"Aahh apa yang kak Angga lakukan?" teriak Nara dengan kencang sambil mendorong tubuh Angga menjauhi nya, Angga pun terjatuh dari ranjang yang otomatis penyatuan yang baru separo jalan pun terlepas karena Nara sadar dari obat tidurnya.
Dengan bibir bergetar dan air mata yang sudah mengalir deras di wajah, Nara mencoba turun dari ranjang tapi sayangnya Angga telah sigap dan menjatuhkan tubuh Nara kembali ke ranjang serta menaiki tubuh Nara kembali.
"Lepas kak lepasin Nara, jangan sakiti Nara, please." iba nya disela tangisan dan suara yang serak karena lelah berteriak. Tetapi bukan nya iba Angga malah menarik paksa selimut yang menutupi tubuh polos Nara.
Nasib sial di alami Nara, gara-gara ia menolak cinta Angga, berakhir dengan kesuciannya yang terenggut oleh kakak tingkatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nara Histeris
Setelah mengetahui Nara menghilang, Angga mulai mencari Nara dengan bantuan teman-teman dan Vika, mereka berpencar mencari ke segala arah, namun hingga petang Nara belum juga ditemukan, itu membuat hati Angga terasa sesak, disaat hubungannya dengan Nara sedang mesra-mesranya
Angga berjalan menyusuri tempat apartemen yang biasa ia habiskan bersama kekasihnya. Seperti diranjang, dapur yang jadi satu dengan meja makan, juga ruang santai.
Di situlah mereka sering sekali berbagi peluh dan mengeksplore pengalaman berc*nta kedua insan yang saat itu tengah dimabuk cinta,.
Angga berpikir Nara telah menerimanya sebagai seorang kekasih, tapi kenapa??kenapa ia di tinggalkan ketika Angga makin mencintai gadis itu, benarkah hanya demi uang.....??
***
***
Hospital
Di rumah sakit yang tempatnya jauh dari kediaman Angga, seorang pria sedang duduk disamping ranjang Nara yang kini belum sadarkan diri, ia menatap wajah pucat namun masih terlihat cantik, pria paruh baya itu menatap iba gadis yang kini terbaring lemah.
Seseorang masuk dan mendekati pria paruh baya itu, seorang ajudan yang tadi sempat menyerempet Nara ketika ia mengemudikan tuan nya.
"Maaf pak, ada apa bapak mencari saya?"
"Bisa kamu cari tau informasi tentang gadis ini, aku merasa gadis ini tadi begitu terancam nyawanya." Titah pria paruh baya itu.
"Baik pak, akan saya infokan kepada yang lainnya." Setelah mengatakan itu sang ajudan keluar dari kamar.
Sebenarnya apa yang terjadi sehingga lelaki paruh baya itu begitu ingin tahu tentang Nara yang baru saja ia kenal, disaat gadis itu meminta tolong padanya usai mengalami kecelakaan. Lalu siapa lelaki itu.....??
Lelaki itu adalah seorang jenderal ternama yang sudah memiliki nama besar, ia juga memiliki perusahaan sendiri yang bergerak di bidang makanan.
Lalu kenapa ia begitu peduli pada gadis itu....?? Jawabannya adalah ketika Nara telah tak sadarkan diri dan dibawa dirumah sakit, saat itulah perawat yang telah membersihkan luka dan hendak menuju ke ruang UGD, datang ke arah lelaki paruh baya yang tadi menolongnya dan memberikan kalung Nara yang terjatuh saat hendak di pindahkan ke brankar.
Disitulah lelaki paruh baya itu seketika mengenal kalung berwarna Jamrud dan memiliki design unik bertuliskan " Kinan."
Hati nya berdegup kencang, karena ia merasa mengenal pemilik sebenarnya dari kalung tersebut.
"Siapakah sebenarnya kamu?" Ucapnya lirih di tengah para medis yang berkumpul dan sibuk untuk berusaha menyelamatkan nyawa gadis yang membuat hati nya berdegup kencang.
Lelaki teringat masa lalunya dengan gadis yang bernama Kinan pemilik sebenarnya kalung itu, jika itu kalung milik Kinan, benarkah anak yang sudah terserempet mobilnya itu adalah anak dari Kinan, wanita yang dulu pernah ia cintai?
Para tenaga medis sibuk lalu lalang memberi pertolongan untuk Nara, suasana UGD begitu panik dan tak bisa lelaki itu ungkap dengan kata-kata, dan ketika salah satu dokter mendekat kepadanya lelaki itu menyudahi lamunannya.
"Maaf bapak apakah pasien kerabat anda??
"Bukan dok, dia saya tolong ketika tak sengaja mobil saya menyerempet tubuhnya, ada apa?"
"Pak bisakah anda mencari golongan darah B, kebetulan golongan darah di rumah sakit tinggal 2 kantong, dan saat ini pasien membutuhkan lebih dari 3 kantong, karena ia kehilangan banyak darah." jawab dokter wanita itu.
"Apa...?? Golongan darahnya B....." ucap lelaki itu pelan yang tidak didengar oleh dokter wanita itu
"Mohon pak secepatnya cari ya, saya akan masuk ke dalam lagi." dokter itu pun pamit masuk kembali, dan terlihat pula seorang suster baru masuk membawa 2 kantong darah dari luar, suasana begitu pecah.
Lelaki tua itu mengambil ponselnya dari kantong celana dan menekan tombol kontak anak buahnya.
"Tolong informasikan pada yang lain saya butuh golongan darah B, lakukan sekarang, dan datang ke rumah sakit sekarang, saya butuh 5 orang"
"Baik pak"
Setelah menutup saluran teleponnya, lelaki itu hanya mondar mandir diluar ruang UGD, hatinya begitu resah, dan ketika suster melewatinya, lelaki itu memanggil suster itu dan ia pun minta untuk di ambil darahnya karena ia memiliki golongan darah yang sama dengan gadis itu.
"Mari ikuti saya pak!!"
Lelaki paruh baya itu pun mulai berbaring diatas ranjang dan seorang perawat laki- laki datang dan memulai memasangkan alat untuk mengambil darah dari lelaki itu. Ia berharap semoga gadis itu bisa tertolong.
Kini setelah lelaki itu selesai mendonorkan darahnya , giliran anak buahnya yang ikut serta menyumbangkan darahnya, walau yang dibutuhkan kurang 3 kantong, namun untuk berjaga- jaga lelaki itu menyuruh 5 anak buahnya untuk menyumbang.
****
Kediaman Angga.
Bisma, Fiki dan Vika datang untuk melapor ke Angga bahwa mereka belum juga menemukan titik terang di mana keberadaan Nara, sudah 3 hari Nara tidak kunjung pulang.
Hal itu membuat Angga frustasi, apalagi ia sampai mengorbankan kuliahnya yang seharusnya sibuk membuat karya tulis pun akhirnya terhambat oleh pencarian Nara.
Baik Fiki dan Bisma merasa kasian melihat perubahan Angga yang seperti mayat hidup, ia kini malas mandi, makan dan melupakan apapun, ia selalu mengingat gadis itu dalam benaknya dan hanya Angga habiskan waktunya untuk mencari dan melamun di rumah.
"Kita sudah berusaha, tapi sampai sekarang pacar lu belum bisa kami ketemukan." Bisma menepuk Pelan bahu Angga, ia ingin memberi kekuatan sobatnya untuk bisa terima.
"Gue akan cari terus, gue cinta Nara." kini Angga mulai berkaca-kaca kembali.
"Lo kudu terima ini mang dah jalan Lo sama Nara, mungkin juga apa yang di katakan papi lu bener, mungkin Nara mengambil uang pemberian ayah lu untuk keluar negeri, mungkin saja kan?? Secara dia pinter dan ia ingin jadi orang sukses disana." Monolog Fiki.
"Kak, maaf aku menyela tidak mungkin Nara meninggalkan kakak karena uang, aku kenal Nara orang macam apa kak." Akhirnya Vika angkat bicara ketika Fiki sudah mulai menyudutkan temannya itu.
Angga hanya diam saja tak bergeming, namun ketika membuka omongan Angga pun merasa ada yang janggal dengan hilangnya Nara, namun ia bertekad tetap harus mengerahkan lebih banyak orang untuk mencari keberadaan Nara, agar ia mengetahui alasan di balik menghilangnya kekasihnya itu.
*****
Back to hospital
Sudah 2 Minggu Nara belum juga siuman dan sadar usai kecelakaan yang ia alami, menurut dokter Nara mengalami shock berulang kali terlihat dari catatan medisnya.
Nara akan selalu mengalami koma sementara jika ia mengalami shock berat. Dahulu juga seperti itu ketika ia pernah di kuncikan oleh paman dan bibinya di gudang yang gelap dan pengap, ia juga mengalami kekerasan fisik, kini ia mengalami hal yang sama, harus berbaring lama di ranjang.
Hari itu cuaca pagi sangat cerah, matahari mulai menampakan diri untuk memberi kehidupan kepada semua makhluknya, begitu pun juga dengan seseorang yang kini berbaring diranjang rumah sakit, ia mulai membuka matanya perlahan, Nara mulai menggerakkan tangan dan jemari nya.
Wajah Nara yang pucat itu mulai menoleh ke kanan dan ke kiri bagai mencari sesuatu yang ia sendiri tak tahu harus mencari apa...?
Kamar itu begitu sepi, ia ingat terakhir kali ia berlari menjauh dari kedua suruhan Raline yang hendak akan menangkapnya, cukup lama ia berbaring, Nara pun mulai bangun secara perlahan untuk sekedar duduk diranjang.
Seorang pria paruh baya yang menolong Nara masuk dan kaget melihat gadis itu telah sadar dari koma dan duduk dibahu ranjang. Lelaki itu menghampiri Nara.
"Jangan banyak bergerak dulu, kamu masih belum pulih benar, apalagi kamu sudah 2 Minggu tidak sadarkan diri." Pria itu menerangkan ke Nara.
"Dua....dua Minggu??" Ucap Nara dengan mengangkat tangannya dengan membentuk angka 2
"Iya" ucap lelaki itu singkat yang kemudian menghampiri tubuh Nara dan duduk di samping gadis cantik itu.
Seketika itu Nara mengingat sesuatu ia memegangi perutnya, ia ingat ia mengeluarkan banyak darah saat kecelakaan.
"Om....bagaimana dengan janin saya?" Tanya Nara dengan menatap ke arah lelaki paruh baya tersebut, dan menunggu jawaban.
"Janin kamu sudah tidak ada lagi, kamu mengalami keguguran."
Nara shock mendengarnya ia langsung menangis histeris dan berteriak kencang, baru saja ia ingin menyampaikan berita kehamilannya pada Angga kini ia harus kehilangan janin yang tak pernah Angga tahu.
Nara histeris dan melepaskan jarum infus, sontak lelaki itu kaget, darah berceceran setelah jarum itu ditarik paksa Nara, ia bagai orang yang berbeda dari Nara yang selama ini terkesan kalem dan ramah.
Lelaki itu memanggil para medis untuk menangani nara yang kini histeris dan mulai mengacak-acak isi kamar rumah sakit, 2 perawat pria masuk dan memegangi tubuh Nara, 1 perawat pun mulai memberikan obat bius yang ia masukan disapu tangan, dan sedikit membekap mulut Nara hingga ia pun jatuh pingsan dan diangkat kembali ke ranjangnya.
Suster melakukan hal itu karena tidak mungkin menyuntiknya karena jarum infus yang telah terpasang sudah terlepas karena ulah Nara yang histeris.
Nara berbaring lagi di ranjangnya, pria itu hanya bisa bernafas lega ketika semua kepanikan itu telah diatasi oleh para tenaga medis, ia mulai duduk disamping Nara berbaring, ia menggenggam tangan Nara.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya pria tua itu.
"Pasien mengalami shock berulang kali, menurut saya setelah sehat bawa ia ke dokter psikologi." ucap sang dokter wanita itu yang kini memeriksa keadaan Nara dan menyuruh suster untuk memasang kembali jarum infus.
Selepas kepergian dokter maupun suster, hanya helaan nafas yang terdengar, ia merasa sedih melihat gadis yang baru 2 Minggu ia kenal histeris ketika mengetahui janinnya telah tidak ada.
"Sebenarnya apa yang telah kamu lalui....sehingga kamu seperti ini?"
Lelaki itu hanya mengeluarkan air mata disertai tangannya tak luput menciumi punggung tangan nara.
Siapakah sebenarnya lelaki yang sudah menolong Nara itu....?? Simak terus yaa....