. Sementara Yono saat itu sedang istirahat tidur.
Diruang Tamu semua duduk saling berhadapan. Lalu Mbah Siman membuka obrolan dengan sebuah pertanyaan. "Kalian ingat ladang yang terbengkalai untuk main Yono dan kawannya. Coba ceritakan selengkap mungkin untuk kami bisa menemukan cara agar terhindar dari tulah." Tatap mata tajam Mbah Siman pada kedua orang tua Yono.
Lalu Bapak Yono mulai bercerita :
"Lima tahun lalu, Keponakan saya Namanya Witan tinggal disini bersama saya dan membeli ladang itu. Dia mengelola Ladang itu dengan menanam berbagai macam sayuran untuk dijual ke pasar. Awalnya semua baik-baik saja, selang satu tahun ladangnya banyak penghasilan ruah melimpah, pendapatan banyak, tapi semenjak itu tiba-tiba dia merasa sakit-sakitan akhirnya memutuskan untuk pulang ke Jawa.
Dia kesini untuk merantau, asalnya dari jawa timur. Hingga sampai saat ini tidak ada kabar karena putus hubungan. Saya sekeluarga sudah mencoba meminta kontak ke semua keluarga disana tidak ada yang mau kasih kabar mengenai Witan. Saya merasa ada yang janggal.
Tapi saya ada alamat, tunggu saya ambil dikamar."Bapak Yono melangkah sebentar menuju ke kamar untuk ambil Secarik kertas berupa alamat rumah Witan di Jawa. Setelah sudah ditemukan di laci, Bapak Yono kembali ke ruang tamu dan duduk. Secarik kertas itu diberikan ke Mbah Siman.
"Kau siap untuk datang ke alamat ini." Tanya Mbah Siman pada Bapak Yono.
Bapak Yono ragu menjawab, lalu menoleh sejenak ke arah isitrinya untuk meminta pendapat. Istri Bapak Yono mengedipkan mata dan menganggukkan kepala, tanda disetujui.
Lalu menatap ke arah Mbah Siman. Lalu menjawab "Saya bersedia Mbah."
"Baik. Kamu gimana Le, kamu ikut Ndak." Tanya Mbah Siman pada Hasan.
"Saya Ikut Mbah." Jawab Hasan penuh dengan keyakinan.
"Baik. Besok Pagi kita berangkat. Hari ini kita menyiapkan segala keperluan. Jaga kesehatan kalian." Ungkap Mbah Siman.
Lalu semua kembali kerumah masing-masing.
-
Hasan sudah sampai rumah, diruang tamu bertemu Bapaknya yang sedang bersantai. Lalu Hasan duduk disamping Bapak nya.
"Pak, Besok Saya pergi ke Jawa bersama Mbah Siman dan Pak Yono. Kita ada kepentingan untuk informasi mengenai akar Masalah ladang itu." Ungkap Hasan.
"Bapak izinkan. Bapak janji akan menjaga keluarga kita. Kamu hati-hati diperjalanan ya." Jawab Bapak, lalu kembali merokok.
Semenjak kejadian itu, Hasan tetap melakukan aktivitas seperti biasa, mencari rumput untuk ternak sapi dan sekolah.
-
Keesokkan Pagi_
Koper terlihat sudah rapi didepan pintu keluar rumah, Hasan berdiri didengan memandang keluarganya. Hasan lalu mencium tangan kedua orang tuannya, pamit pada adik-adiknya. Lalu keluar rumah untuk menuju ke mobil travel, Hasan masuk kemobil dan mobil melaju meninggalkan desa ini.
Sepanjang perjalanan rasa kantuk hinggap begitu cepat, akhirnya tidur pulas. Perjalanan panjang ini membutuhkan energi yang banyak, melewati jalanan panjang, menyebrang lautan Sunda, hingga dua hari dua malam baru sampai dikota tujuan. Lalu kembali naik bus jadul menuju ke sebuah desa sesuai alamat yang dibawa oleh Bapak Yono.
Sesampainya didesa itu, desa perbukitan, hawanya adem dan asri. Sejuk membuat nyaman berada didekat kali yang masih terjaga keasliannya.
Hasan, Mbah Siman dan Bapak Yono berhenti tepat dipinggir jalan, keluar dari Bus, lalu menyebrang sedikit untuk masuk ke jalanan batu yang terjal. Sepanjang perjalanan melihat perumahan yang jaraknya lumayan jauh.
Bapak Yono melihat secarik kertas itu alamatnya sudah sesuai tapi letak rumahnya belum tahu. Seketika Bapak Yono menghampiri seorang warga yang berpapasan.
"Permisi Pak. Mau tanya rumah atas nama Pak Witan Mulyono dimana ya." Tanya Bapak Yono ke seorang Bapak Parubaya yang akan kekebun.
Bapak itu belum menjawab, itu mengerutkan dahi, lalu menjawab dengan perasaan sedikit takut. "OH..Si Witan. Lurus aja Mas, nanti belok kiri, ada rumah Papan warna Putih, itu rumahnya." Ungkap Bapak itu lalu segera pamit buru-buru.
Lalu Hasan dan Mbah Siman mengikuti Bapak Yono dari belakang.
Sesampainya dirumah Witan. Rumah itu sepi seperti tak berpenghuni. Sesampainya didepan pintu, Bapak Yono mengetuk pintu beberapa kali dan memanggil nama Witan. Setelah seseorang wanita membuka pintu dan berkata "Siapa ya?" Wanita itu kaget melihat Bapak Yono.
Lalu Wanita itu menyapa dengan antusias. "Paman."
"Sulis. Sehat Ndok." Tanya Bapak Yono.
"Sehat, Paman. Sini masuk." Sulis menyuruh masuk dan duduk diruang tamu.
"Sulis panggil Mas Witan dulu ya." Ucap Sulis. Lalu Sulis pergi untuk panggil Witan dan sekalian buat teh hangat untuk tamunya.
Hampir sepuluh menit berlalu akhirnya Witan menampakkan diri namun dalam keadaan sempoyongan karena kaki sebelahnya hampir lumpuh. Lalu mengapa tamunya dan duduk didekat Bapak Yono.
"Mas, maaf ya kalo bertahun-tahun saya tidak ada kabar. Saya merasa sangat malu dengan kebodohan saya." Ungkap Witan dengan penuh penyesalan.
"Yang lalu biarlah berlalu Witan, saya tahu apa yang kamu alami. Yang jadi Masalah sekarang anak-anak desa ada yang diteror mahluk Goib. Mereka terancam." Ungkap Bapak Yono.
Lalu wajah Witan kaget, terdiam dan mencoba mengingat sesuatu hal dimasa lalu.
"Coba ceritakan lebih detail bang." Pinta Witan untuk ceritakan dari awal sampai kesini.
Ketika sudah diceritakan Hasan, Mbah Siman dan Bapak Yono. Baru Witan menyadari apa yang dikira sudah selesai dimasa lalu, saat ini kembali dibuka.
"Semua ini kebodohan saya_
Saya membawa pegangan keris dari Jawa ke tempat itu, saya tanam keris itu dibawah gubuk yang saya bangun. Saya selalu membuat sesajen didekat batu, tujuannya saya kira untuk keberkahan, agar segala yang ditanam ditempat itu menjadi berkah dan subur. Tapi saya salah bersekutu dengan Jin dan setan. Awalnya hanya meminta Ayam, kambing, sapi, tapi lama-lama meminta tumbal manusia.
Saya merasa panik, ini diluar dari perjanjian memang licik sifat Jin dan setan itu. Saya masih punya perasaan manusiawi, saya memutuskan untuk putus semua perjanjian saya. Saya cabut keris itu dari tanah Ladang, saya bongkar gubuk itu dan setelah itu saya sakit dan memutuskan untuk pulang kejawa.
Setelah dijawa, keris itu saya kembalikan ke dukun untuk melakukan perjanjian itu. Waktu itu saya pikir sudah selesai. Namun para jin yang saya bawa itu ternyata menetap diladang itu dan membuat sebuah desa goib. Apa kalian mendengar suara gamelan?
"Saya mendengarnya Pak." Jawab Hasan.
"Hanya orang-orang pilihan yang bisa mendengar suara itu jika perjanjian itu dibuka kembali.
Satu-satunya cara untuk menutup perjanjian itu harus membakar sesuatu yang dimiliki Darsiah."
"Saya punya sobekan kain jarik yang diberi oleh Darsiah versi kebaikan." Ucap Hasan.
"Nah itu. Tapi maaf saya tidak bisa ikut disana, tapi saya akan pantau dari sini menggunakan telepati saya." Ungkap Witan.
Lalu semua terdiam. Akhirnya menemukan titik terang dalam Masalah ini.
Lalu Sulis berkata masakan sudah siap untuk menjamu tamunya. Akhirnya semua makan bersama.
-
...Setan atau Jin itu licik. Tipu dayanya sungguh membuat manusia tak berdaya jika imannya lemah....