Sakit hati sang kekasih terlibat Cinlok (Cinta Lokasi) hingga berakhir di atas ranjang bersama lawan mainnya, Ameera bertekad menuntut balas dengan cara yang tak biasa.
Tidak mau kalah saing lantaran selingkuhan kekasihnya masih muda, Ameera mencari pria yang jauh lebih muda dan bersedia dibayar untuk menjadi kekasihnya, Cakra Darmawangsa.
Cakra yang memang sedang butuh uang dan terjebak dalam kerasnya kehidupan ibu kota tanpa pikir panjang menerima tawaran Ameera. Sama sekali dia tidak menduga jika kontrak yang dia tanda tangani adalah awal dari segala masalah dalam hidup yang sesungguhnya.
*****
"Satu juta seminggu, layanan sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" Cakra Darmawangsa
"Satu Milyar, jadilah kekasihku dalam waktu tiga bulan." - Ameera Hatma
(Follow ig : desh_puspita)
------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara dll)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 - Pandangi Langit Sebagai Langit.
"Ck, hayo kamu di sana ya? Di sana? Atau di sana?"
Hampir sepuluh menit dia berusaha memejamkan mata, Ameera masih saja penasaran dengan dugaannya hingga terbangun dan menunjuk beberapa sisi kamar seolah menemukan benda itu di sana.
"Ah pasti di sini!!"
Ameera masih terus bergerak lantaran curiga benar-benar ada kamera tersembunyi yang Cakra letakkan untuk memantaunya, tanpa dia sadari bahwa dia justru dipantau secara langsung oleh pemilik mata tajam itu sejak tadi. Ya, walau hampir ketahuan, tapi kini Cakra bisa memandanginya dengan tenang.
Tak sedetikpun Cakra lepaskan tatapannya dari Ameera, semua tingkahnya terlalu berharga jika harus disia-siakan. "Dasar aneh, dia lupa umur atau bagaimana," batin Cakra kemudian menarik sudut bibirnya.
Entah akan berapa lama lagi, tapi hingga saat ini Cakra masih sangat betah memandanginya. Sengaja kabur dari pos kamling dengan alasan sakit perut, Cakra justru tidak kembali hingga detik ini.
Sebenarnya bisa saja dia mengetuk jendela tersebut, tapi jika benar-benar dia lakukan kemungkinan besar Ameera tidak akan tidur hingga keesokan hari. Belajar dari pengalaman, wanita itu pantang ditemui sebelum tidur, dia akan terus terjaga dan jelas yang kesulitan membujuknya agar memejamkan mata adalah Cakra.
Sekalipun memandang sudah sangat cukup bagi Cakra, dia tidak peduli walau nyamuk mulai mengusik ketenangannya. Bahkan, dia rela hanya meniup nyamuk di tangannya agar pergi lantaran khawatir jika diusir dengan cara yang lain justru menimbulkan suara nantinya.
Cukup lama Cakra berdiri di sana, hingga Ameera terlelap dengan sendirinya dengan posisi yang sungguh membuat Cakra resah. Ingin dia perbaiki, selimut itu tidak menutupi seluruh tubuhnya dan demi apapun Cakra gemas sendiri bahkan sempat berpikir untuk masuk demi membenarkan selimut Ameera.
"Ya, Tuhan ayolah!! Kenapa dia bisa tidur begitu saja? Apa tidak takut tubuhnya beku atau bagaimana?" gumam Cakra begitu pelan seraya menggigit bibir bawahnya. Lucunya belum lima menit Cakra berucap wanita itu membenarkan sendiri selimutnya dengan mata yang masih terpejam, baru Cakra tenang andai harus meninggalkannya.
Tinggallah suasana sunyi dan kelamnya malam yang menemani Cakra malam ini. Teriakan salah-satu temannya dari kejauhan yang agaknya mulai sadar jika keperluannya terlalu lama membuat Cakra perlahan melangkah mundur.
"Aku pulang ya, Cantik, jangan terlalu banyak mencari tahu tentangku ... aku pastikan kamu akan menyesal nantinya, Ameera." Walau Ameera tidak tahu akan keberadaannya, dan jangan sampai tahu Cakra tetap pamit dengan suara yang teramat pelan lantaran khawatir ketahuan nantinya.
.
.
"Sakit perut sampai satu jam, kami yang panik ... Mustakim sampai cari kamu di rumah, Cakra!!"
Cakra hanya tersenyum tipis, bukan sengaja mencari perhatian atau membuat mereka khawatir. Dia sendiri tidak menyangka akan selama itu, hendak bagaimana lagi yang dia pandangi berhasil membuatnya betah dan enggan angkat kaki.
"Senyam-senyum, mikir, Cakra ... dari mana kamu sebenarnya?" tanya Hasan dengan menggunakan bahasa kebanggaannya, beruntung saja Cakra belum lupa sekalipun sudah meninggalkan tanah kelahirannya sejak lama.
Semakin disinggung, senyum Cakra semakin mengembang hingga Hasan berpikir temannya ini benar-benar gila setelah pulang dari perantauan. Entah apa yang terjadi pada Cakra selama beberapa tahun di ibu kota, mungkin memang ada hal tersembunyi dan tidak bisa dia jelaskan hingga akhirnya Cakra terlihat seperti kurang waras begini, begitulah dangkalnya pikiran Hasan tentang Cakra.
Bukan Hasan saja yang berpikir demikian, tapi beberapa temannya yang lain juga berpikir sama. Karena terhitung sejak malam pertama Cakra kembali bergabung dengan mereka, pria itu kerap sengaja menyendiri, dan tempatnya di dekat makam kedua orang tuanya.
Malam itu masih aman, mereka menyimpulkan jika Cakra merindukan mediang kedua orang tuanya, tapi malam-malam terakhir kesannya sudah berbeda. Setiap kali kembali ke pos kamling, Cakra seakan baru saja memenangkan hadiah utama.
"Woey, Cakra!!"
Orangnya dimana pikiran kemana, ya begitulah kata-kata yang tepat untuk mengutarakan Cakra saat ini. Raganya bersama Yusuf dan Hasan di pos ronda, tapi pikirannya ada di rumah Abah Asep, tepatnya di kamar tamu tetua desa itu.
"Pulang merantau kamu jadi aneh begini, Jangan-jangan di Jakarta kamu terpengaruh pergaulan bebas ya?" tanya Hasan serius, di mata mereka Cakra sudah terlalu aneh.
"Maksudnya?"
"Pakai tanya maksudnya, tanda-tandanya sudah di kamu semua ... dari kemarin kami perhatikan, semakin lama semakin meyakinkan kalau kamu seorang pemakai. Tanya saja sama Yusuf," tutur Hasan yang kemudian dibenarkan oleh Yusuf, teman mereka yang lain.
"Pemakai?" tanya Cakra memastikan, kedua pria itu kompak mengangguk bersamaan hingga Cakra terbahak.
Dugaan mereka terlalu jauh, padahal selama di Jakarta yang Cakra rasakan adalah kesulitan sebelum hadirnya Ameera. Jangankan untuk membeli barang haram tersebut, untuk nasi saja dia bingung karena gajinya kerap kali hanya numpang lewat.
"Bahkan bentuknya saja aku sudah lupa, lagi pula untuk apa aku membuang uang untuk hal semacam itu? Rugi!!" tegas Cakra kemudian bersandar di dinding bangunan kecil itu.
Jawaban Cakra memang masuk akal, kedua temannya manggut-manggut, seolah mempercayai Cakra begitu saja. "Oh iya, aku lupa soal ini ... tadi siang aku lihat kamu sama artis itu jalan berdua, memang kenal atau cuma minta antar?"
"Minta antar? Aku bukan tukang ojek!! Jelas kenal, Hasan," balas Cakra tampak santai, sama sekali tidak berpikir jika akan semakin dianggap aneh.
"Benarkah?"
"Ck, jika aku katakan yang sebenarnya pasti kalian tidak akan percaya ... tapi satu hal yang pasti, Ameera datang jauh-jauh dari Jakarta hanya ingin bertemu denganku." Cakra memberikan pernyataan yang sejujur-jujurnya, tidak ada yang dia rahasiakan di hadapan mereka.
Sayangnya, untuk yang satu ini baik Yusuf maupun Hasan tidak ada yang percaya, keduanya menolak percaya dan menganggap Cakra hanya membual belaka. Bahkan, dengan tegas Hasan lebih percaya jika Cakra benar-benar pecandu narkoba, pengakuannya kali ini sukses membuat Cakra dianggap gila.
"Pandanglah langit sebagai langit, jangan pernah berharap kamu bisa menggapainya, Cakra."
Yusuf memecah perdebatan antara Hasan dan Cakra, untuk saat ini Yusuf berada di pihak Hasan hingga membuat Cakra malas bicara. Terserah, dia tidak butuh orang-orang percaya, toh memang benar dan dia tidak sedang berkhayal.
"Kami bicara begini karen_"
"Toloooong!!"
Ucapan Hasan terpotong oleh teriakan seseorang dari kejauhan. Ketiganya bersigap dan turun dari pos ronda demi memastikan apa yang terjadi di sana, teriakan itu semakin dekat hingga seorang pria paruh baya dengan wajah pucat pasi itu berdiri di hadapan mereka.
"Ada apa, Kang?"
"Kebakaran!! Eh maksudnya Ma-maling!! Ada maling!!" Dalam keadaan kalut pria itu bahkan salah bicara.
Firasat Cakra mendadak tidak enak, entah kenapa matanya sudah memandang ke jauh sana, terlebih lagi kala dia teriakan dari beberapa warga itu kembali terdengar.
"Rumah Abah Asep dibobol, dan pelaku masuk dari jendela kamar tam_"
"Apa?!" Belum selesai pria itu bicara, Cakra berlari cepat mendahului kedua temannya. Tidak lain dan tidak bukan, sudah pasti yang dia khawatirkan kali ini adalah Ameera. "Berani menyentuhnya sedikit saja, akan kukejar sampai ke neraka!!"
.
.
- To Be Continued -
Hai, seperti biasa ini hari senin lempar Cakra pakai votenya 😚
Buat yang kangen GA (Give Away) Nih, tampol Cakra kuat-kuat. Bebas kasih dukungan apa saja, sama seperti kemarin pemenang diambil dari rank umum pendukung.