Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Umi Halimah ganti menatap Shafia dalam, ia bisa melihat dari gerak gerik Shafia sama dengan putra nya.
"Ada apa dengan gadis ini, bukan kah dia sudah menolak Faizal saat itu" batin Umi Halimah.
"Eem.. Afifah, kenalkan mereka ini santri santri disini. ini Nindi dia sudah lama disini, dan mereka semua teman teman nya" ucap Umi Halimah memperkenalkan Nindi dan juga teman teman nya pada gadis berparas cantik itu.
Gadis itu terlihat membalas dengan memberikan senyum ramah nya.
"Dan kalian kenalkan ini Ning Afifah, calon istri Gus Faizal"
DUAR
Seperti petir di siang bolong, perkataan Umi Halimah menyambar tepat di hati Shafia.
Membuat Shafia mematung dan seperti mati rasa di tempat.
Mata Shafia tak berkedip, jantung nya terpacu dengan cepat.
Ia menatap dalam Umi Halimah, mencoba mencari kebohongan di dalam nya.
Namun tidak ada sedikitpun pertanda bahwa ucapan Umi Halimah adalah sebuah kebohongan atau pun sebuah gurauan semata.
Bahkan sama dengan dirinya Umi Halimah, juga balas menatap dalam Shafia.
Seperti memberi tau lewat tatapan nya bahwa informasi ini ditunjukkan khusus untuk Shafia.
Tiara langsung menggenggam tangan Shafia dengan erat, seperti memberikan kekuatan untuk sahabat nya itu lewat genggaman tangan nya.
Shafia mencoba menghalau rasa sesak di hati nya, dengan menghela nafas dalam dalam.
Ia beralih menatap ke arah Gus Faizal, namun Pria itu justru menatap ke arah lain.
Seperti tidak perduli lagi dengan dirinya.
Shafia hanya bisa menunduk dan tersenyum pedih.
"Aamiin, mohon doa nya dari kalian" ujar Afifah melanjutkan ucapan Umi Halimah.
Raut wajahnya terlihat sangat bahagia, karena dikenalkan oleh Umi Halimah.
"Pasti, pasti kita doa kan" bisik Shafia pelan dengan memaksakan menampilkan senyuman di wajahnya.
"Iya, kita pasti doakan" sahut ketiga sahabat Shafia.
"Terima kasih" jawab nya dengan tersenyum lebar.
Shafia menatap sekali lagi ke arah Gus Faizal, ingin mencari kebohongan di mata pria itu.
Namun pria itu masih sama, pria itu masih dengan tatapan dingin nya.
Shafia berharap Gus Faizal akan membantah jika semua itu tidak benar.
Namun Harapan nya salah.
Umi Halimah yang menyadari keadaan menjadi semakin canggung langsung memutuskan untuk berpamitan.
"Kalau gitu kami pergi dulu ya, kalian juga harus segera kembali ke asrama kan" pamit Umi Halimah.
Sebelum pergi Umi Halimah menoleh sebentar ke arah Shafia lalu pergi bersama Faizal dan juga Afifah.
"Kamu baik baik saja Sha"? tanya Nindi menatap kasihan pada Sahabat nya itu.
Shafia mengangguk cepat dan memaksa untuk senyum.
" Sudah yuk, kita kembali ke asrama" ujar Shafia mengalihkan pembicaraan.
Ketiga sahabat nya hanya mengikuti Shafia, mereka mengerti dengan keadaan Shafia saat ini dan memilih untuk tidak banyak bertanya.
Seperti biasa setiap hari jumat akan diadakan kajian rutin, dan malam ini adalah malam jumat.
Azan magrib baru saja di kumandangkan, semua orang berdiri bersiap untuk shalat berjamaah.
Begitu kamat sudah di kumandangkan, mereka semua langsung membaca niat shalat dalam hati.
"Allahuakbar"
Terdengar takbir dari imam, membuat jantung Shafia seperti berhenti berdetak.
Namun kembali berusaha fokus pada Allah dan mengikuti imam.
keadaan menjadi sangat tenang, di hiasi dengan lantunan ayat suci Al-Quran yang sangat merdu dari imam.
Air mata Shafia sampai menetes terharu.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"
Terdengar salam kedua dari imam.
Shafia mengusap wajah sekaligus menghapus jejak air mata nya.
Setelah shalat maghrib di lanjutkan dengan dzikir, doa dan di akhiri dengan shalat isya.
Setelah shalat isya baru lanjut untuk kajian rutin yang di pimpin oleh pemilik pesantren.
Tirai pun di buka, tanda bahwa kajian akan segera di mulai.
"MasyaAllah, suara Gus Faizal saat menjadi imam suaranya merdu banget"
"Iya bikin aku terharu"
Bisik bisik para santri yang terkagum kagum oleh suara merdu Gus Faizal.
"Ya Allah, tampan dan gagah sekali Gus Faizal" puji Via yang melihat Gus Faizal duduk di sebelah Syeh Achmad dan Syeh Yusuf.
Shafia yang mendengar teman nya memuji Gus Faizal, spontan melirik sebentar.
Namun tidak menyangka mereka justru saling bertemu pandang. dan itu berlangsungnya lumayan lama.
Setelah Gus Faizal menyadari nya, ia langsung membuang pandangan nya.
Hal itu membuat Shafia merasa jantung nya seperti di remas dan tersayat sayat.
Rasa sakit di hati Shafia teralihkan ketika ia mendengar percakapan santri di belakang nya.
"Umi, Gus Faizal sama Ning Afifah memang sangat cocok ya Umi"
Shafia sangat mengenal suara itu, ia yakin itu suara ustazah Zahra.
"Sepertinya Nih Afifah juga sangat terpesona sama Gus Faizal, lihat tu Umi.
Ning Afifah lihatin Gus Faizal terus" bisik nya kembali.
Karena penasaran, Shafia menoleh ke belakang dan langsung melihat gadis yang tadi siang bertemu dengan nya memang sedang menatap Gus Faizal tanpa berkedip.
Hal itu membuat hati Shafia bergemuruh, ada rasa tidak rela yang timbul dari dalam sana.
Hati kembali seperti disayat sayat, ingin rasanya ia keluar dari masjid itu lalu meluapkan rasa sakit nya dengan menangis sejadi nya.
Namun ia tidak mungkin keluar di saat kajian baru beberapa menit di mulai.
Shafia berusaha untuk kembali fokus kedepan, atau lebih tepat nya mencoba untuk fokus.
Hampir satu jam kajian berlangsung, banyak ilmu yang diberikan oleh Syeh Achmad dan di tambah juga dengan ilmu yang di berikan oleh Syeh Yusuf.
Setelah kajian selesai semua santri berhamburan keluar dari masjid, termasuk Shafia dan juga ketiga teman nya.
Mereka bertiga selalu keluar lebih akhir karena meraka tidak suka berdesak desakan waktu keluar.
Mereka lebih memilih keluar ketika masjid sudah mulai sepi.
Mereka keluar beriringan, namun baru beberapa langkah. Shafia menghentikan langkah nya, tatapan nya tertuju pada empat orang yang sepertinya lagi membicarakan sesuatu di halaman masjid.
Wanita berparas cantik itu terlihat tidak mengenakan alas kaki, namun bukan itu yang menarik perhatian Shafia.
Shafia mematung melihat reaksi seorang pria yang selalu membuat dirinya menjadi tidak fokus.
Pria itu terlihat melepaskan alas kaki nya lalu menyodorkan pada wanita itu.
Saat itu juga hati Shafia terasa sakit, dan mata nya mulai berembun.
Siapa lagi kalau bukan Gus Faizal.
Afifah menolak sendal yang disodorkan Faizal, namun pria itu mengabaikan nya. ia bahkan membungkuk semakin mendekat kan posisi sendal nya pada wanita itu.
"Sok Romantis" batin Shafia mengejek, namun hati nya menangis.
Namun saat pria itu kembali tegap, tidak sengaja tatapan mereka saling bertemu.
kali ini tidak lama hanya sekita tiga menit, karena lagi lagi Faizal mengalihkan pandangan nya dan langsung pergi dari tempat itu.
Nafas Shafia terasa sesak, hati nya sangat sakit. lagi lagi pria itu menunjukkan sikap dingin nya.
Membuat nya marah, kesal dan sakit.
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih