Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Sahabat
"Yudha! Turunkan aku!" Ucap Fiona, namun tetap saja pemuda ini tidak bersedia menurunkannya, hingga sampai ke lantai dua.
"Lihat! Ada yang buka!" Ucap Yudha menurunkan Fiona.
"Hah?" Gadis itu mengerutkan keningnya, ini sudah hampir pukul 12 malam, bagaimana mungkin ada toko yang masih buka.
"Ayo!" Yudha tersenyum menarik tangannya.
Mata pemilik toko menelisik, tidak ada yang istimewa dari gadis ini. Cantik, memang cantik, tapi dapat dikatakan hanya secantik dan semulus sales parfum saja. Ditambah dengan kresek merah yang dibawanya berisikan celengan?
Menelan ludah, gadis itu terlihat gugup."Maaf pak, ada laptop yang paling murah. Second juga tidak apa-apa. Kalau bisa yang berkisar 5 juta."
Fiona tertunduk, bukan uang receh yang ada dalam si gembul. Isinya uang hasil dirinya menarik ojek. Jadi jika hanya 5 juta mungkin akan cukup.
Sang pemilik toko berusaha keras untuk tersenyum. Tidakkah gadis ini tahu orang tua pacarnya adalah pemilik 60% saham mall. Ditambah dengan kerajaan bisnis yang dimiliki Willem Alexander Neil Andreas. Lalu Cheisia Muller, ibu pemuda ini, yang memiliki bisnis importir barang-barang impor bernilai tinggi.
Mata sang pemilik toko tertuju pada Yudha. Pemuda itu menatap tajam, itu artinya aktingnya harus meyakinkan. Menelan ludahnya, menghela napas kasar.
"Selamat---" Kalimat sang pemilik toko disela.
"Pak, sebenarnya laptop saya rusak. Bisa bapak perbaiki, jika ini hidup kembali, mungkin lebih mudah..." Fiona mengeluarkan laptopnya yang sudah begitu tua. Laptop bekas yang dibelinya dengan harga murah setahun lalu.
Benar-benar iba pada gadis ini, mata sang pemilik toko berkaca-kaca. Mungkin orang tua gadis ini hanya pemulung? Tukang becak? Entahlah.
"Saya mengikuti program Fast-track, semua tugas saya ada dalam laptop ini. Selain itu, saya kuliah karena mendapatkan beasiswa. Kalau prestasi saya turun---" Fiona menunduk.
Ingin rasanya pemilik toko berteriak."Nak! Jika pacarmu ingin satu mall ini bisa dibelinya!" tapi pada kenyataannya sang pemilik toko tidak mengatakan apapun.
"Tidak bisa diperbaiki ya?" Tanya Fiona.
"Nak, kamu memenangkan hati orang kaya 7 tanjakan 8 tikungan." Batin sang pemilik toko menghela napas.
"Sebenarnya hari ini toko kami berulang tahun. Jadi pelanggan ke 100 hari ini akan mendapatkan hadiah utama berupa laptop. Karena itu kami buka sampai larut, menunggu pelanggan ke 100." Ucap sang pemilik toko, mengucapkan alasan yang lebih masuk akal daripada alasan terburu-buru dari Yudha.
"A...aku dapat hadiah? Ini tidak salah kan?" Tanya Fiona, mengelus-elus laptop yang ditunjukkan sang pemilik toko.
"Fiona, kamu beruntung." Yudha tersenyum padanya.
"Tidak salah, kamu memenangkan hadiah utama. Untuk dokumentasi aku akan mengambil foto kalian." Benar-benar pemilik toko yang pengertian.
"Terimakasih!" Fiona melompat-lompat memegang tangan sang pemilik toko.
"Kenapa rasanya dingin ya?" Itulah yang ada dalam benak sang pemilik toko. Matanya menelisik mengamati aura membunuh dari seorang Ryu Dean.
"Hik!" Dengan cepat sang pemilik toko menarik tangannya dari Fiona. Gila! Benar-benar pencemburu setan ini.
"Yudha! Besok aku traktir, karenamu aku mendapatkan laptop baru." Seketika kala Fiona menoleh pada Yudha, ekspresi Yudha kembali seperti semula. Tersenyum cerah, seperti manusia normal.
"Tapi, data-dataku yang ada dalam laptop lama." Fiona menghela napas kasar.
"Biar saya perbaiki, dan memindahkan datanya." Ucap sang pemilik toko.
"Berapa biaya perbaikannya?" Fiona sudah bersiap memegang pisau. Hendak menikam si gembul.
"Free (gratis)!" Ucap Yudha menggunakan bahasa bibir, tidak mengeluarkan suara hanya dengan gerakan bibir. Agar Fiona tidak mendengarnya.
"Gratis..." Sang pemilik toko masih tersenyum karier. Orang ini adalah calon nyonya bos. Harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya.
"Tidak boleh begini!" Ucap Fiona.
Srak!
Salah satu celengan ayam itu tetap dipotong, untuk ongkos service. Hasilnya? Ada uang 50 ribu dan 100 disana. Sama sekali tidak ada uang kecil. Mengapa? Setiap uang dengan nominal kecil akan dijadikan uang jajan atau membeli keperluan kuliah oleh Fiona.
"Pacarku memang rajin menabung." Yudha menghela napas kasar.
"Kamu sudah punya pacar?" Tanya Fiona mengernyitkan keningnya.
"Bodoh..." Yudha hanya tersenyum, mengacak-acak rambut Fiona."Aku menyukai mu."
"Menyukaiku? Aku tau, aku memang teman terbaik di dunia."
Begitu ambigu hubungan mereka. Teman? Apa teman? Tapi bagaimana, sang naga sudah merasa memilikinya. Fiona yang menyatakan cinta padanya, jika sekarang dirinya memiliki perasaan yang sama, bukankah itu bagus?
Tapi bagi Fiona, teman adalah teman, sedangkan hubungan sepasang kekasih adalah hal yang berbeda. Ada tembok pembatas yang tinggi untuk rasa yang berbeda.
Tidak ada yang menyadari, Cheisia saat ini berada di tempat parkir. Wajahnya tersenyum setelah pemilik toko mengirimkan pesan padanya tentang hal yang terjadi.
"Hah..." Menghela napas kasar, menatap foto Fiona yang ada di layar handphonenya. Putranya bertingkah konyol, obsessive, posesif, pada gadis ini."Jadi, Almira hanya sebatas rasa kagum saja?" Gumamnya, begitu mengerti dengan putranya.
Ryu Dean merupakan anak tunggalnya. Mengingat sang suami Willem Alexander Neil Andreas, tidak ingin dirimu melahirkan lagi. Akibat rasa cemas, dan takut kehilangan istrinya. Sebuah rasa posesif yang gila, ketakutan yang konyol.
Tapi.
Kali ini, Cheisia tidak akan turun tangan. Wajahnya tersenyum, putranya sudah mulai meniup api dan menumbuhkan taring bukan? Bagaimana seekor pinguin dengan kaki yang pendek, berjalan begitu lambat, bahkan tidak bisa terbang lari dari seekor naga.
Tidak ada yang perlu dicemaskan oleh Cheisia Muller."Kapan Ryu akan membawanya pulang..." gumamnya gemas.
*
Satu tahun kemudian_
Waktu terkadang dapat berlalu dengan cepat bukan? Tempat spa menjadi tempat dari tiga sahabat menghabiskan waktu mereka.
Berbaring di tempat dengan penghalang tirai tipis. 3 orang wanita berusia awal 40an itu benar-benar merasakan rilex di tubuhnya.
"Cheisia, kapan Ryu akan memasuki perusahaan. Hotel yang dikelola olehnya sudah membuka cabang baru." Ucap Jessi (Teman Cheisia).
"Secepatnya, dia lumayan pintar. Sudah kuduga ini akan terjadi cepat atau lambat." Cheisia memejamkan matanya. Aroma lavender benar-benar membuatnya rileks.
"Derio sejak kuliah sudah mulai belajar sedikit demi sedikit tentang perusahaan. Tahun ini putraku akan wisuda." Risa tersenyum, mengingat tentang anak keduanya. Sedangkan Dio, anak sulung kini semakin populer. Benar-benar idola remaja yang memiliki jadwal yang padat.
"Aku bermaksud menjodohkan anakku. Bagaimana menurut kalian? Apa sebaiknya mencarikan jodoh sejak dini?" Tanya Jessi mengingat betapa bahayanya pergaulan anak jaman sekarang. Termasuk putranya yang kini memasuki geng motor.
Ketiga wanita seumuran itu menghela napas bersamaan. Mengingat bagaimana kehidupan percintaan anak mereka.
"Rasanya aku ingin berteriak pada wanita itu! Jadi wanita harus sedikit peka! Kenapa selalu mengucapkan kata sampah, teman. Ryu juga, dia terlalu sibuk bekerja. Bagaimana jika calon pacarnya yang begitu manis disambar pria lain...Aku frustasi..." Keluh Cheisia.
"Kamu? Frustasi? Aku bahkan sering mengobrol dari hati ke hati dengannya. Tapi kesan pertama saja Derio sudah hancur lebur. Kamu tau? Donat yang disukai putraku, melihat dengan mata kepalanya sendiri Derio melakukan... astaga! Dasar aib sialan!" Geram Risa.
Hanya Jessi yang terdiam menatap ke arah kedua temannya. Pacar putranya? Entahlah, mungkin author yang sampai sekarang masih amatiran akan merilis karya baru untuk putranya.
Masih greget rasanya...