Sedingin Hati Suami Tentaraku

Sedingin Hati Suami Tentaraku

Bab 1 Pernikahan

  "Siapa gadis itu?" Cakar bertanya sembari menatap sang ibu yang kini sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Cakar Buana dan sang adik.

  Bu Fajarani memiliki dua anak, satu lelaki dan satunya perempuan. Cakar sebagai anak pertama, dan Aisyah Angkasi anak kedua. Keduanya sudah bekerja dan mapan. Cakar bekerja di instansi pemerintahan sebagai abdi negara.

Menjadi tentara merupakan cita-citanya sejak dulu, mengikuti sang ayah yang anggota TNI juga. Namun Pak Diki kini baru saja pensiun mengakhiri masa jabatannya tahun ini dengan pangkat Perwira Menengah.

Cakar sempat gagal masuk Akmil. Tidak menyerah, akhirnya dia mencoba daftar Bintara. Dan akhirnya lulus.

Sementara Aisyah, sang adik sudah bekerja dan mapan juga. Profesinya kini sebagai Guru dan sudah jadi PNS dan diangkat tahun lalu saat ada penerimaan Guru, dan beruntung lulus. Lalu tahun itu diangkat menjadi PNS diusia yang kini baru saja 24 tahun.

"Dia Halwa, tetangga di ujung jalan itu. Dia sudah ditinggal bapaknya dua tahun lalu dalam kecelakaan maut. Kini dia tinggal bertiga bersama ibu dan adik laki-lakinya yang masih SMA." Bu Fajarani menjawab pertanyaan putranya yang tadi sempat tertunda karena sedang sibuk menyiapkan sarapan.

Bu Fajarani menatap sang putra yang begitu tampan jika sudah mengenakan seragam tentaranya. Pada dasarnya putranya itu memang tampan, terlebih jika dilengkapi seragamnya.

"Dia cantik lho, Kak. Selain itu dia juga baik dan ramah. Apalagi Halwa juga pekerja keras. Dia saat ini bekerja di salon. Lamar saja, soalnya dia sudah memperlihatkan sikapnya sama Kak Cakar," ujar Aisyah memberi provokasi supaya kakaknya yang tentara itu mau dijodohkan dengan Halwa.

"Iya, kamu lamar saja, Cak. Mau mencari yang seperti apalagi? Dia juga tipe setia sepertinya, apalagi sudah bapak lihat, dia menyukai kamu," sambung Pak Diki menyetujui omongan Aisyah sang anak perempuan.

Pak Diki duduk di kursi meja makan menghadap meja yang sudah disuguhi nasi goreng untuk sarapan pagi.

"Iya, kamu lamar saja gadis itu. Kamu jangan terlalu lama menunda masa duda kamu setelah kepergian Seli satu tahun lalu. Seli sekarang sudah tenang di alam baqa. Jadi, ibu mohon jangan ingat-ingat terus almarhumah." Bu Fajarani menimpali.

"Lagipula sayang banget lho Kak, rumah Kak Cakar sudah setahun dibiarkan kosong," seloroh sang adik yang sudah gemas ingin melihat kakaknya menikah lagi.

"Biarkan saja rumah itu kosong, toh rumah itu banyak menyimpan kenangan bersama Seli. Lagian, tiap hari aku bersihkan, jadi tidak mungkin rumah itu kotor," sergah Cakar kekeuh dengan pendiriannya.

"Lagian, ngapain sih kamu ikut-ikutan comblangin kakak sama gadis bernama siapa tadi?"

"Halwa."

Pak Diki, Bu Fajarani dan Aisyah kompak memberi jawaban yang sama sampai Cakar melongo.

"Ya ampun, kalian sampai kompak begitu dan mengagetkan." Cakar protes sembari memegangi dadanya.

"Iya, namanya Halwa, Kak. Pasti Kak Cakar menyukai Halwa kalau sudah dekat." Aisyah tidak bosan-bosannya mendukung sang kakak bisa menikahi gadis bernama Halwa.

"Aku tidak suka gadis caper, kirim-kirim salam dan menunjukkan sikap suka. Biasanya yang begitu itu player handal," duganya terdengar kejam dan tidak enak didengar.

"Cakar, apa-apaan kalau bicara? Jaga ucapannya, belum tentu Halwa seperti itu. Hanya menitipkan salam atau memiliki perasaan suka, wajar saja. Tapi bukan berarti dia seorang player seperti yang kamu bilang barusan." Bu Fajarani menyela ucapan Cakar yang dinilainya sembarangan.

"Dari mana Ibu bisa menyimpulkan dia baik? Kan belum tentu Bu," sela Cakar.

"Ibu kenal dekat sama mereka, terutama ibunya. Ibu juga sering belanja ke warung kelontongnya membeli terigu dan minyak untuk pesanan kue ibu," sahut Bu Fajarani seraya mulai duduk di kursi meja makan dan sama-sama ikutan sarapan pagi dengan anak dan suaminya.

Setelah sarapan, Cakar dan Aisyah berpamitan untuk bekerja ke kantornya masing-masing.

Cakar pergi menggunakan mobilnya. Di dalam mobilnya sudah dimasuki barang-barang, antara lain bahan makanan dan minuman botol untuk diantar sekalian ke kafe miliknya yang letaknya kelewatan jika pergi bekerja.

Selain seorang anggota TNI berpangkat Sersan satu, Cakar juga mendirikan usaha kafe yang dirintis dua tahun lalu setelah kepulangan dirinya tugas di Lebanon, menjadi pasukan perdamaian.

Mobil Cakar berhenti tepat di pinggir sebuah kafe yang cozy dan anak muda banget. Seorang pelayan laki-laki segera menghampiri dan membawa barang-barang yang dibawa Cakar di dalam mobil. Setelahnya Cakar segera pergi dari sana dan melajukan kembali mobilnya menuju kesatuannya.

"Cekitttt."

Deritan rem mendadak dan bunyi ban bergesekan dengan aspal, ikut meramaikan keramaian di jalan pagi itu.

"Apaan sih? Apa yang tadi aku senggol?" Cakar was-was lalu ia segera keluar dari mobilnya dan memeriksa body depan mobil yang tadi seakan menabrak sesuatu.

Saat keluar, Cakar melihat seseorang tengah memunguti benda-benda yang jatuh dari tas sampirnya. Saat orang itu selesai, dia kembali berdiri sempurna dan menatap ke arah Cakar.

Serrr, tiba-tiba jantung hati Cakar berdebar kala perempuan yang tadi sempat tersenggolnya menatap ke arahnya.

"Mas Cakar, maafkan saya," ucapnya malu-malu tapi dalam hati bahagia. Siapakah dia?

"Makanya kalau jalan pakai mata dan hati-hati," tukas Cakar ketus seraya kembali memasuki mobilnya dan berlalu.

Halwa berdiri mematung melihat kepergian mobil Cakar. Dengan perasaan sedih, ia berlalu melanjutkan perjalanan menuju salon tempatnya bekerja.

Kejadian itu sudah dua bulan yang lalu terlewati. Dan kini atas perjodohan itu, Cakar dan Halwa menikah. Tentu saja ada proses di dalam pertemuan mereka sehingga sampai jenjang pernikahan ini.

"Saya terima nikah dan kawinnya Halwa Azizah binti almarhum Bapak Damara, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu set emas seberat 20 gram dibayar TUNAI."

Lantang Cakar mengucapkan ikrar ijab kabul sehingga tidak perlu diulang. Semua saksi dan para hadirin yang berada di sana menyerukan kata sah beberapa kali mengiringi berakhirnya ritual ijab kabul yang diucapkan lelaki tampan itu.

"Sah, sah."

Cakar menyematkan cincin pernikahan di jari manis Halwa, lalu kini giliran Halwa yang menyematkan cincin itu di jari manis Cakar. Perempuan yang masih terbilang muda itu, yakni 22 tahun, terlihat sangat cantik dengan riasan pengantinnya.

Dalam wajahnya terpancar aura positif sehingga kecantikannya benar-benar terpancar dan membuat semua orang pangling.

Para tamu undangan mulai menyalami kedua mempelai. Setelahnya, tamu undangan dipersilahkan makan santapan yang dihidangkan secara prasmanan, sebelum mereka kembali pulang.

Saudara-saudara dekat Halwa serta saudara dari Cakar, juga menyalami kedua mempelai. Tidak sedikit yang memuji kecantikan Halwa. Halwa yang berdiri di samping Cakar, hanya mampu tersipu malu kala pujian itu terlontar dari beberapa kerabat dekat Cakar.

Lalu kini beberapa teman sekantor Cakar mulai datang dan berkelompok. Mereka juga menyalami Cakar. Bahkan beberapa teman satu ruangannya menyempatkan menggoda Cakar.

"Aku pikir Abang bakal naik pelaminan sama Sersan Nilam. Dia pasti patah hati tuh melihat Abang duluan menikah," ujarnya terdengar langsung oleh Halwa. Halwa sejenak melongo dan merasa sedih mendengar ucapan salah satu teman Cakar.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

bintara itu bukan pangkat tapi jenjang…. ada sersan, lettu, letda ya penulis 😁

2024-11-20

1

s

s

adik cakar satu lagi siapa namanya?

2024-11-10

2

Uthie

Uthie

Mampir 👍♥️

2024-11-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pernikahan
2 Bab 2 Fakta Seli
3 Bab 3 Ditinggal Sendiri
4 Bab 4 Pulang Bulan Madu Menempati Rumah Baru
5 Bab 5 Bohong Lagi
6 Bab 6 Semua Demi Kebaikan Kamu, Mas
7 Bab 7 Hadiah Ulang Tahun Untuk Cakar
8 Bab 8 Halwa Ketiduran
9 Bab 9 Kado Ulang Tahun Spesial
10 Bab 10 Hijau Pangkat
11 Bab 11 Malam Pertama
12 Bab 12 Senyum Bahagia di Balik Bibir Mertua
13 Bab 13 Kemarahan Cakar
14 Bab 14 Ketagihan
15 Bab 15 Pertengkaran di Ruang Makan
16 Bab 16 Rasa Bersalah Rani dan Diva
17 Bab 17 Kemeja Cakar yang Senada
18 Bab 18 Ada yang Cemburu
19 Bab 19 Kecewa Halwa Diabaikan Cakar
20 Bab 20 Seragam Persit Bekas
21 Bab 21 Halwa Linglung
22 Bab 22 Jahitan di Seragam Persit Halwa
23 Bab 23 Acara Persit
24 Bab 24 Memori Taman Soemarmo, Cakar Dibakar Cemburu
25 Bab 25 Pengagum Halwa
26 Bab 26 Cemburukah?
27 Bab 27 Cakar Sakit/ Penemuan Foto di Laci Lemari Cakar
28 Bab 28 Merawat Cakar
29 Bab 29 Kenangan Seli di Kamar Itu
30 Bb 30 Kedatangan Teman-teman Cakar
31 Bab 31 Rindu Menyatukan Rasa
32 Bab 32 Hp dan Dompet Halwa Tidak Ada
33 Bab 33 Cakar Khawatir
34 Bab 34 Cakar Vs Aldian
35 Bab35 Pertemuan Cakar dan Nizam
36 Bab 36 Mengungkap Fakta Seli
37 Bab 37 Membuang Semua Kenangan Tentang Seli
38 Bab 38 Menengok Bayi Rani
39 Bab 39 Menyosor Istri Orang
40 Bab 40 Cakar Datang, Aldian Gagal Mengantar
41 Bab 41 Kenapa Aku Harus Cemburu?
42 Bab 42 Ada Yang Berbeda
43 Bab 43 Abang Tidak Bisa, Dik!
44 Bab 44 Ingin Makan Yang Segar
45 Bab 45 Sesuatu Yang Beda
46 Bab 46 Pergi
47 Bab 47 Surat Dari Halwa
48 Bab 48 Kebingungan Cakar
49 Bab 49 Kemarahan Orang Tua Cakar
50 Bab 50 Penyesalan Dan Janji Cakar
51 Bab 51 Merasa Bersalah
52 Bab 52 Kabar Halwa Yang Dibocorkan Helmi
53 Bab 53 Menghubungi Ibu Mertua
54 Bab 54 Titik Terang
55 Bab 55 Belum Menemukan Petunjuk
56 Bab 56 Sosok Halwa
57 Bab 57 Pulang Dengan Tangan Hampa
58 Bab 58 Hamil
59 Bab 59 Ada Yang Rindu Halwa
60 Bab 60 Lelah Fisik Dan Pikiran
61 Bab 61 Ketahuan
62 Bab 62 Dihubungi Aisyah
63 Bab 63 Kabar Baik Untuk Cakar
64 Bab 64 Pertemuan
65 Bab 65 Apakah Halwa Hamil?
66 Bab 66 Boyong Dua
67 Bab 67 Pulang dan Sebuah Hasrat Rindu
68 Bab 68 Danton Aldian Bikin Emosi
69 Bab 69 Menjumpai Ibu dan Orang Tua Cakar
70 Bab 70 Ulang Tahun Persit
71 Bab 71 Cemburu dan Perhatian Cakar
72 Bab 72 Bertemu Nilam
73 Bab 73 Siapakah Teman Masa Kecil Itu?
74 Bab 74 Danton Aldian, Teman Masa Kecil Halwa?
75 Bab 75 Pertemuan Cakar dengan Danton Aldian di Rumah Bu Aminah
76 Bab 76 Antara Masa Lalu Dan Cakar
77 Bab 77 Bukti Cinta Halwa
78 Bab 78 Acara Aqeqahan Abang leting
79 Bab 79 Tanda Melahirkan
80 Bab 80 Melahirkan
81 Bab 81 Danton Aldian Menjenguk Halwa
82 Bab 82 Besanan
83 Bab 83 Kebahagiaan Cakar dan Halwa
84 Bab 84 Mencoba Saling Melepaskan (E N D)
85 Karya Baru
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1 Pernikahan
2
Bab 2 Fakta Seli
3
Bab 3 Ditinggal Sendiri
4
Bab 4 Pulang Bulan Madu Menempati Rumah Baru
5
Bab 5 Bohong Lagi
6
Bab 6 Semua Demi Kebaikan Kamu, Mas
7
Bab 7 Hadiah Ulang Tahun Untuk Cakar
8
Bab 8 Halwa Ketiduran
9
Bab 9 Kado Ulang Tahun Spesial
10
Bab 10 Hijau Pangkat
11
Bab 11 Malam Pertama
12
Bab 12 Senyum Bahagia di Balik Bibir Mertua
13
Bab 13 Kemarahan Cakar
14
Bab 14 Ketagihan
15
Bab 15 Pertengkaran di Ruang Makan
16
Bab 16 Rasa Bersalah Rani dan Diva
17
Bab 17 Kemeja Cakar yang Senada
18
Bab 18 Ada yang Cemburu
19
Bab 19 Kecewa Halwa Diabaikan Cakar
20
Bab 20 Seragam Persit Bekas
21
Bab 21 Halwa Linglung
22
Bab 22 Jahitan di Seragam Persit Halwa
23
Bab 23 Acara Persit
24
Bab 24 Memori Taman Soemarmo, Cakar Dibakar Cemburu
25
Bab 25 Pengagum Halwa
26
Bab 26 Cemburukah?
27
Bab 27 Cakar Sakit/ Penemuan Foto di Laci Lemari Cakar
28
Bab 28 Merawat Cakar
29
Bab 29 Kenangan Seli di Kamar Itu
30
Bb 30 Kedatangan Teman-teman Cakar
31
Bab 31 Rindu Menyatukan Rasa
32
Bab 32 Hp dan Dompet Halwa Tidak Ada
33
Bab 33 Cakar Khawatir
34
Bab 34 Cakar Vs Aldian
35
Bab35 Pertemuan Cakar dan Nizam
36
Bab 36 Mengungkap Fakta Seli
37
Bab 37 Membuang Semua Kenangan Tentang Seli
38
Bab 38 Menengok Bayi Rani
39
Bab 39 Menyosor Istri Orang
40
Bab 40 Cakar Datang, Aldian Gagal Mengantar
41
Bab 41 Kenapa Aku Harus Cemburu?
42
Bab 42 Ada Yang Berbeda
43
Bab 43 Abang Tidak Bisa, Dik!
44
Bab 44 Ingin Makan Yang Segar
45
Bab 45 Sesuatu Yang Beda
46
Bab 46 Pergi
47
Bab 47 Surat Dari Halwa
48
Bab 48 Kebingungan Cakar
49
Bab 49 Kemarahan Orang Tua Cakar
50
Bab 50 Penyesalan Dan Janji Cakar
51
Bab 51 Merasa Bersalah
52
Bab 52 Kabar Halwa Yang Dibocorkan Helmi
53
Bab 53 Menghubungi Ibu Mertua
54
Bab 54 Titik Terang
55
Bab 55 Belum Menemukan Petunjuk
56
Bab 56 Sosok Halwa
57
Bab 57 Pulang Dengan Tangan Hampa
58
Bab 58 Hamil
59
Bab 59 Ada Yang Rindu Halwa
60
Bab 60 Lelah Fisik Dan Pikiran
61
Bab 61 Ketahuan
62
Bab 62 Dihubungi Aisyah
63
Bab 63 Kabar Baik Untuk Cakar
64
Bab 64 Pertemuan
65
Bab 65 Apakah Halwa Hamil?
66
Bab 66 Boyong Dua
67
Bab 67 Pulang dan Sebuah Hasrat Rindu
68
Bab 68 Danton Aldian Bikin Emosi
69
Bab 69 Menjumpai Ibu dan Orang Tua Cakar
70
Bab 70 Ulang Tahun Persit
71
Bab 71 Cemburu dan Perhatian Cakar
72
Bab 72 Bertemu Nilam
73
Bab 73 Siapakah Teman Masa Kecil Itu?
74
Bab 74 Danton Aldian, Teman Masa Kecil Halwa?
75
Bab 75 Pertemuan Cakar dengan Danton Aldian di Rumah Bu Aminah
76
Bab 76 Antara Masa Lalu Dan Cakar
77
Bab 77 Bukti Cinta Halwa
78
Bab 78 Acara Aqeqahan Abang leting
79
Bab 79 Tanda Melahirkan
80
Bab 80 Melahirkan
81
Bab 81 Danton Aldian Menjenguk Halwa
82
Bab 82 Besanan
83
Bab 83 Kebahagiaan Cakar dan Halwa
84
Bab 84 Mencoba Saling Melepaskan (E N D)
85
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!