Menikah secara tiba-tiba dengan Dean membuat Ara memasuki babak baru kehidupannya.
Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya keluar dari neraka penderitaan, namun, tak disangka ia malah memasuki neraka baru. Neraka yang diciptakan oleh Dean, suaminya yang ternyata sangat membencinya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Ara dapat menyelamatkan pernikahannya atau menyerah dengan perlakuan Dean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu Unaiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Bima berjalan cepat menuju ruangan Dean, laki-laki itu terlihat sangat terburu-buru sampai mengabaikan beberapa orang yang menyapanya.
tok tok tok
Bima mengetuk pintu dengan sangat tidak sabaran, tanpa menunggu persetujuan dari Dean, laki-laki yang selalu terlihat tenang itu langsung masuk.
"Ada apa?" tanya Dean heran melihat Bima yang terlihat gusar tak seperti biasanya.
"Sepertinya anda harus melihat ini," ucap Bima, ia mendekat ke arah Dean lalu mengulurkan sebuah ipad yang menampilkan daftar pemegang saham perusahaan saat ini.
Dean menerima ipad tersebut dengan ekspresi bingung, laki-laki itu kemudian membaca sekilas.
"apa maksudnya ini?" tanya Dean dengan rahang mengeras.
"Beberapa saat yang lalu pengalihan saham sebesar 15 persen telah dilakukan atas nama Diara Aluna Subroto." Bima menjelaskan.
Dean mengepalkan tangannya, lalu ia melempar ipad tersebut membertur dinding hingga hancur.
"Sial!" Dean mengumpat.
"Siapa pemilik saham sebelumnya?" tanya Dean sambil memijat pelipisnya.
Saham sebesar itu bagaimana bisa jatuh ke tangan Ara? Siapa sebenarnya perempuan itu? fikiran Dean saat ini dipenuhi dengan berbagai praduga tentang kepemilikn saham itu.
"Sebelumnya saham itu dimiliki oleh beberapa orang, salah satunya Nyonya Ayana," jelas Bima.
"Apa? Heh, perempun itu sudah mulai memperlihatkan taringnya."
Dean meremas kertas di atas meja berkas yang hendak ia periksa, amarahnya saat ini sudah mencapai ubun-ubunnya.
"Siapkan mobil, aku akan menemui perempuan itu."
Dean bangkit memakai kembali jasnya yang sebelumnya tersampir di sandaran kursi.
Bima sudah menghubungi supir untuk menyiapkan mobil di depan lobi.
Saat hendak keluar lobi Dean tak sengaja melihat Ara, ia sedang tertawa bersama seorang perempuan. Sepertinya mereka baru kembali dari makan siang.
Sejenak mereka bertatapan, perempuan itu terlihat terkejut mendapati Dean menatapnya.
"kau haha hihi setelah mendapatkan saham itu, dasar penjilat!" gumam Dean namun masih bisa di dengar oleh Bima yang mengikutinya dari belakang.
Dean berhenti tepat di samping mobil, Bima hendak membuka pintu mobil saat Dean membuka suara lagi.
"kau tidak perlu ikut Bima, selidiki siapa lagi yang berkaitan dengan perempuan itu, berapa persen lagi saham milik perempuan itu di sini, jika ada pergerakan yang mencurigakan, langsung laporankan padaku."
"Baik Pak," Balas Bima
Dean kemudian memasuki mobil, ia akan bertemu dengan Ayana, perempuan itu sepertinya sedang ingin bermain-main dengannya. Sudah cukup ia mencoba mengabaikan semua rencana-rencana busuk Ayana untuk merebut perusahaan yang susah payah dipertahankan oleh Ayah dan Ibunya dulu.
Beberapa saat mobil pun sampai di kediaman besar keluarga Nugroho. Tempat di mana Dean dibesarkan.
Dean membuka pintu dengan agak kasar, ia sudah tidak sabar bertemu dengan Ayana.
"ada apa kau siang-siang kemari?"
Suara itu seketika menghentikan langkah Dean yang hendak menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamar utama rumah itu terletak, ia berencana mencari Ayana ke sana, namun sepertinya itu tidak diperlukan, perempuan itu ada di hadapannya saat ini.
"dasar perempuan ular!" ucap Dean dengan suara tertahan.
Ayana berdiri beberapa langkah dari Dean yang sedang berdiri di depan tangga menuju ke lantai dua.
Ayana terlihat tak bergeming mendengar ucapan Dean. Ia sudah tau ini akan terjadi. Pemindahan kepemilikan saham itu pasti sudah diketahui oleh Dean, dan untuk itu anak tirinya ini datang dengan murka ke hadapannya.
"aku sudah pernah mendengar lebih dari itu sebelumnya, kalau kau datang hanya untuk menunjukkan emosimu yang tidak ada artinya itu, lebih baik kau pulang."
Dean semakin mengetatkan rahangnya, giginya bergemelatuk, tangannya mengepal, ia berusaha mengendalikan dirinya agar tidak berbuat kekerasan kepada perempuan di depannya.
"apa Ayah tau tentang saham itu?" tanya Dean, matanya menatap tajam pada Ayana yang hendak beranjak
"tentu saja, aku tidak pernah menyembunyikan apa pun dari suamiku," ucap Ayana lalu meninggalkan Dean yang semakin dibuat meradang.
Dean mengacak rambutnya frustasi. Ia kemudian bersandar pada pegangan tangga.
Tangannya terulur melonggarkan dasi yang serasa mencekik lehernya.
Ayana dan Ara adalah dua perempuan yang iangin menghancurkan kehidupannya. Jadi ia harus bersiap untuk kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ke depannya.