Arzhelio Ketua Geng dari The King Devil's
The King Devil's adalah geng motor/mobil nomor 1 di Amerika dan Eropa.
Arzhel dijuluki sebagai King Darkness, Dewa Kematian, dan King Devil's julukan itu diberikan padanya karna dia dikenal sebagai sosok yang kejam.
Arzhelio Attalix Javernest Rodriguez
Tampan? Iya
Kaya? of course
Tinggi? Yes
Genius? Yups
Arzhelio disebut sebagai cowok perfect all kill.
Arzhel sosok yang dikenal dingin, kejam, dan tak tersentuh. Dia diberi julukan Iceboy, Arzhel sang iceboy bertemu dengan Sheina gadis badas yang mampu membuat seorang Arzhel bertekuk lutut dan mencair menjadi Mr.Bucin
~~~
Sheina gadis cantik yang berhasil menjadi pemilik hati seorang Arzhel.
Sheina memiliki kecantikan bak bidadari, dia mendapat julukan AI girl karna kecantikannya yang unreal.
Sheina memiliki IQ diatas rata-rata, dia pandai meracik racun & senjata, ahli dalam bidang IT.
"She is a genius girl".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayliz_Mavka97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRY!
..."Orang sukses bukanlah orang yang tidak pernah jatuh, tetapi orang yang tidak pernah menyerah saat jatuh."...
...☆ Michael Franzese ☆...
...~```~```~```~```~```~```~~~...
Moskow, Rusia
Malam hari
Langit malam yang penuh dengan bintang menjadi pemandangan indah bagi penghuni Negara beruang merah itu.
Lampu gemerlap dari gedung-gedung tinggi yang ada di Negeri Tirai Besi itu menjadi pemandangan yang menyejukkan mata, dan hati.
Begitu banyak orang di pinggir jalan yang sedang menikmati waktu senggang mereka, jalanan yang begitu ramai dengan berbagai jenis kendaraan.
Dalam sebuah mobil mewah merk rolls royce, lelaki tampan itu menyangga kepala dengan kedua tangan di atas pembatas kursi antara dirinya dan sang gadis yang dicintainya.
"Cantik, sangat cantik!" puji Arzhel.
Itulah kata yang selau terucap dari bibir sexy lelaki itu, sejak mereka menempuh perjalanan tadi.
1 kali, 2 kali, 3 kali....
Entahlah! Sudah berapa kali dia mengucapkan kata pujian untuk tunangannya, jumlah pujian yang lelaki itu katakan tak terhitung jumlahnya.
Arzhel tidak mengalihkan pandangannya sedetik pun dari Sheina.
Sungguh!
Saat ini titik fokus lelaki itu hanya tertuju pada gadis yang begitu dia rindukan selama tiga hari ini, gadis yang berhasil membuat sang ice boy itu hampir gila karena gadis badass itu pergi tanpa pamit.
Berbeda dengan si Mr. Devil Bucin yang sejak tadi terus menatap ke arah Sheina. Gadis itu justru terus menatap ke arah luar jendela mobil, dia tidak pernah melihat ke arah Arzhel.
Sheina hanya menikmati pemandangan yang ada di luar jendela mobil, dibanding melihat wajah tampan sang tunangan.
"Honey," panggil Arzhel.
"Hm!" Sheina hanya berdehem, dia tetap menatap ke arah luar jendela.
Arzhel mendengus kesal, karena Sheina masih saja fokus ke arah luar, dan tidak menoleh ke arahnya.
"Apa wajah lelaki jelek! Itu, jauh lebih menarik buat kamu? Dibanding wajah tampan tunanganmu ini, hm?" tanya Arzhel sedikit kesal, karena sejak tadi gadisnya tidak pernah menatap ke arahnya.
Mobil mewah mereka saat ini sedang berhenti di lampu merah, kebetulan ada sebuah motor yang ada di sebelah mobil Arzhel, membuat lelaki tampan itu kesal karena sejak tadi Sheina menatap keluar.
Padahal, sebenarnya titik fokus Sheina bukan pada cowok yang mengendarai motor sport itu, dia hanya menghindari tatapan mata Arzhel, gadis itu salting.
Bahkan, sejak tadi dia terus mengigit kecil bibirnya, agar tidak salting brutal, Sheina juga beberapa kali mencubit kecil pahanya untuk menahan diri tidak salto sebab ulah Arzhel terus menatap dan memuji dirinya.
Tidak mendapat jawaban. "Sweetheart? Apa kamu benci sama aku? Sejak tadi, kamu nggak mau lihat aku, hm?" tanya Arzhel dengan nada sedih, bahkan mata lelaki tampan itu berkaca-kaca.
Sheina tersentak mendengar hal itu, dia menoleh ke arah Arzhel, matanya melebar saat dia melihat mata Arzhel.
Sheina menggeleng. "Nggak! Aku nggak benci sama kamu, sama sekali, tidak!" tegasnya.
Arzhel tersenyum tipis, akhirnya dia bisa mendengar suara yang sangat dia rindukan, sejak tadi Sheina memang diam, bahkan saat mereka masih di Mall.
Sheina hanya menjawab dengan anggukan kepala, hm, dan menunjuk barang jika dia menginginkan sesuatu, gadis itu cosplay jadi orang bisu dadakan. Untung saja, Arzhel paham maksud dari Sheina.
Arzhel mengangkat tangannya, ia mengusap lembut pipi Sheina dengan ibu jarinya.
"Kapan kamu ubah warna rambut?" tanya Arzhel lembut.
"Tadi siang, saat aku sampai di basecamp. Apa aku terlihat aneh?" Sheina bertanya balik.
"Big no! Honey, kamu sangat cantik, always beautiful sampai mata aku nggak bisa menatap ke arah lain." ungkap Arzhel.
(Tidak - selalu cantik)
Blush!
Pipi gadis itu langsung merona seperti tomat, Sheina menunduk, dan menggigit kecil bibirnya.
"Shibal! Pipi gue murah banget kalau sama Arzhel, perasaan sejak tadi para curut bobrok juga memuji, tapi gue biasa aja." batin Sheina.
CUP!
Secepat kilat Arzhel mencium pipi merona Sheina, hal itu membuat sang pemilik pipi mengerjapkan matanya beberapa kali.
Arzhel mengangkat dagu gadisnya, Sheina menatap tunangannya, tatapan mata mereka berdua bertemu, pandangan keduanya terkunci.
Arzhel memajukan wajahnya, saat jarak wajah lelaki tampan itu hanya beberapa centi saja, Sheina segera mengalihkan wajahnya.
Alis Arzhel berkerut bingung melihat respon dari gadisnya. "Kenapa? Hm?" tanyanya.
Sheina melirik ke arah David yang duduk di kursi depan.
Arzhel paham maksud gadisnya. "Please, hug me!" titahnya lembut, ia merentangkan kedua tangannya.
(Tolong, peluk aku)
Sheina tersenyum tipis, dia memeluk Arzhel, lelaki itu tersenyum dan memeluk erat gadisnya.
"Ck, pembatas sialan! Sangat menghalangi sekali." batin Arzhel, kesal dengan pembatas kursi antara dirinya dan Sheina.
"Kita mau ke mana?" tanya Sheina, ia melonggarkan pelukannya, mendongak menatap Arzhel.
"Mansion kita, nggak apa-apa, kan? Atau kamu mau pulang ke Mansion Wulgros?" tanya Arzhel.
Sheina melihat ke arah luar jendela mobil. "Ini ada di tengah hutan, kan?" jawabnya.
Arzhel mengangguk sebagai jawaban.
"Jarak dari sini sangat jauh, kalau kita akan kembali ke Mansion Wulgros," kata Sheina.
"Wait, tadi kamu bilang Mansion kita? Sejak kapan kita beli Mansion bersama? Perasaan kamu nggak pernah minta uang sama aku untuk beli Mansion." ucap Sheina polos.
(Tunggu)
Arzhel terkekeh kecil mendengar ucapan gadisnya. "Dulu Mansion itu cuma punya aku, honey." ujarnya.
"Tapi sekarang, Mansion yang akan kita datangi jadi milik kamu juga, milik kita berdua!" tegas Arzhel.
"Milik kita?" tanya Sheina, Arzhel mengangguk.
"Kenapa begitu?" Sheina bertanya heran.
"Karena semua yang aku miliki juga punya kamu, semuanya. Tanpa terkecuali!" tegas Arzhel.
"Apa itu artinya, aku bisa jual aset kamu sesuka hati aku? Hm?" Sheina bertanya.
"Lakukan apa saja yang membuat kamu bahagia, asal kamu tetap di samping aku, selamanya." jawab Arzhel.
"Kamu nggak masalah jatuh miskin?" tanya Sheina.
"Nggak sama sekali, selama kamu ada di samping aku. Aku bisa bangun usaha lagi dari nol, tapi aku nggak bisa hidup tanpa kamu." tegas Arzhel.
Sheina menahan senyumannya. "Ekhm...." gadis itu berdehem untuk menetralkan ekspresi wajahnya.
"Kalau aku bawa semua harta kamu kabur, gimana?" tanya Sheina.
"Kalau hal itu, aku bakalan larang kamu, kamu nggak boleh kabur, ataupun pergi dari sisi aku, kecuali aku ikut sama kamu." jelas Arzhel.
"Cukup yang kemarin kamu pergi tanpa izin dari aku, hanya sekali itu saja. Aku nggak mau ada kejadian seperti itu lagi untuk kedua kalinya, paham! Honey!" tegas Arzhel.
Glek!
Sheina meneguk ludah. "Sial! Kenapa gue jadi ciut kayak gini, sejak kapan seorang Queen Athena takut sama orang," batinnya.
"Masalah ini, bakalan merusak reputasi gue sebagai Queen kejam, tapi tatapan mata si mesum nyeremin, ditambah nada tegas dia, huaaa Papa tolong Aileen." batin Sheina.
Gadis cantik itu benar-benar dibuat mati kutu oleh sang tunangan, tatapan mata Arzhel yang menatap dirinya dengan sangat tajam, nada dingin plus tegas, berhasil membuat sang Queen Athena tidak dapat berbuat apa-apa.
Sheina menunduk memainkan ujung bajunya, dia tidak berani mengangkat kepala dan menatap lelaki tampan itu.
Arzhel manahan senyum melihat tingkah Sheina, dia sengaja menatap tajam gadis badass itu, berbicara nada dingin dan tegas agar sang tunangan tidak lagi mengulang kejadian kemarin.
***
Setelah menempuh perjalan kurang lebih tiga jam lamanya, akhirnya mobil mereka memasuki gerbang menjulang tinggi yang ada di tengah-tengah hutan.
Mobil mereka semua sampai di depan pintu masuk Mansion.
Arzhel turun lebih dulu, dia berjalan ke arah pintu sebelah.
"Honey, ayo," ajak Arzhel, dia mengulurkan tangan kirinya pada Sheina.
Sheina menerima uluran tangan itu, Arzhel menaruh tangan kanannya di atas kepala gadisnya.
Act of Service yang sangat bagus!
Sheina melihat ke sekelilingnya, ia dibuat terpesona saat melihat pemandangan sekitar Mansion mewah itu.
"Wah, gila! Mansionnya besar banget, anjir!" pekik Laura heboh.
Puk!
"Jangan malu-maluin," bisik Evelyn, dia memukul pundak Laura.
Laura tersenyum lebar. "Gue kagum," balasnya.
"Iya, tapi lo nggak usah teriak kayak gitu, bikin malu aja." bisik Evelyn.
"Ayo masuk," ajak Arzhel, dia merangkul pinggang Sheina, dan berjalan masuk Mansion.
Saat mereka sampai di dalam Mansion.
Sheina berhenti dan berbalik menatap tajam Kenzo. "Lo, ada urusan sama gue!" ucapnya.
Saat Kenzo ingin bicara, Arzhel lebih dulu bersuara.
"Besok saja, kita istirahat dulu sekarang!" sahut Arzhel.
Lelaki tampan itu merangkul pinggang Sheina untuk berjalan ke arah lift, gadis cantik itu hanya bisa ikut dengan pasrah, walau saat ini wajahnya cemberut dan kesal, karena dia tidak jadi memberikan stempel khusus pada Kenzo.
***
Pov Arzhel ♡ Sheina
Saat ini pasangan bucin itu sudah berada di dalam kamar milik Arzhel, mereka duduk di sofa.
"Kamu mau mandi?" tanya Arzhel.
"Hm" Sheina hanya berdehem.
Arzhel menghela nafas, ia paham kenapa gadisnya seperti itu, saat mereka berdua sampai di kamar wajah Sheina selalu saja cemberut.
"Mana kamar mandinya?" tanya Sheina.
"Itu di sana," jawab Arzhel menunjuk kamar mandi.
Sheina berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.
Beberapa menit kemudian
"Honey," panggil Arzhel, Sheina dia tidak menjawab.
Arzhel menghela nafas. "Marah? Hm?" tanyanya.
"Nggak!" jawab Sheina ketus.
Grep!
Arzhel memeluk Sheina dari samping. "Aku paham, kalau kamu mau kasih Kenzo hadiah," ucapnya.
"Tapi, tidak sekarang, masih ada waktu besok, kamu boleh kasih dia hadiah, dan stempel sebanyak yang kamu mau." sambung Arzhel.
Sheina menoleh dan menatap Arzhel dengan mata berbinar. "Serius, boleh?" tanyanya.
"Boleh, sweety, sesuka hati kamu," jawab Arzhel.
"Kamu nggak akan larang aku, kan?" tanya Sheina memastikan.
"Nggak akan, honey. Aku akan selalu mendukung apa pun yang kamu lakukan," jawab Arzhel.
"Yesss, besok aku bakalan buat banyak stempel di tubuh Kenzo," pekik Sheina.
"Iya, buat aja sebanyak-banyaknya, nggak apa-apa, kok." kata Arzhel.
"Tentu, aku sudah siapkan stempel khusus buat dia," sahut Sheina tersenyum smirk.
Arzhel melihat senyuman smirk gadisnya.
"Gue harap besok lo bakalan baik-baik aja, Ken. Gue nggak bisa bantu, daripada gue yang bakalan kena imbasnya." batin Arzhel.
"Gue nggak mau cewek gue ngambek lagi, lagian ini juga salah lo sendiri yang bego!" batin Arzhel.
Arzhel memeluk erat Sheina, alisnya berkerut saat dia melihat perban yang ada di kedua pergelangan tangan gadisnya.
Arzhel menyentuh tangan Sheina. "Honey, luka apa ini?" tanyanya.
Sheina tersentak. "Sial! Gue lupa pake silikon kulit." batinnya.
Sheina memang menggunakan silikon kulit untuk menutupi luka di tangannya tadi, makanya Arzhel tidak menyadari jika ada luka di tangan gadis itu.
"Honey, jangan bilang? Kamu?" tanya Arzhel.
Sheina menunduk. "Aku kambuh lagi, aku gila! Ar, aku selalu saja kalah sama trauma aku." lirihnya.
DEG!
Jantung Arzhel sangat sesak seolah tertimpa batu besar, saat dia mendengar ucapan gadisnya.
Tes! Tes! Tes!
Sheina merasakan sesuatu menetes di tangannya, ia mendongak, gadis itu tersentak saat melihat Arzhel menangis.
"Ar, kamu kenapa?" tanya Sheina.
"Maaf, maafin aku, honey. Maaf karena gara-gara aku, trauma kamu kambuh lagi, maaf." sesal Arzhel.
Sheina kaget melihat respon tunangannya itu. "Dia menangis? Gara-gara luka gue, seingat gue ini anak paling anti dengan air mata, bahkan saat dia diculik dan disiksa waktu kecil dulu, dia nggak nangis." batinnya.
"Bahkan saat dia tau sikap Tante Krystal, dia tetap saja memasang wajah datarnya." batin Sheina.
"Itu yang gue lihat dikilasan ingatannya, sekarang dia nangis karena luka gue." batin Sheina.
Pundak Arzhel bergetar, dia mencium pergelangan tangan Sheina. "Maaf, maaf, maafin aku," sesalnya.
"Ar, kamu nggak salah, aku yang selalu kalah sama trauma aku," sahut Sheina.
"Tapi, aku penyebabnya, maaf." ucap Arzhel, ia terus mengucapkan kata maaf.
Grep!
Sheina memeluk Arzhel. "Sudah, jangan nangis lagi, ini bukan salah kamu sepenuhnya, aku juga salah karena aku nggak pernah bisa lawan trauma aku sendiri." ucapnya.
"Kemarin aku mimpi, aku ketemu Nenek, Kakek, dan Abang Galen, mereka mengomeli aku," sambung Sheina.
"Mereka bilang kalau aku bukan Aileen yang mereka kenal dulu, sekarang aku lemah, aku sangat berbeda dari sebelumnya," tambah Sheina.
"Apa yang mereka katakan memang benar, aku gadis lemah, aku bodoh! Aku selalu kalah sama traumaku, dan melakukan hal gila! Seperti ini," lanjut Sheina.
"Aku...." ucapannya Sheina terpotong.
"Ssssttt...." Arzhel menaruh jarinya dibibir Sheina.
"Kamu gadis kuat, honey. Kamu gadisku yang hebat, kuat, dan tangguh," ujar Arzhel.
"Jangan pernah mengatakan hal itu, aku nggak suka dengarnya," tambah Arzhel.
"Mulai sekarang, kalau misal trauma kamu kambuh, kamu boleh pukul aku sepuasnya," ucap Arzhel.
"Tapi, jangan pernah melukai diri kamu lagi, ini yang terakhir kalinya, hm? Berjanjilah!" titah Arzhel.
"Aku nggak bisa janji, aku takut nggak bisa tepati janji sama kamu, karena setiap kali trauma aku kambuh, secara nggak sadar aku melakukan hal ini." sahut Sheina.
Arzhel mengepalkan tangannya, ia mengambil pisau di laci nakas, dan...
Slash...!
Sheina melotot. "Yaaakk, kamu gila" teriaknya kaget.
"Sini pisaunya!" titah Sheina.
Arzhel menggeleng. "Belum selesai, honey. Tunggu sebentar," ucapnya, dia ingin melakukan hal yang sama di tangan sebelahnya.
Sheina menahan tangan Arzhel. "Aku bakalan marah kalau kamu lakuin hal itu, aku bakalan pergi untuk selamanya dari sisi kamu." ancamnya.
"Ancaman kamu terlalu sadis," guman Arzhel.
"Sini!" titah Sheina.
Dengan terpaksa Arzhel memberikan pisau itu pada Sheina, gadis itu turun dari tempat tidur dan berjalan mengambil kotak p3k yang ada di dinding kamar itu.
Sheina membersihkan, dan mengobati luka Arzhel.
Setalah selesai membersihkan luka sang ice boy itu, Sheina menatap tajam Arzhel.
Bugh!
Sheina memukul dada Arzhel. "Bodoh! Kamu...." ucapannya terpotong.
"Luka di tangan aku nggak seberapa, dibanding luka di sini saat aku lihat luka kamu, honey." ucap Arzhel menyentuh dadanya.
"Sesak, rasanya sangat sesak melihat luka di tangan kamu, rasanya lebih sakit daripada tertembak," lanjut Arzhel.
Apa yang dikatakan oleh Arzhel memang benar, luka yang dia buat beberapa saat lalu tidak ada rasanya, dibanding sesak di dadanya.
Rasanya jauh lebih menyakitkan melihat gadisnya luka seperti itu, apalagi Arzhel adalah salah satu penyebab trauma Sheina kambuh.
Menyesal! Sangat menyesal!
Itulah yang dirasakan oleh Arzhel saat ini, tapi nasi sudah jadi bubur, dia tidak bisa melakukan apa pun selain membuat stempel di tangannya sama seperti stempel di tangan Sheina.
Andai kata, Arzhel bisa memutar kembali waktu, dia akan melakukan hal itu, Arzhel ingin mengulang hari di mana dia melakukan kesalahan bodoh! membuat trauma gadisnya kambuh.
Sheina menatap Arzhel, air mata lelaki itu masih saja keluar. Gadis itu memeluk Arzhel.
"Maaf, maaf...." sesal Arzhel dengan suara serak.
Lelaki itu terus mengucapkan kata maaf.
Dalam kamar bernuansa dark itu suara tangisan Arzhel menjadi musik alami bagi mereka, lelaki itu menangis tersedu-sedu, bahkan saat ini Sheina juga ikut menangis.
***
Beberapa saat kemudian
Lelaki tampan itu tertidur di pundak Sheina, ia masih sesenggukan, sisa air mata masih mengalir di pipi Arzhel.
Alis Sheina berkerut saat merasakan pundaknya berat.
"Dia tidur?" batin Sheina.
Sheina dengan pelan mendorong tubuh Arzhel, dia membantu Arzhel untuk berbaring.
Gadis itu menghela nafas. "Gue nggak nyangka bisa liat seorang Arzhelio yang terkenal kejam, bakalan nangis tersedu-sedu kayak gini." batin Sheina.
Sheina menghapus sisa air mata Arzhel.
"Apa kamu secinta itu sama aku? Hm?" batin Sheina.
"Gue pernah baca, jika pria menangis karena wanita yang dicintainya, artinya dia cintanya sangat dalam." batin Sheina.
"Gue sadar, kalau cintanya Arzhel sangat besar," batin Sheina.
"Gue adalah gadis yang sangat beruntung karena bisa dicintai secara ugal-ugalan sama ice boy kutub utara ini." batin Sheina menatap dalam Arzhel.
● Cinta yang Mendalam
Pria yang mencintai wanita dengan tulus bisa menangis karena perasaannya yang begitu kuat. Tangisan ini dapat terjadi saat mereka bersama wanita tersebut, ataupun saat mereka dipisahkan oleh jarak.
Air mata mereka menjadi ungkapan rasa cinta yang tak terhingga dan rasa bahagia saat bersamanya.
● Penyesalan yang Mendalam
Pria yang telah melakukan kesalahan dalam hubungannya dengan wanita dan merasa sangat menyesal dapat menangis sebagai bentuk penyesalan yang dia rasakan.
Air mata ini menunjukkan bahwa dia bertanggung jawab atas perbuatannya dan ingin memperbaiki kesalahannya.
Cinta yang dalam, dan penyesalan yang mendalam, itulah yang dirasakan oleh Arzhel saat ini, dia begitu sangat mencintai Sheina, sampai tidak ingin melihat luka gores sedikit saja di tubuh gadisnya.
Penyesalan terbesar yang Arzhel rasakan, karena ia menjadi penyeban trauma sang gadis kambuh, andai tadi Sheina tidak menahan dan mengancam dirinya.
Arzhel akan membuat banyak stempel di tubuhnya, sebagi bentuk penyesan yang dia rasakan.
CUP!
Sheina mencium kening, mata, pipi, hidung, dan bibir Arzhel.
"I Love You More, bae." ungkap Sheina.
(Aku mencintaimu lebih dalam, sayang)
"1365244." ungkap Sheina.
(Aku mencintaimu 365 hari 24 jam)
Sheina baring di sebelah Arzhel, dia tidur di atas dada bidang lelaki tampan itu, ia memeluk dengan erat sang tunangan.
Sheina mendusel kepalanya di dada Arzhel, dia mencari posisi nyaman, dia menghirup aroma maskulin dari lelaki tampan itu yang selalu saja membuatnya jadi candu, tenang, dan nyaman.
1 detik, 2 detik, 3 detik.....
Hanya butuh waktu kurang lebih lima detik gadis cantik itu tertidur dengan nyenyak.
Arzhel memang vitamin mujarab untuk gadis itu, dia tidak memerlukan vitamin untuk bisa membuatnya tertidur, karena Arzhel adalah vitamin utama untuk Sheina.
Seperkian detik kemudian Arzhel membuka mata.
Dia melihat Sheina yang tertidur di atas dadanya.
CUP!
Arzhel mencium kening Sheina lumayan lama.
"Maaf, 813 224." ungkap Arzhel.
(I Love You Today, Tomorrow, and Forever atau Aku Mencintaimu Hari ini, Besok, dan Selamanya)
Arzhel mengambil remot yang ada di nakas, dia memantikan lampu kamar, dia memeluk Sheina, lalu dia kembali memejamkan mata.
Mereka tertidur dalam keadaan berpelukan dengan erat, seolah takut kehilangan.
***
...~```~```~```~```~```~```~~~...
..."Orang yang hebat bukan terlahir hebat, tetapi tumbuh dengan hebat."...
...☆ Mario Puzo ☆...
#Keep the spirit and don't give up
*
*
*
TO BE CONTINUED
Semangat 💪🙂✨🙏
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Minggu 🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Sabtu 🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Selamat Hari Selasa 🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Sabtu 🙂✨🙏😇
Selamat hari jum'at ❤️❤️😊
Thanks 🙏🏻🙏🏻❤️❤️😊😊
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Selamat Hari Juma't Thor 👍🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Kamis🙂🙏👍
Semangat 💪🙂✨🙏
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏