Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.15 Terusir
Adinda mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih. Emosinya seakan sudah pada puncaknya, begitupun Bu Tatik, ia tak menyangka bila tetangga-tetangga putranya begitu menyayangi mantan menantunya itu. Bahkan mereka terang-terangan membela Anggi dan menyudutkan Adinda dan keluarganya. Ingin rasanya Bu Tatik berteriak, tapi ia menahannya karena saat ini adalah hari pernikahan putranya yang sudah ia tunggu-tunggu. Ia sangat menyukai Adinda karena keberadaan keluarganya jelas , begitu pun asal-usulnya, tidak seperti Anggi yang hanya anak panti yang tak jelas orang tuanya.
Tapi tiba-tiba suara seseorang menginterupsi ketegangan antara Bu Tatik dan Adinda dengan para tetangganya, membuat mereka menghentikan perdebatan itu.
"Din, sudah! Tak usah pedulikan mereka. Ayo masuk, akad nikah akan segera dimulai." bisik Adam saat telah mendekat dan berdiri di sisi Adinda
"Ada apa nak Adam?" tanya pria paruh baya yang merupakan ayah dari Adinda yang bernama Pak Karyadi
"Ah, bukan apa-apa,pa. Hanya ada kesalahan pahaman saja sedikit dengan tetangga."
"Oh. Ya sudah, kalau begitu, mari kita mulai akad nikahnya." ujar pak Karyadi
"Ayo nak, silahkan duduk di depan penghulu." titah Bu Dina ,ibu dari Adinda
Adam pun segera duduk di depan penghulu, disusul Adinda yang duduk di sebelahnya.
Sejenak Adam merasa de javu dengan apa yang ia lakukan. Selentingan memori detik-detik pernikahannya dengan Anggi berputar seperti sebuah video yang di putar tepat di depan matanya.
Adam melirik ke arah wanita yang duduk di sebelahnya, yang duduk di sisinya saat ini padahal adalah Adinda, tapi mengapa di matanya itu adalah Anggi.
"Anggi." gumamnya lirih saat menatap Adinda
Adinda heran dengan apa yang diucapkan pria yang sebentar lagi menjadi suaminya itu. 'Anggi? Kenapa mas Adam nyebut nama Anggi di saat detik-detik akad nikah kami. Kurang ajar, apa mas Adam belum bisa melupakan perempuan udik itu?' kesal Adinda dalam hati
"Bagaimana? Sudah siap?" tanya sang penghulu , membuyarkan lamunan Adam.
Adam meneguk salivanya susah payah, 'Mengapa aku malah mengingat Anggi?' monolognya dalam hati
"Dam.." seru Bu Tatik seraya menepuk bahu Adam
"Ah, iya, ma? "
"Itu penghulunya nanya, udah siap belum?" kesal Bu Tatik melihat putranya yang justru sedang melamun
"Ah, i-iya pak, saya sudah siap."
"Baiklah kalau begitu, mari segera kita mulai." yang diangguki oleh semua orang yang ada di ruangan itu yang lalu disusul seruan dari penghulu memulai akad nikahnya.
"Saya nikahkan engkau Adam Prayoga bin Guguh Prayoga dengan Adinda Safitri binti Karyadi dengan mas kawin uang tunai sebesar 50 juta rupiah, dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Anggi Saraswati binti Fulan dengan mas kawin tersebut tunai."
hening...
Orang-orang di sana tiba-tiba tertegun dengan apa yang diucapkan Adam. Mereka tak percaya tapi mereka mendengar sendiri dengan apa yang diucapkan Adam. Hal tersebut seakan menunjukkan bahwa Anggi masih bertahta di hati Adam tanpa ia sadari. Hingga akhirnya kasak-kusuk pun mulai terjadi di ruangan itu.
"Mas."
"Adam "
Pekik Adinda dan Bu Tatik bersamaan.
Sesaat Adam belum menyadari apa yang ia ucapkan, barulah setelah Adinda marah ,ia baru menyadarinya.
"Kenapa mas malah nyebut nama Anggi sih?" ketus Adinda emosi. Emosi atas cibiran tetangganya tadi saja belum hilang, sudah dibuat emosi lagi karena Adam salah mengucapkan nama saat akad.
"Hah?" Adam terkejut. "Benarkah?" ia masih belum percaya
"Kita ulang lagi saja akadnya kalau begitu. Tolong diingat baik-baik nama calon istrinya, biar nggak salah lagi." ujar Penghulu sembari bercanda dan Adam pun mengangguk.
"Saya nikahkan engkau Adam Prayoga bin Guguh Prayoga dengan Adinda Safitri binti Karyadi dengan melas kawin uang tunai sebesar 50 juta rupiah, dibayar tunai."
"Saya terima nik..."
"Stop!" terdengar seruan suara wanita yang cukup menggelegar membuat Adam tak jadi melanjutkan ucapannya
"Apa yang kalian disini?" tanya wanita paruh baya itu yang didampingi 3 orang bertubuh kekar membuat para tamu kasak-kusuk penasaran
"Siapa kau ? Kenapa tiba-tiba datang dan mengacaukan pernikahan putra saya?" bentak Bu Tatik murka
Wanita paruh baya itu terkekeh mendengar bentakan yang dilontarkan Bu Tatik.
"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya wanita paruh baya itu
"Apa maksud nyonya? Ini rumahku, terserah aku mau melakukan apa di rumah ini?" tanya Adam dengan nada naik 1 oktaf.
Melihat ketegangan di dalam rumah itu, membuat beberapa tamu tampak mengundurkan diri. Mereka takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan apalagi orang yang baru datang itu membawa 3 orang berbadan kekar ke sana.
Wanita paruh baya itu menilik Adam dari atas ke bawah sambil tersenyum sinis. 'Ternyata ini mantan suami brengs*k itu!' batin wanita paruh baya itu
"Ini rumahku, tentu sangat wajar aku bertanya apa yang kalian lakukan di rumah ini."
"Apa maksudmu dengan rumah mu ,wanita tua!" bentak Bu Tatik
Wanita paruh baya itu terbahak mendengar Bu Tatik mengetahuinya wanita tua." Biar pun aku tua, tapi aku masih terlihat cantik bukan." sinis wanita itu dengan mata memicing ke arah Bu Tatik membuat Bu Tatik bergidik ngeri." Aku sudah bilang ini rumahku, jadi silahkan kalian keluar dari rumah ini." titah wanita paruh baya itu santai
"Apa Anda sudah tidak waras nyonya, mengatakan ini rumah Anda?" bentak Adam kesal karena pernikahannya jadi tertunda oleh kedatangan wanita itu
Wanita paruh baya itu lagi-lagi terkekeh, " Kalau memang ini rumah kalian, mana buktinya?" remeh wanita paruh baya itu
"Dam, mana sertifikasi rumah ini?" tanya Bu Tatik
Adam segera masuk ke dalam kamar dan mencobanya mencari sertifikat rumahnya, namun hasilnya nihil. Lalu Adam kembali keluar kamar.
"Bagaimana?" tanya Bu Tatik, Adam menggeleng.
"Mungkin dibawa Anggi karena rumah ini dibeli atas namanya." ujar Adam pasrah
Wanita paruh baya itu lagi-lagi tergelak.
"Ini yang kalian cari?" tunjuk wanita paruh baya itu pada sebuah map berwarna coklat yang haru saja di serahkan anak buah wanita tersebut.
Adam ,Bu Tatik, dan Adinda tertegun, 'Bagaimana bisa? Mengapa sertifikat rumah itu ada pada wanita itu?'
"Huh, sebenarnya aku malas menjelaskan ini. Tapi rumah ini sudah aku beli karena itu mulai hari ini aku minta kalian segera keluar. Aku beri waktu 1 jam. Kalau tidak, jangan salahkan saya berbuat kasar. " ucap wanita itu sambil melirik ke arah 3 anak buahnya.
"Nggak mau, ini rumahku, aku nggak mau keluar!" teriak Adinda..
"Culih, dasar pelakor! Masih sanggup bersuara rupanya. Kalau masih mau tinggal silahkan, tapi siap-siap besok kalian tinggal nama saja." ancam wanita itu seraya berjalan membuat Adam dan lainnya tercekat.
"Mas, kita mau tinggal dimana kalau kita diusir dari sini? Terus pernikahan kita gimana, pak penghulunya sudah pergi." rengek Adinda
"Ma, kita numpang tinggal di rumah mama dulu ya semantara sebelum kita dapat rumah yang baru." Adam meminta izin mamanya
"Huh, ya sudah! Ayo bereskan barang-barang kalian. Pernikahan kalian kita tunda besok saja. Nggak usah pake ngundang orang segala. Yang penting sah secara agama saja " desah Bu Tatik frustasi
aku malah suka karakternya Stefani ibunya nata coco 😁
keibuan banget sabar banget 🥰
yang ada dendam merenggut jiwa dan hati diri
bukann tambah bahagia yang ada tambah menderita oleh dendam itu sendiri