Kalian bisa bayangkan bagaimana anehnya gadis cupu berubah jadi gadis tomboy?
Ikuti aja ceritanya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Vuspita sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Siapkan mental. dan Tinggalkan jejak.
Vote. Like dan komen.
.
...
.
.
Plak.......
Plak....
Bugh...
Suara tamparan itu menggema diruangan besar nan mewah itu. Tamparan itu berasal dari pak Jaya Herlambang kepada putrinya Keyna Putri Herlambang.
Wajah pak herlambang merah penuh amarah saat ini. panas ditangannya membuktikan bahwa tamparan itu bukan tamparan main-main. Tamparan bolak-balik dipipi kanan dan kiri, bahkan tubuh Keyna berhempas dan kepalanya terkena sudut meja, mengakibatkan kepalanya berdarah.
Aku merasakan sakit dan perih diwajahku, titambah sakit dikepalaku membuat sakit itu semakin sempurna. Hal ini sudah biasa bagiku. Bahkan tanganku tak terulur untuk menyeka darah dipelipisku, bahkan dibibirku.
“Dasar anak tidak tau diuntung kamu..! Siapa yang mengajarkan kamu mencuri ha...?” Bentak pak Jaya mengema. Kakinya menghampiri ku yang masih duduk diam dilantai, tanganya terulur menarik paksa rambut Ku. “Katakan siapa yang mengajari kamu ha?” Teriaknya. Ia menjambak rambut Keyna keras.
Aku hanya memejamkan mata, merasakan pedih diubun-ubunku. Kepalaku sangat sakit, dapat ia pastikan bahwa rambutku akan gugur. “Dasar anak tidak tau diuntung kamu... Plak...” Tamparan itu terdengar lagi.
Ada satu sosok wanita paru baya yang memeluk putrinya erat disana, sudut bibirnya terangkat menyunggingkan senyum licik. Dia adalah ibu tiri dan adik tiriku.
“Kalo Key jelasin sama papa juga nggak bakal didengerkan?” Ucapku dingin. Tapi jujur saja, hatiku sakit, bahkan sakit tamparan dan jambakan rambutku tak sebanding dengan rasa sakit dihatiku saat ini.
“Dasar anak pembangkan. Mau dihukum kamu, sini saya hukum kamu...” Teriak pak Jaya mendengarkan bantahan Keyna. Ia menarik paksa Keyna memasuki gudang.
Aku hanya diam tak membantah, malas untuk membantah ataupun menjawab.
Ctar...
Ctar....
Suara cambuk itu menggemah. Pedih, sakit, semuanya menjadi satu. Punggungku rasanya remuk, aku menggigit bibir bawahku kuat. Ingin rasanya aku melawan, tapi aku masih sangat ingat pesan mamaku
“Sejahat apapun papa kamu, jangan bantah ataupun jawab perkataannya. Semua yang ia lakukan itu untuk kebaikan kamu, ia tak akan melakukan hal yang jahat untuk kamu, dia papa yang sangat menyayangi kamu. Berjanjilah untuk selalu menyayangi dan tidak membantah ayahmu.” Pesan Ibunya.
Ketika aku ingin melawan, entah mengapa kalimat itu selalu melintas dipikirannku, aku tak mau mengingkari janjiku kepada ibuku, aku sangat mencintai ibuku.
“Ini hukumannya karena kamu sudah mencuri dan durhaka kepada papa.” Bentak pak Jaya lagi.
Aku hanya diam dan merasakan cambukan itu mengukir indah dipunggungku. Baju luarku sudah compang camping, darah segar mulai keluar deras, bahkan sela-sela bajuku terasa lengket dengan daging punggungku. Tak ada teriakan, tak ada tangisan, yang ada hanya suara cambuk yang menggema.
Plas... Papaku melempar cambuk itu kelantai. Seakan buta akan punggungku yang terluka, ia melangkah Pergi meninggalkan ku yang lunglai dilantai. Tulangku sudah gemetar, bibir bawahku bahkan sudah terluka karena ku gigit begitu erat untuk tidak berteriak. darah dihidungku sudah keluar sedari tadi, dadaku sesak, kepalaku sakit. Ditambah seluruh tubuhku terasa remuk karena hukuman dari ayahku.
Aku terkekeh geli dan miris. Papaku berhenti ditempatnya ketika mendengarku terkekeh.
“Hehe,” Air mataku jatuh tanpa izin. “Key minta sama papa buat nggak nyesel ngelakuin semua ini kepada Key. Key mau kalo Key mati, ayah nggak nyesel. Key udah capek banget didunia pa. Andai aja mama nggak nyuruh Key nggak jagain papa, pasti Key udah lebih milih bunuh diri pa. “ Ucap Keyna getir.
Kaki ayahku kembali berjalan setelah mendengarkan ucapanku, tapi aku kembali berucap. “Ingat ya pa, jangan nangisin penyesalan dikemudian hari. Keyna sayang banget sama papa.” Ucap Keyna getir. Ia memegang kepalanya sakit. Ia sudah tak mampu lagi untuk duduk bersimpu, berbaripun ia tak mampu karena sakit dipunggungnya. Ia hanya meletakkan kepalanya dilantai merasakan sakit dipunggung dan dikepalanya.
“Jangan ada yang bantu dia. Ini hukan buat dia, jika ada yang buat dia keluar dari sini, saya akan hyukum kalian lebih dari yang dia rasakan..!” Bentak papaku diluar ruangan.
Tapi masih bisa ku dengar dengan telingahku.
Aku menangis sesegukan sambil menepuk-nepuk dadaku. Kesadaranku sudah sedikit hilang, tak menghabiskan waktu aku mengoleskan dara dihidungku, lalu ku ukir dilantai dengan tangan yang bergetar. ‘AKU SAYANG PAPA. ‘ Saat selesai, kegelapan menyapaku, membawaku kealam kelam yang aku kira akan membawaku kesyurga bersama bunda.
///--///💔💔
Pagi harinya, pak Jaya merasakan sesuatu yang tak enak didadanya, seperti sesak akan sesuatu hal. Pikirannya menuju kejadian semalam,. Kakinya melangkah menuju gudang dimana Keyna dicambuk. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Keyna yang sudah tergeletak dengan penuh darah. “ Keyna....” Panggilnya. “Hey bangun kamu..” Ucapnya sambil menendang kepala Keyna pelan.
Sudah beberapa kali ia menendang kepala dan tubuh Keyna, tapi tak dapat respon juga, garis dikeningnya mulai terbit. Biasanya Keyna akan segera bangun jika dia bangunkan. Ia berjongkok menatap Wajah Keyna yang tertutup rambutnya, matanya juga tertuju pada tangan Keyna yang menutupi tulisan yang tertulis dari darahnya sendiri.
‘AKU SAYANG PAPA.’
Nyut... hatinya seperti dicubit, tangannya terulur meneyekah rambut Keyna yang menutupi wajahnya. Betapa terkejutnya ia melihat wajah Keyna penuh dengan darah, bahkan darah kering memenuhi baju atas Keyna. “Hey, kamu kenapa.? Jangan bikin saya merasa bersalah..!” Bentaknya. Tapi Keyna sama sekali tak menjawab, bahkan tubuhnya sudah kaku.
“Keyna..” Suara pak Jaya sudah melembut. Saat sadar jika keadaan Keynna sedang tidak ‘baik-baik saja’ ia memopong tubuh Keyna dan membawa Keyna masuk rumah sakit.
“Kamu jangan bercanda.” Ucapnya disela berlari. Jantungnya maraton jauh, entah, rasanya ia sedikit takut kehilangan gadis kecil yang digendongannya ini.
“Ada apa tuan.” Tannya pembantu ketika melihat tuannya memopong putrinya berlari. Tanpa mau menjawab pak Jaya masih berlari menuju mobi. “Pak Kodim cepat bawah mobilnya...!” Teriaknya sedikit panik.
Pak Kodim atau lebih tepatnya supir pak Jaya langsung berdiri dan meninggalkan kopi yang hampir lumer dalam mulitnya. “Mau kemana pak?” Tanyanya.
“Kerumah sakit terdekat.” Jawab pak Jaya cepat, ia masuk kedalam mobil yang pintunya sudah dibuka oleh pak Kodim.
Pak Kodim menatap Keyna bingung, tapi langsung terpecah ketika mendengra teriakan pak Jaya. “Cepat...!”
Pak Kodim langsung bergegas masuk kedalam mobi. Pak Kodim mengendarai mobil dengan kecepatan maksimal.
Tos...
Suara tangan seseorang bersatu menatap kejadian itu. Wajah mereka penuh senyum bahagia. “Rencana kita berhasil ma..” Ucap gadis berusia hampir sama dengan Keyna.
“Bener. Mama harap dia mati.!” Ucap wanita paru baya bahagia.
**Like. Komen dan Vote nggak susah kok. cuma ngehargain sang penulis aja gitu....
tekan 👍 ketik saran dan beri bintang. terimakasih**....
semangat untuk karya-karya authorr selanjutnya💪