Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.
Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.
Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.
Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.
Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?
Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
"Salvatore!" suara teriakan dari Ricardo yang penuh amarah itu menggema di sepanjang lorong, menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya.
Pintu ruangan dimana Salvatore berada terbuka keras dengan satu tendangan kuat. Salvatore yang terikat di kursi, mengangkat kepalanya. Wajahnya sudah penuh luka dan lebam. Namun tatapannya tetap menantang. Ricardo berdiri di ambang pintu, tubuhnya tegang dan matanya menyala penuh kebencian. Ia melangkah masuk, membawa sebatang besi panjang di tangannya.
"Kau!" teriak Ricardo lagi.
Adira dan Heriberto, langsung menegang. Penasaran sekaligus cemas, mereka pun keluar dari ruangan. Mengikuti arah suara tersebut. Ketika Adira dan Heriberto tiba di depan pintu ruangan di mana Salvatore ditahan, pintu itu sudah terbuka lebar.
Dari celah Heriberto yang di depannya, Adira bisa melihat Ricardo berdiri di dalam. Penuh dengan amarah yang tampak begitu mengerikan.
"Siapa yang mengirim mu kesini?!" tanya Ricardo dengan suara mengancam.
Salvatore terkekeh, meski darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
"Aku sendiri tuh!." jawab Salvatore remeh.
Ricardo tersenyum tipis, senyuman dingin yang membuat siapa pun merinding. Dia mendekati Salvatore. Perlahan, mengangkat batang besi di tangannya, menekan ujung besi ke bahu Salvatore dengan keras.
"Aku tak main-main, Salvatore."
Ricardo menunduk, wajahnya hanya beberapa inci dari Salvatore.
"Kau tahu itu."
Salvatore tetap diam, meski terlihat jelas bahwa dia sedang menahan rasa sakit.
"Kau pikir aku akan buka mulut?."
Ricardo lantas berdiri tegak. Lalu mundur beberapa langkah ke belakang. Dan tanpa aba-aba mengayunkan batang besi itu tepat ke lutut Salvatore.
Braaak!
"Aaaaarrrrggghhhh!."
Jeritan Salvatore menggema di ruangan itu. Sementara Ricardo hanya berdiri memandangnya dengan ekspresi dingin.
"Itu baru pemanasan," ucap Ricardo pelan.
"Aku akan dengan senang hati terus begini. Jika kau masih keras kepala."
Salvatore terengah-engah, tapi tetap mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Ricardo menatapnya sebentar, lalu melirik ke salah satu anak buahnya.
"Beri aku yang lain," perintahnya.
Salah satu pria di sudut ruangan pun menyerahkan sebuah pisau lipat. Ricardo membuka pisau itu dengan perlahan, membiarkan cahaya lampu memantul di permukaannya.
"Kau tahu jelas Salvatore," Ricardo memutar pisau itu di antara jarinya, "Rasa nya kehilangan sebelah telinga mu. Atau mungkin kau lupa? Biar ku ingat kan dengan beberapa jari mu." ujar Ricardo datar tanpa ekspresi di wajahnya.
Salvatore menegang, tatapan percaya dirinya mulai retak.
Ricardo yang melihat itu, tertawa kecil.
"Kau sudah ingat?." tanya Ricardo mendekat lagi, kali ini memegang tangan Salvatore yang terikat di sandaran kursi.
"Kesempatan terakhir. Bicara, atau..."
Ricardo menempelkan ujung pisau itu ke jari telunjuk Salvatore. Tekanan ringan sudah cukup membuat kulit pria itu robek, darah segar langsung mengalir.
"Kau gila!" Salvatore berteriak.
Tapi Ricardo hanya tertawa pelan.
"Gila? Mungkin."
Ricardo lalu menekan lebih keras, hingga pisau itu mulai menusuk daging.
"Ugghhhhh!" rintih Salvatore menahan sakit.
"Tapi aku selalu dapat apa yang aku mau." ujar Ricardo dingin.
Salvatore mulai panik. Dia mencoba menarik tangannya, tapi ikatan itu terlalu kuat.
"Sendiri! " Salvatore berteriak, napasnya memburu. "Aku benar-benar sendiri!."
Ricardo berhenti, tapi tidak mundur. Pisau itu masih menempel di jari Salvatore, siap menembus lebih dalam kapan saja.
"Nama," ujar Ricardo singkat.
Salvatore terdiam sesaat, lalu menunduk. Ruangan itu mendadak sunyi. Ricardo memiringkan kepalanya.
"Kau tiba-tiba bisu?," tanya Ricardo dengan senyum dingin di wajahnya.
"Kapak." ucap Ricardo pada seseorang di samping kiri nya.
Pria itu tanpa ba bi bu langsung mengambil kapak dari dalam kotak kayu hitam di sudut ruangan tersebut. Dan memberikan nya pada Ricardo.
"Bentangkan tangan nya." perintah Ricardo pada orang nya.
Kedua tangan Salvatore pun di pegangi oleh bawahan Ricardo. Ricardo dengan mata kosong dan senyum jahat di wajah nya mengangkat kapak itu. Bersiap menebas salah satu tangan Salvatore.
Adira, yang berdiri di ambang pintu, memekik kecil. Ricardo tiba-tiba berhenti dan menoleh. Tatapannya yang kosong itu kini bertemu dengan mata Adira. Adira terdiam, tubuhnya sedikit gemetar, belum pernah melihat Ricardo dengan kondisi seperti ini.
Ricardo menatap Adira sejenak, lalu pandangannya tajam beralih ke Heriberto.
“Heriberto,” panggil Ricardo datar. Seperti mengisyaratkan sesuatu tanpa perintah.
Heriberto segera memahami isyarat itu. Dia membalikkan badan nya, menghadap ke Adira. Lalu menarik lengan Adira dengan lembut.
“Ayo, pergi dari sini.”
“T-tapi...” Adira mencoba protes, namun Heriberto menggeleng.
"Percayalah, ini bukan untukmu.”
Adira akhirnya menurut. Mereka berjalan kembali menyusuri lorong. Tepat saat mereka sampai di ujung, terdengar suara jeritan melengking dari dalam ruangan Salvatore.
"Aaarrrgggghhhhhhhhhh!."
Jeritan itu membuat Adira mematung ketakutan. Namun, Heriberto dengan lembut mendorongnya untuk terus berjalan.
Sesampainya di ruangan Ricardo, Adira terduduk lemas di sofa dekat jendela dengan perasaan campur aduk memandang kosong ke luar.
Bayangan Ricardo yang penuh amarah dan jeritan Salvatore terus menghantuinya.
"Heriberto..."
.
.
.
Bersambung...
(ehemmm/Shhh//Shy/)