Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Kimmy bernafas lega setelah berhasil melewati batas terakhir rumahnya alias pintu gerbang. Tidak susah ngurusin 2 satpam yang sedang jaga, disogok dengan uang langsung iya iya aja. Dia mengambil ponsel lalu menghubungi Farel, beberapa menit kemudian, cowok itu sudah datang menjemput. Dengan motor sportnya, Farel membawa Kimmy ke tempat pesta.
Kimmy terkejut saat Farel menghentikan motornya di depan sebuah club malam. Kemarin pacarnya itu bilang jika acara ulang tahun temannya di rumah.
"Gak salah tempatnya, Yang?" Kimmy celingukan sambil melepas helm.
"Bener kok, disini tempatnya." Farel turun dari motor setelah melepas helm. "Yuk masuk."
"Kemarin kamu bilang di rumah."
"Tempat acaranya diganti. Dimanapun gak masalah, yang penting enjoy, iya gak?" dia menaikkan sebelah alisnya.
"Tapi... " Kimmy yang belum pernah masuk ke tempat seperti itu, sedikit ragu.
"Udah gak papa, ada aku." Farel menarik lengan Kimmy menuju pintu masuk. Setelah diperiksa oleh dua orang yang bertugas serta menunjukkan undangan, mereka diizinkan masuk.
Kimmy memeluk lengan Farel erat begitu memasuki club. Kepalanya langsung terasa pusing karena aroma alkohol serta suara musik yang sangat kencang. Suasana disana sangat jauh dari kesan pesta ulang tahun yang dia bayangkan. Terlihat muda mudi sedang asyik mengobrol sambil makan dan minum.
"Hallo, Bro." Farel mengangkat tangannya saat melihat Gio, si punya acara.
"Akhirnya datang juga." Gio dan Farel melakukan tos ala cowok. "Ini.... "
"Kimmy, dia cewek aku."
Merasa diperkenalkan, Kimmy mengulurkan tangannya ke arah Gio sambil menyebutkan nama.
"Gio," Sambil tersenyum, Gio balas menyebutkan nama. Dia menyambut uluran tangan Kimmy lalu mencium punggung tangannya.
Spontan, Kimmy menarik tangannya lalu menoleh ke arah Farel. Dia fikir cowoknya itu akan marah, tapi ternyata, reaksinya biasa saja.
"Gabung sama yang lainnya, enjoy the party." Gio menepuk bahu Farel lalu pergi, tapi baru beberapa langkah, dia kembali menoleh, mengerlingkan mata pada Kimmy.
Kimmy seketika bergidik, jijik dengan kelakuan cowok itu. "Yang, kamu kok diem aja sih, Gio cium tangan aku?"
"Cuma gitu doang," sesantai itu tanggapan Farel. Dia mengedarkan pandangan, mencari tempat yang sekiranya pas untuk dia bergabung. Saat menemukan posisi teman-teman se gengnya, dia langsung menarik lengan Kimmy.
Kedatangan Kimmy dan Farel disambut suka cita oleh teman-teman cowok itu. Di meja tersebut, ada 3 orang cowok dan 2 orang cewek. Farel memanggil seorang pelayan, memesan dua gelas minuman tanpa bertanya dulu pada Kimmy apa yang gadis itu mau.
Kimmy tak nyaman berada disana, perutnya terasa mual akibat bau alkohol.
"Pulang aja yuk," Kimmy bicara di dekat telinga Farel.
"Acaranya belum juga dimulai, masa pulang," tolak Farel. Melihat teman-temannya bermesraan dengan pasangan, Farel jadi ikut-ikutan, meringsek ke arah Kimmy, mulai mencium pipi hingga lehernya.
"Rel, jangan gini dong," Kimmy mendorong kepala Farel agar menjauh, dia mulai tak nyaman. Terlalu banyak orang disini, rasanya bermesraan seperti ini tidaklah tepat. "Banyak orang."
"Yang lainnya juga mesra-mesraan kok," Farel kembali mendekat, tapi lagi-lagi, Kimmy berusaha mendorong kepalanya.
"Aku gak nyaman disini." Kimmy merasa jika sejak tadi, Gio memperhatikannya meski dari jauh. Senyuman pria itu membuatnya merinding, seperti ingin memangsanya.
Farel melihat jam tangannya, "Baru jam 9 lebih, nanti sebelum tengah malam, pasti aku anter pulang. Nanggung, Beb, acara di dance floor belum mulai. Nanti kamu akan mulai menikmati setelah minum dikit dan joget di dance floor."
Kimmy menggeleng cepat, bisa habis dia kalau pulang dalam kondisi mabuk. "Aku mau pulang."
"Nanti aja."
"Farel please, aku mau pulang."
Farel tak peduli dengan rengekan Kimmy, dia malah asyik ngobrol dengan teman-temannya.
Saat pelayan datang membawakan pesanannya, Farel mengambil satu gelas lalu menyodorkan ke hadapan Kimmy. "Minum dulu, biar kamu rileks. Kamu cuma belum terbiasa, lama-lama juga seneng ke tempat ginian."
Kimmy makin mual mencium aroma minuman tersebut. "Gak, aku gak mau," tolaknya sambil mendorong lengan Farel.
"Cobain dikit aja." Farel kembali mendekatkan gelas tersebut ke mulut Kimmy.
"Aku gak mau." Kimmy mendorong kasar, sampai gelas tersebut terlepas dari tangan Farel. Tak pelak, kejadian itu menarik perhatian mereka yang ada di meja tersebut. Untung suara musik keras, kalau tidak, mungkin akan menarik perhatian semua orang disana.
"Apa-apaan sih kamu, Beb," bentak Farel. Mata pria itu melotot dan rahangnya mengeras.
Kesal karena dibentak, Kimmy pergi begitu saja.
"Kim, Kim, tunggu," Farel berusaha mengejarnya. Sebelum pintu keluar, Farel berhasil mencekal lengan Kimmy. "Mau kemana?"
"Pulang!" Kimmy menarik kasar lengannya lalu keluar. Ternyata Farel masih mengejarnya sampai di luar.
"Masuk!" bentak Farel sambil menarik lengan Kimmy.
"Gak mau!" Kimmy balas membentak. Dia menarik lengannya yang terasa sakit akibat cekalan Farel yang terlalu kuat.
"Gak usah kayak anak kecil, malu dilihatin orang." Farel memperhatikannya sekeliling, tampak beberapa orang melihat kearah mereka. "Cepetan masuk atau kita putus," ancamnya.
"Ya udah, kita putus," seru Kimmy lantang. Dia menatap Farel tajam dengan nafas naik turun menahan emosi. Selalu seperti ini, dikit-dikit ngancem putus, lama-lama dia muak juga.
Kalimat Kimmy jelas membuat Farel terkejut. Yang dia tahu, cewek itu bucin akut padanya, selalu menuruti apapun yang dia mau.
"Mulai detik ini, kita putus," ujar Kimmy lalu pergi.
"Beb, tunggu, Beb," Farel mengejar Kimmy yang berjalan menuju tepi jalan raya. "Aku hanya becanda, jangan gitu dong, maafin aku." Farel berhasil menahan lengan Kimmy.
"Lepas!" teriak Kimmy. "Aku kecewa sama kamu," mata gadis itu mulai berkaca-kaca. "Lepasin atau aku teriak dan bilang kalau kamu mau ngelecehin aku."
Ancam Kimmy berhasil membuat Farel melepaskan tangannya. Disaat bersamaan, sebuah taksi lewat, Kimmy melambaikan tangannya lalu masuk setelah taksi tersebut berhenti. Sepanjang jalan, dia menangis. Demi Farel, dia rela kabur dari rumah, bahkan sampai memberikan Alfath obat tidur dan menyogok satpam, tapi ternyata, Farel mengecewakannya.
Dia kesal pada Farel yang tak keberatan saat tangannya dicium cowok lain. Dia juga kesal, saat Farel memaksakan kehendak, sama sekali tak mau memahami kondisinya.
Sesampainya di rumah, Kimmy langsung muntah-muntah di toilet kamarnya. Kepalanya pusing dan perutnya mual gara-gara aroma alkohol tadi. Setelah mengeluarkan isi perutnya dan mencuci muka lalu kembali ke dalam kamar. Dia melihat Alfath masih tertidur nyenyak di ranjangnya. Tadi dia sempat bertanya pada satpam mengenai orang tuanya, ternyata mereka belum pulang.
Menatap wajah Alfath, mengingatkan dia pada petuah cowok itu. Kalau Farel sungguh mencintainya, cowok itu tidak akan memaksakan kehendak, apalagi dikit-dikit ngancam putus, kesannya seperti dia sama sekali tidak berarti.
Kimmy mengguncang bahu Alfath, mencoba membangunkan cowok itu, tak jadi ingin menjebaknya.
"Al, bangun." Namun meski sudah berkali-kali coba dibangunkan, tak ada respon apapun dari Alfath. Sepertinya obat tidur yang dia masukkan terlalu banyak.
Lelah karena usahanya tak membuahkan hasil, Kimmy naik ke atas ranjang. Duduk sambil memeluk kedua lutut, menangis. Dia sangat mencintai Farel, tapi sepertinya, cowok itu tidak tulus padanya. Menangis membuatnya mengantuk, dia rebahan di sebelah Alfath dan tak lama kemudian tertidur.