Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Di dalam kereta, Yuki merasakan napasnya tersengal, jantungnya berdegup kencang. Mata Pangeran Riana mengunci tatapan padanya, dingin dan penuh kekuasaan. “Kenapa kau selalu melawan, Yuki? Apa yang kau inginkan sebenarnya?” suaranya terdengar tajam, tak ada lagi kesabaran.
Yuki menatap Pangeran Riana dengan mata yang berkaca-kaca. “Aku hanya ingin bebas dari kekanganmu Pangeran.”
Pangeran Riana mendekat, membuat Yuki semakin menyudut di dalam kereta. “Kau selalu membuatku terlihat lemah di depan orang lain. Kau tahu betul, Yuki, bahwa aku tidak akan pernah melepaskanmu.”
Yuki menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. Sementara itu, di luar, Pangeran Sera menatap kereta yang semakin menjauh, amarahnya bergejolak di dalam dada.
Dari sudut mata Yuki bisa melihat pandangan kosong Pangeran Sera yang menatap Kereta yang melewatinya.
Pangeran Riana langsung mencengkram wajah Yuki kuat. Memaksa gadis itu kembali menatapnya.
“Jangan berani menatap pria lain selain pemilikmu Yuki”
Yuki merasakan napasnya tercekat oleh kata-kata Pangeran Riana yang tajam. Dia dipaksa menatap mata Pangeran Riana yang penuh dengan kekuasaan, tapi juga obsesi yang semakin menakutkan. “Kau milikku, Yuki,” desis Pangeran Riana dengan suara rendah, hampir seperti ancaman. “Tak ada satu pun yang bisa menyentuhmu selain aku, termasuk Sera.”
Yuki berusaha menenangkan dirinya, namun kepedihan dan kemarahan merasuk ke dalam tubuhnya. Bayangan Pangeran Riana dan Putri lain di taman menyeruak kembali dalam ingatannya. “Kau tidak memiliki hak atas diriku,” balasnya dengan suara yang hampir bergetar. “Aku bukan benda yang bisa kau kendalikan sesuka hatimu.”
Pangeran Riana tertawa sinis, namun cengkeramannya tak melonggar. “Hak?” Dia mendekatkan wajahnya ke Yuki, hingga napas mereka hampir bersentuhan. “Aku telah mengklaimmu sejak lama. Sera bisa bersumpah seribu kali, tapi pada akhirnya, kau tetap milikku.”
Pangeran Riana mendekati telinga Yuki dan kembali berbisik dingin. “Ataukah Aku kurang menghangatkanmu hingga Kau melanggar aturanku. Baiklah Aku akan menyentuhmu jika itu menyenangkanmu”
Yuki merasakan ketegangan yang semakin intens saat Pangeran Riana berbicara, suaranya penuh ancaman tersembunyi. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tetapi karena marah dan terjebak dalam situasi yang semakin tak terkendali.
“Jangan sentuh aku!” seru Yuki dengan tegas, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Pangeran Riana. “Lepaskan Aku, Pangeran”
Pangeran Riana menyeringai, tetapi ada kilatan bahaya di matanya. “Diam Yuki !, Jangan mencoba menentangku. Kau tahu aku tidak suka melanggar batasanku. Jika kau menginginkan perhatian, kau hanya perlu meminta.” Dia mendekat lebih jauh, membuat Yuki semakin terperangkap dalam ketegangan di antara mereka.
Namun, Yuki tidak akan menyerah. Dengan keberanian yang mendidih dalam dirinya, dia balas menatap Pangeran Riana dengan penuh perlawanan. “Aku tidak akan membiarkanmu mempermainkanku lagi Pangeran,” ucapnya dengan ketegasan yang tak tergoyahkan.
“Benarkah ?. Apakah Kau bisa tidak berteriak memanggil namaku saat Aku memasukimu ?.” Ejek Pangeran Riana dingin.
Yuki berusaha keras menahan air matanya, tidak ingin memberikan Pangeran Riana kepuasan melihatnya hancur. Dia menggigit bibirnya, mencoba menahan emosi yang memuncak. Napasnya semakin berat, tapi dia menolak untuk tunduk.
“Kau tidak punya hak untuk membicarakanku seperti itu,” kata Yuki, suaranya bergetar namun tetap tegas.
Pangeran Riana menatapnya dengan tatapan dingin, wajahnya tanpa emosi, tetapi bibirnya melengkung menjadi senyum mengejek. “Kau masih belum mengerti, Yuki,” katanya pelan, suaranya penuh kepastian. “Aku sudah memiliki bagian terbesar darimu. Dan semakin kau melawan, semakin kuat aku mencengkerammu.”
Yuki mengalihkan pandangannya, menolak untuk terjebak dalam kata-kata kejamnya. “Kau salah, Pangeran. Kau mungkin bisa menguasai tubuhku, tapi kau tidak akan pernah memiliki hatiku.”
Mendengar hal itu Pangeran Riana langsung mencekik Yuki. Yuki tercekat. “Persetan dengan hatimu. Sudah kukatakan padamu. Semua yang ada dalam dirimu adalah Hak ku. Kau tidak punya kepentingan untuk menyerahkannya pada laki-laki lain”
Pangeran Riana mencengkeram leher Yuki semakin kuat, membuat napasnya tercekat. Matanya melebar, tubuhnya bergetar karena kekurangan udara, tetapi Yuki tetap menatap Pangeran Riana dengan tatapan penuh perlawanan.
“Pangeran Riana… lepaskan,” kata Yuki, suaranya hampir tidak terdengar.
Namun, amarah Pangeran Riana tampaknya tak mengenal batas. “Kau hanya milikku!” katanya dengan nada penuh kepemilikan. “Aku tidak akan membiarkanmu melihat orang lain, apalagi mencintai mereka. Kau harus belajar di mana tempatmu.”
Yuki merasakan tubuhnya melemah, tapi di dalam hatinya, ia tahu ia tidak bisa menyerah. Dia harus bertahan, demi dirinya, demi mereka yang mencintainya. Bahkan di tengah kekerasan ini, Yuki mencoba mengumpulkan kekuatan yang tersisa, mengangkat tangannya, dan dengan lemah namun tegas berusaha menyingkirkan tangan Pangeran Riana dari lehernya.
“Sesak…Pangeran Riana…” ucapnya lagi, kali ini dengan suara yang lebih tegas meski hampir hilang di antara napas yang tertahan.
Pangeran Riana melepaskan cekalannya. Yuki terbatuk-batuk. Terlihat garis memar di lehernya akibat cekikan Pangeran Riana.
Pangeran Riana tidak mengatakan apapun, Dia membuka perlahan jas nya dan melipatnya di sandaran kursi dengan rapi.
“Buka Kakimu”
“Apa yang Kau lakukan ?”
“Tentu saja mengklaim kepemilikanku”
Yuki terbelalak, shock mendengar pernyataan Pangeran Riana. “Kau gila!” teriaknya, berusaha melawan.
Pangeran Riana mendekat, senyumnya dingin dan penuh penantian. “Kau harus tahu, Yuki. Tidak ada yang bisa melindungimu dariku. Kau sudah memilih untuk kembali ke dalam hidupku, dan sekarang saatnya aku menunjukkan siapa pemilikmu yang sebenarnya.”
Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekati Yuki, dan saat itu, Yuki merasakan gelombang ketakutan dan kemarahan yang menyelimutinya. Dalam hatinya, dia berusaha mencari cara untuk melawan.
“Pangeran Riana, tolong… Jangan lakukan ini,” desaknya, suaranya bergetar. “Kau tidak perlu bertindak seperti ini.”
Pangeran Riana mengabaikan perkataannya, seolah-olah semua yang dikatakan Yuki tidak lebih dari sekadar angin berlalu. “Buka kakimu,” perintahnya lagi, kali ini dengan nada lebih tegas, mengguncang keteguhan hati Yuki.
Dia mengerahkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk tidak patuh, tetapi semakin Pangeran Riana mendekat, semakin dia merasa terjebak. Hatinya berperang antara keinginan untuk melawan dan ketakutan akan konsekuensi dari penolakan.
Yuki tercekat saat Pangeran Riana melepaskan resletingnya didepan Yuki dan mengeluarkan kemaluannya. Satu tangannya dengan cepat mencengkram rambut di tengkuk Yuki. Membuat gadis itu tidak bisa bergerak.
“Tidak…mmmpp” Pangeran Riana menghentikan teriakan Yuki dengan memasukan kemaluannya dalam mulut Yuki.
Yuki nyaris tersedak. Saat mulutnya terasa penuh sampai tenggorokan. Air mata membasahi Yuki. Dia mencoba mendorong tubuh Pangeran Riana, tapi Pangeran Riana bahkan tidak bergerak satu sentipun dari tempatnya berdiri.
“Aku tahu Kau merindukannya Yuki” bisik Pangeran Riana puas.
Yuki mencoba menggelengkan kepala, melepaskan bagian tubuh Pangeran Riana itu dari mulutnya. Tapi gerakannya itu justru membuat Pangeran Riana melenguh senang. Dan tanpa perasaan, Dia menggerakan tubuhnya keluar masuk dalam mulut Yuki.
Tatapan Yuki yang meminta pengampunan justru menambah semangat Pangeran Riana. Dia terus bergerak. Jari-jarinya meremas rambut Yuki kuat. Menggerakan kepala Yuki. Semakin lama semakin cepat. Hingga Yuki merasakan kemaluan Pangeran Riana semakin besar dan berkedut.
Yuki langsung tersedak ketika merasakan cairan Pangeran Riana masuk tanpa bisa dihindari dalam tenggorokannya.
Pangeran Riana menekan wajah Yuki kuat. Hingga hidung Yuki nyaris menempel di perutnya. Dia tidak perduli ketika kuku tangan Yuki mencakarnya untuk meminta dilepaskan. Setelah semua cairan dirasa masuk ke dalam mulut Yuki. Pangeran Riana menarik kemaluannya keluar.
Yuki terbatuk-batuk. Tangan Pangeran Riana yang masih mencengkram rambut Yuki menarik Yuki hingga Yuki duduk dipangkuannya. “Kalau Kau berani memutahkannya, Aku akan memenuhi mulutmu dengan cairanku” ancam Pangeran Riana dingin.
Yuki diam. Terisak.
Pangeran Riana mendorong Yuki bersandar di kursi. Lalu Dia merobek celana dalam Yuki. Meskipun Dia baru saja melepaskan hasratnya. Tapi kemaluannya masih tegak berdiri.
Tanpa keraguan Dia mengarahkannya untuk memasuki Yuki. “Tidak !!” Pekik Yuki.
Pangeran Riana mencekal tangan Yuki kuat. Dia terus memaksa untuk memasuki tubuh Yuki yang masih kering dan belum siap.
“Ughh” Yuki mendongakkan kepala. Menahan sakit.
“Apa Sera sudah memasuki tubuhmu seperti yang Aku lakukan sekarang ?” Tanya Pangeran Riana dingin.
“Aa…” Yuki terpekik ketika Pangeran Riana berhasil memasukkan tubuhnya, menerobos ke bagian paling dalam dari Yuki. Nafas Yuki tercekat. Menatap Pangeran Riana dengan mata penuh air mata. ”Pangeran Sera…tidak pernah berlaku kasar. Dia menghormatiku sebagai seorang wanita”
Pangeran Riana berhenti sejenak, mendengar ucapan Yuki, dan tatapannya berubah dingin, penuh amarah. “Kau membandingkanku dengan Sera? Di saat seperti ini?” desisnya penuh penghinaan.
Dia memperkuat cengkeramannya pada tubuh Yuki, seolah semakin marah karena menyadari bahwa Yuki masih memikirkan Pangeran Sera di tengah situasi ini. “Aku tidak peduli bagaimana dia memperlakukanmu. Kau milikku, Yuki. Dan kau harus belajar menerima itu.”
Yuki menggigit bibirnya, air mata mengalir deras di wajahnya. Tubuhnya bergetar di bawah kekuasaan Pangeran Riana, tetapi dalam hatinya, dia merasakan kobaran kemarahan. “Aku tidak akan pernah menjadi milikmu. Tidak seperti ini.”
Pangeran Riana tertawa sinis, suara tawanya memekakkan telinga Yuki, membuatnya merasa semakin kecil dan tak berdaya. “Lihatlah dirimu. Kau tak punya pilihan. Semakin kau melawan, semakin aku akan memastikan kau tidak pernah bisa melupakan siapa yang benar-benar memiliki dirimu.”
Tanpa keraguan Pangeran Riana menggerakan tubuhnya dengan kasar. Kedua kaki Yuki terangkat di bahunya. Tanpa belas kasihan, Dia menghujam tubuh Yuki berkali-kali.
ok deh lanjut