Di antara cinta yang tak terucap dan janji yang tak sengaja diucapkan harus menjadi sesuatu yang ditanggung jawabi oleh Rafael. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang hampir terbilang sempurna, Rafael harus kehilangan wanita yang dicintainya sekaligus menerima kehadiran seorang gadis yang sangat ia sayangi—Adeline.
Dua tahun setelah pernikahannya dan bangun dari segala keterpurukannya, Rafael harus terjebak dalam sebuah dilema. Apakah ia akan memilih cinta yang sebelumnya hilang atau tetap bersama dengan seseorang yang selama ini menemani masa-masa sulitnya? Setiap pilihan datang dengan konsekuensi dan setiap keputusan menuntunnya pada jalan yang tak terduga.
Ketika cinta dan masa lalu bertabrakan, apakah Rafael akan mengikuti hati atau logika? Bagaimana jika pilihan yang benar ternyata sesuatu hal yang paling sulit ia jalani? Temukan kisahnya dengan meng-klik ‘Mulai Membaca’.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HC 25
Matahari sudah menampakkan wujudnya untuk menyinari bumi, jika matahari sudah terlihat, itu artinya Adeline terlambat untuk datang bekerja. Namun sebelum meninggalkan ranjang, dia merasakan sesuatu diperutnya dan membuatnya untuk menoleh.
Rafael, dia berada disisinya saat ini. Seketika memori kejadian semalam berputar dikepalanya. Sedikit memalukan memang, meski awal menolak, tetapi semakin lama Rafael membuatnya nyaman, dan tidak munafik jika Adeline akhirnya mengikuti alur permainan yang dibuat oleh suaminya itu.
Menyingkirkan tangan Rafael secara perlahan, Adeline pun bergegas untuk mandi dan berangkat. Namun sebelum itu, dia akan membuatkan sarapan sekaligus makan siang untuk Rafael seperti biasanya.
Bagi Adeline, apa yang dilakukannya semalam bersama dengan Rafael akan menjadi langkah awal untuk dirinya bisa menempati hati pria itu. Lagi pula, bukankah Rafael yang memaksanya agar bisa merasakan cinta yang dimiliki olehnya?
Meski sudah menganggap itu sebagai langkah awal, Adeline tetap tidak ingin terburu-buru dan akan bersikap seperti sebelumnya. Adeline akan mengikuti permainan Rafael, karena dia tidak ingin cepat mengambil kesimpulan atas apa yang dilakukan oleh pria yang semalam menidurinya.
Seusai membuat sarapan, Adeline pun segera pergi, karena dia sudah benar-benar telat. Belum meninggalkan dapur, Rafael justru sudah berdiri disana dan membuat langkah kaki Adeline terhenti.
Mengatur napasnya, Adeline kembali berjalan. Rafael memperhatikan punggung wanita itu yang tidak menyapanya sama sekali. Melihat respon dari Adeline, Rafael merasa bahwa Adeline memang sudah berubah, karena biasanya Adeline selalu menyambutnya dengan hangat, tidak lupa mendikte menu makanan yang dia masak serta mengingatkan Rafael mengenai bekalnya, namun dia sudah tidak menemukan Adeline yang seperti itu saat ini.
"Nanti malam tidak perlu masak, karena aku akan makan diluar dengan Alva dan Daren." Ucap Rafael setengah berteriak dan telinga Adeline yang menangkap suara itu pun kembali menghentikan langkahnya.
"Baiklah." Jawabnya singkat tanpa membalikkan tubuhnya sama sekali.
Dia benar-benar berubah. Apa benar jika aku sudah terlalu keras padanya? Biasanya dia akan tetap bersih keras membuatkan makan malam untukku. Selain itu, biasanya dia akan selalu merengek agar bisa berangkat bersamaku, tapi kali ini benar-benar berbeda.
Seharian dikantor membuat Rafael tidak bisa berpikir jernih. Pikirannya terus tertuju pada Adeline, lebih tepatnya pada perubahan Adeline yang mulai ia rasakan. Rafael menyandar pada kursi kebesarannya seraya memainkan pulpen yang berada di jemarinya.
"Argh sebenarnya ada apa denganku? Bukankah bagus jika Adel bisa bersikap tak acuh padaku? Baiklah sekarang kita harus periksa dokumen yang sudah menumpuk sejak tadi." Gerutu Rafael yang mencoba kembali melakukan pekerjaannya.
"Raf, kita harus berangkat sekarang," tukas Daren yang langsung to the point saat memasuki ruang bos sekaligus sahabatnya.
"Berangkat kemana?" Tanya Rafael dengan tampang cool seperti biasa dan masih fokus dengan dokumen yang baru saja disentuh lagi olehnya.
"Kau lupa jika malam ini kita ada pertemuan dengan calon penanam saham baru kita di Livert Resort? Dia akan memberikan sejumlah uang yang tidak sedikit dan mungkin kau bisa memutar uang itu untuk mengembalikan citra Dkeys Hotel juga Royal Property."
"Berasal dari perusahaan mana mereka?"
"D'Gchar Company, perusahaan besar nomor satu di Jerman. Biasanya mereka tidak akan sembarangan membuat kerja sama dengan perusahaan luar, tetapi mereka tertarik dengan perusahaanmu dan kau harus datang langsung untuk menemui mereka agar kerja sama ini bisa berlangsung dengan baik."
"Baiklah kita berangkat sekarang,"
Bisa dikatakan perusahaan Rafael emang sedang terbilang kurang baik untuk saat ini, selain itu dia juga sadar bahwa apa yang terjadi pada perusahaan-perusahaannya adalah murni kesalahan serta keegoisannya.
Jika Rafael dan Daren tengah dalam perjalanan untuk melakukan pertemuan, Adeline justru baru saja keluar dari ruang operasi. Dia menjadi perawat tambahan didalam ruangan karena banyak sekali yang mengajukan cuti pada hari itu.
"Vanilla latte untukmu," seseorang menyodorkan satu cup berukuran sedang kepada Adeline yang baru saja duduk dipantry untuk minum.
"Ice vanilla latte, ya? Kebetulan sekali aku sedang menginginkan sesuatu yang dingin." Adeline mengambil minuman itu dan menyeruputnya. "Terima kasih, Fran. Ini sangat menyegarkan." Tambahnya seraya menyimpan cup yang berisiki kopi itu.
"Sangat melelahkan ya?" Efran memandang Adeline dengan wajah yang terlihat sangat lelah.
"Tidak juga. Kau sendiri kenapa disini? Bukankah hari ini adalah jadwal off mu?" Tanya Adeline penasaran.
"Hanya ingin menemuimu dan memastikan bahwa kau akan selalu baik-baik saja."
"Apa tidak sekalian saja kau tinggal bersamaku dan kak Rafa?" Ucap Adeline sedikit terkekeh karena ucapan Efran layaknya seorang bodyguard yang tidak memiliki libur meski dirinya ingin.
"Memangnya boleh?" Balas Efran menggoda Adeline. "Jika begitu aku akan pindah besok. Aku akan mengemas barangku malam ini." Tambahnya.
"Tidak, aku hanya bercanda." Sahut Adeline yang langsung disambut tawa oleh Efran.
Ponsel Efran berdering menandakan pesan masuk diponselnya. Dia tersenyum membaca pesan tersebut dan membuat Adeline yang menyadari itu pun membalas untuk menggodanya. "Hanya membaca pesan saja bisa tersenyum bahagia, sulit memang jika sedang jatuh cinta." Ledek Adeline yang langsung mendapatkan cubitan dikedua pipinya.
"Pesan ini bukan dari seorang gadis Adeline Genevra,"
"Aawww~ sakit Fran." Efran tertawa melihat Adeline yang mengusap kedua pipinya seraya mengerucutkan bibirnya. "Jika gadis pun tidak masalah. Itu menandakan kau pria normal." Timpalnya lagi seraya menyeruput minuman yang diberikan Efran sebelumnya.
"Saat ini fokus ku bukan tentang wanita atau memiliki hubungan asmara. Aku hanya ingin menjaga seseorang yang berharga bagi orang yang berharga untukku," senyum lirih terlukis dibibir Efran.
"Kau baik sekali. Tapi bagaimana pun kau juga harus menjalani hidupmu sendiri dengan normal. Bantulah dia sewajarnya saja."
"Dia sangat berharga dihidupku, mana mungkin aku bisa berbuat sewajarnya?" Efran menekankan kalimat 'sewajarnya' pada wanita yang berada dengannya saat ini.
"Seberharga itukah orang tersebut bagimu? Sehingga kau ingin melindungi orang yang bahkan tidak kau kenal."
"Aku mengenalnya saat ini. Dulu, dia hanya menceritakannya melalui foto-foto yang dia miliki, namun sekarang aku sudah mengenalnya. Ternyata dia sangat tangguh dan kuat meski dia selalu merasa bahwa takdir tak pernah memihaknya. Dia juga selalu merasa bahwa dia hanya seorang diri di dunia ini, tapi dia tidak tahu jika dia memiliki seseorang yang sangat menyayanginya, dan akan selalu melindunginya dari apapun."
Mendengar ucapan Efran membuat Adeline sedikit termenung dan tanpa sadar air mata menetes dari kedua mata Adeline saat itu. Menyadari itu spontan membuat tangan Efran mengusap air mata yang membasahi pipi wanita dihadapannya.
"Kenapa menangis?" Suara Efran terdengar begitu lembut saat ini dan dengan cepat Adeline menggelengkan kepalanya.
"Aku pikir orang itu sangat beruntung, karena memiliki seseorang yang sangat peduli terhadapnya. Terlebih lagi dia juga memilikimu yang sangat baik. Aku percaya kau pasti bisa melindunginya."
"Itu benar, karena aku akan melakukan apapun demi bisa terus melindunginya,"
Sementara itu, Rafael dan Daren merasa gugup saat menyambut tamu penting mereka. Keduanya memang sudah terbiasa menyambut client baru yang akan memulai kerja sama dengan mereka, namun kali ini berbeda, karena client mereka berasal dari luar negeri dan itu merupakan hal pertama kali untuk perusahaan mereka.
"Baiklah tidak perlu berbasa-basi, karena saya juga tidak akan lama. Pertama, perkenalkan nama saya Jason Lier, saya merupakan perwakilan D'Gchar Company cabang Swiss. Seperti yang sudah diinformasikan sebelumnya, bahwa direktur kami hendak melakukan kerja sama dengan perusahaan anda tuan Rafa. Jadi, izinkan saya untuk menjelaskan kerja sama yang akan berjalan nanti."
Jason menjelaskan sesuai dengan arahan direkturnya, dia juga memberitahu peraturan serta perjanjian yang akan diterapkan saat kerja sama sudah mulai terjalin. "Kalian bisa membacanya sendiri, semua ketentuan ada disana." Tuturnya saat menyerahkan lembaran kepada mereka.
Dengan hati-hati keduanya membaca point per-point yang ada dalam kertas itu, meski sedang membaca, telinga mereka tetap mampu mendengarkan apa yang tengah diucapkan oleh Jason.
"Jadi setelah mendengar serta membaca isi kertas itu, apa anda setuju dengan seluruh peraturan yang dibuat oleh atasan kami tuan Rafa?" Tanya Jason dengan ekspresi tegasnya.