Vior terlahir mempunyai kemampuan melihat makhluk tak kasat mata, namun Vior menyembunyikan kelebihannya itu karena takut dianggap gila.
Bagaimana jadinya jika Vior dihadapkan dengan para arwah penasaran yang meminta tolong kepadanya? dan Vior harus mengungkap misteri kematian tak wajar para arwah penasaran itu.
Akankah Vior sanggup menolong para arwah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 Akhir Dari Pesugihan Tuyul
Malam pun tiba....
Waktu menunjukan pukul 23.00 dan Dion mondar-mandir di luar kontrakannya, dia sedang memikirkan cara untuk membantu Bombom. Tiba-tiba, sosok kuntilanak menertawakannya dari atas pohon mangga yang berada di depan kontrakan. Dion sama sekali tidak memperdulikannya, dia sedang tidak mau diganggu oleh siapa pun.
Kuntilanak itu berusaha menakuti Dion, dia tidak tahu jika Dion suhunya setan. "Kikkikikik....."
"Yaelah, berisik banget," gerutu Dion tanpa melihat ke arah si Kuntilanak.
Merasa dicuekin, si kuntilanak terlihat kesal. Dia pun melayang menghampiri Dion, si kuntilanak berusaha menakuti Dion dengan melayang mengelilingi tubuh Dion. Awalnya Dion sedang fokus dengan pikirannya, tapi lama-kelamaan dia merasa terganggu dan kesal.
"Lu bisa diam gak sih? pusing tahu lihat Lu muter-muter kaya gitu. Sudah sana pergi, Lu hantu baru ya, di sini?" bentak Pak Dion.
Si kuntilanak menganggukkan kepalanya takut. "Pantas saja tidak tahu siapa saya, sudah sana pergi percuma Lu nakutin saya karena saya sama sekali tidak takut sama setan mana pun," ucap Pak Dion.
Akhirnya si kuntilanak itu pun pergi menghilang, baru kali ini ada setan sampai kena mental sama manusia. "Makanya, kalau masih magang jadi setan jangan nampakin diri di hadapan saya, kena mental 'kan Lu?" teriak Pak Dion.
Dion kembali fokus, dia kembali mondar-mandir mencari cara untuk menolong Bombom. Namun, pada saat Dion menoleh ke jendela kontrakan Dodi, Dion dikagetkan dengan kemunculan wajah Dodi yang sedang mengintip dari balik jendela.
"Huawaaaaaaa......" keduanya berteriak bersamaan karena sama-sama terkejut.
Dodi dengan cepat membuka pintu kontrakannya. "Anjir, saya sampai kaget melihat wajah kamu. Ternyata wajah kamu lebih menyeramkan dibandingkan dengan wajah setan," geram Pak Dion.
"Yaelah, justru saya yang lebih kaget lagi. Saya kira tadi ada setan banci," sahut Dodi dengan napasnya yang masih belum teratur.
"Setan banci apaan?" tanya Pak Dion.
"Tadi saya mendengar ada yang tertawa cekikikan di atas pohon, lalu saya memberanikan diri untuk mengintip tapi ternyata ada Mas Frozen di depan jendela kontrakan saya. Saya pikir yang cekikikan itu Mas Frozen, kok jadi beda pikir saya. Soalnya yang cekikikan terdengar suara perempuan, tapi pas dilihat yang nongol malah Mas Frozen," sahut Dodi.
Dion menoyor kepala Dodi dengan gemasnya. "Jadi kamu mengira kalau saya setan?" geram Pak Dion.
"Ya, begitulah," sahut Dodi dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Dion yang geram akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kontrakannya, Dodi mulai celingukan lalu dia pun segera berlari masuk ke dalam kontrakannya juga. Sementara itu, suasana di kawasan tempat tinggal Bombom begitu sangat sunyi dan sepi, sekelompok warga sedang memantau rumah Bombom. Orang yang melihat tuyul masuk ke dalam rumah Bombom tempo hari tidak bisa membuktikan jika kedua orang tua Bombom melakukan pesugihan tuyul maka dari itu, berita itu tenggelam dengan sendirinya.
"Pokoknya malam ini kita harus dapatkan bukti jika pemilik rumah ini memelihara tuyul, kita tidak bisa membiarkan tuyul itu mencuri uang para warga di sini," ucap Daris.
"Betul, kita jangan lengah pokoknya terus awasi rumah itu," sahut Darman.
Para warga itu terus memperhatikan rumah Bombom, hingga satu jam menunggu tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan seorang anak kecil botak, memakai celana pendek dan tidak memakai baju masuk ke dalam rumah itu. "Nah, itu dia tuyulnya," tunjuk Daris.
"Ayo kita masuk ke rumah itu!" teriak Darman.
Para warga merangsek masuk ke dalam rumah Bombom. "Buka pintunya!" teriak Daris sembari menggedor pintu rumah Bombom.
"Cepat buka pintunya!" teriak semua warga.
Bombom tersentak kaget, dia pun segera bangun begitu pun dengan kedua orang tuanya yang ikut terbangun. Mereka membuka pintu, namun belum sempat mereka bertanya warga langsung menyeret ketiganya untuk keluar dari dalam rumah.
"Ada apa ini?" tanya Papa Bombom panik.
Warga tidak ada yang bicara, mereka terus saja menyeret ketiganya dan mengikat mereka dengan tali tambang. Lalu ketiganya di ikat dan didudukkan di tengah lapangan dengan di kelilingi semua warga. Bahkan saat ini semua warga sudah keluar dan berkumpul di lapangan itu.
"Ada apa ini? kenapa kalian mengikat kami seperti ini?" bentak Mama Bombom.
"Kami sudah tahu, jika kalian memelihara tuyul karena sudah beberapa hari ini ada anak kecil yang masuk ke dalam rumah kalian dan keesokan harinya, warga selalu kehilangan uang!" geram Daris.
"Jangan sembarangan nuduh, memangnya kalian punya bukti?" teriak Papa Bombom.
"Kami semua adalah buktinya, karena tadi kami sendiri yang melihatnya. Memangnya kalian butuh bukti apa lagi?" bentak Darman.
"Ingat, kalian akan kami laporkan karena sudah menuduh tanpa bukti," ucap Mama Bombom.
Salah satu warga yang geram, kemudian melempar batu ke arah ketiganya dan otomatis semuanya tersulut emosi dan ikut melempar batu juga. Bombom dan kedua orang tuanya meminta ampun karena batu itu sudah melukai mereka bahkan darah sudah mengalir dari seluruh wajah mereka. Bombom hanya pasrah, dia tidak mau berteriak atau pun melawan karena memang yang kedua orang tuanya lakukan sudah merugikan banyak orang.
"Lebih baik kalian mati, karena kalian adalah manusia-manusia yang tidak punya hati. Kami bekerja siang malam untuk mencari uang, tapi setelah uang itu kami dapatkan kalian dengan mudahnya mengambil uang kami tanpa perasaan!" geram Daris.
"Kalian hanya ingin enaknya saja, tanpa mau bekerja keras," sambung Darman.
Warga yang terlanjur emosi, terus saja melempari ketiganya dengan batu bahkan ada juga yang memukuli mereka saking geramnya. Kondisi Bombom sudah sangat lemas, hingga secara perlahan mata Bombom pun terpejam dan ternyata Bombom sudah meninggal. Begitu pun dengan kedua orang tuanya, hingga warga pun mulai menghentikan aksinya karena dirasa ketiganya sudah tidak bernyawa.
"Astaga, mereka sudah meninggal."
"Bagaimana ini?"
"Kita buang saja jasad mereka, atau kita bakar biar tidak ada bukti," ucap Bapak-bapak.
Semua warga tampak panik, namun semenit kemudian mereka merasa lega. Mereka akan mempertanggung jawabkan perbuatan mereka jika polisi nanti datang ke sana. Sementara itu, Vior yang sedang terlelap tidur tiba-tiba terbangun karena merasa ada yang membangunkannya.
"Astaga, Bombom."
Vior kaget pada saat melihat Bombom sudah berdiri di hadapannya dengan raut wajah sedihnya. "Vior, bantu saya. Tolong makamkan jasad saya dan kedua orang tua saya di tempat yang layak karena mereka akan membuang kami bertiga," ucap Bombom.
"Jasad kamu? maksudnya apa?" tanya Vior bingung.
Belum juga Vior mendapatkan jawaban dari Bombom, dia sudah menghilang membuat Vior panik. Vior segera menghubungi Dion dan dia pun tak kalah kagetnya mendengar berita itu. Dion akhirnya mengeluarkan motornya, dan dia akan menjemput Vior untuk menuju tempat tinggal Bombom.
pas nih 4 pasangan...
yg Deril ttp sama Vior donk...
waaah dosen ghaib, dulu waktu kuliah aku pernah ngasih julukan sama dosen yg waktu di cari susah pas ngga di cari dia ada, dan jarang banget ketemu...
aku kira dia dosen ghaib eeh ternyata dia beneran dosen terbang alias dosen yang di ambil dari univ lain 🤣🤣
dosen nya pun juga orang nya dingin jarang bisa interaksi sama dia mkanya kami bilng dosen ghaib 🤣🤣🤣🤭