NovelToon NovelToon
Sayangi Aku Ibu (Pilih Kasih)

Sayangi Aku Ibu (Pilih Kasih)

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga
Popularitas:30.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Bagi seorang anak baik buruknya orang tua, mereka adalah dunianya. Mereka tumpuan hidup mereka. Sumber kasih sayang dan cinta. Akan, tetapi sengaja atau tidak, terkadang banyak orang tua yang tidak mampu berlaku adil kepada putra-putri mereka. Seperti halnya Allisya. Si bungsu yang kerap kali merasa tersisih. Anak yang selalu merasa dirinya diabaikan, dan anak yang selalu merasa tidak mendapatkan kasih sayang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

"tugasmu sudah selesai?" tanya Lia menghampiri Mira yang tengah melamun di depan jendela kaca kamar mereka.

"Sudah" sahut Mira singkat, padahal ia tidak mengerjakan apa-apa sedari tadi selain melamun.

"Syukurlah kalau begitu," ujar Lia ikut duduk di samping Mira.

Mereka berdua duduk di depan kaca jendela, tidak bersuara, mereka tenggelam dalam fikiran mereka satu-sama lain.

"Cita-citamu apa sih Mir?" tanya Lia memecah keheningan yang sedari tadi mereka ciptakan berdua.

"Di sayang ibu, di terima ibu, di manja ibu, aku ingin kembali menjadi anak kecil yang tidak mengerti apa-apa, lalu ibu tersenyum kepadaku dan memelukku erat seolah-olah ia tidak ingin kehilanganku," ujar Mira, matanya berkaca-kaca, ia berusaha mengendalikan emosinya agar air matanya tidak luruh membasahi pipinya.

"Memangnya sekarang ibu tidak menyayangi mu?" tanya Lia tanpak tidak terima dengan yang di ucapkan oleh Mira.

"Seperti yang kakak lihat sendiri. Emangnya kelihatan ibu menyayangiku atau tidak?" Mira balik bertanya menatap Lia sekilas lalu kembali memalingkan pandangannya ke arah luar ruangan.

"Tentu saja ibu menyanyangimu. Jika ibu tidak sayang kepadamu ibu pasti sudah mengusirmu atau bahkan membunuhmu jauh-jauh hari," ujar Lia. Ia menaikkan suaranya satu oktaf.

"Tidak semua orang punya kesempatan untuk membunuh atau mengusir seseorang dari hidupnya. Terkadang seseorang terjebak dalam kondisi tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima, meski sebenarnya seseorang itu tidak menginginkannya," ucap Mira.

"Lagipula jika tanda tidak sayang harus di buktikan dengan membunuh dan mengusir, maka dapat ku pastikan populasi Indonesia tidak sebanyak ini, dan setengah penduduk Indonesia pasti sudah menjadi gelandangan," lanjut Mira tersenyum sambil menatap lekat-lekat manik mata Lia.

Lia hanya menunduk, ia tidak tahu harus menjawab apa lagi.

"Sudahlah kak, Mira ngantuk, Mira mau tidur dulu," ujar Mira beranjak menuju tempat tidur, dan meninggalkan Lia seorang diri di depan kaca jendela.

####

"Mira utangmu yang dua juta itu sudah bapak bayarkan tadi sore kepada ibunya si Gading itu, tadi bapak transferkan lewat Indoapril, uangnya hasil minjam dari Pak Badrun pamanmu," ujar Rudi sambil menyeruput kopinya.

Mira hanya terdiam menunduk, ia ingin mengucapkan terimakasih, tetapi dirinya pun segan sebab di rumah ini ayahnya tidak pernah mengucapkan terimakasih saat Mira atau yang lainnya mengerjakan sesuatu hal yang berguna.

"Tapi setelah ini kamu akan ibu pindahkan ke sekolah biasa saja, selama kamu sekolah di situ ibu sudah kapok menghadapi drama sekolahmu itu. Ada yang harus less lah, harus beli buku lah, harus kerja kelompok lah, harus buat kerajinan lah. Ibu kapok, semua hasil ladang uangnya hanya untuk dirimu saja, sedangkan ibu dan yang lainnya tidak dapat apa-apa," sambung Wati membebel, meluahkan seluruh isi hatinya yang dongkol dengan sekola Mira yang menurutnya banyak maunya dan pengeluarannya, padahal itu juga untuk anaknya sendiri bukan untuk sekolah apalagi untuk para guru-guru.

Mira mendongakkan wajahnya kaget, namun ia tidak berani berkata-kata apalagi untuk membantah sebab Mira melihat wajah Rudi dan Wati tidak ada rautan bercanda. Semua memasang wajah serius. Lagipula Mira tahu berbicara saat seperti ini hanya akan menambah besar masalah dan mengobarkan kemarahan ibunya.

"Kamu sudah dengar itu, kamu akan di pindahkan, jadi kalau ada urusanmu yang belum selesai di sekolahmu itu, segeralah selesaikan," lanjut Wati.

"Baik Bu," sahut Mira. Suaranya melemah.

"Tapi Bu, Mira sebentar lagi akan lulus, apa tidak boleh Mira tetap sekolah di sana saja, soalnya sudah tanggung," ujar Lia.

"Kamu tidak perlu ikut-ikutan membela adikmu Lia. Seumur-umur baru kali ini ibu dan bapak harus mengeluarkan uang sebesar dua juta secara cuma-cuma hanya karena kenalan. Kamu tahu kan uang dua juta itu bukanlah uang yang sedikit," ujar Wati.

"Tapi," Lia berusaha menyangkal, namun Mira memberi isyarat agar Lia tidak melanjutkan perkataannya.

"Lagipula sekolah si Mira ini banyak kali maunya, beda dengan sekolah lainnya. Padahal lulus dari sana juga belum tentu jadi apa-apa," ujar Wati, yang tentunya sangat menyakiti hati Mira. Sebab ibunya seolah-olah Wati menyindir dirinya bahwa dirinya belum tentu jadi apa-apa.

"Ya sudah sekarang kalian masuk kamar," ujar Rudi.

Mira dan Lia pun beranjak meninggalkan ruang tamu dan pergi ke kamar mereka.

"Seharusnya kamu menyangkal ucapan ibu, kamu tahukan perjuangan kami buat masuk sekolah itu luar biasa, kenapa sekarang kamu mau saja dengan mudahnya di pindahkan begitu saja. Apa kamu merasa tidak rugi, lagipula tinggal sebentar lagi kalian akan lulus," ujar Lia tidak terima kalau Mira akan pindah dari SMP Cendrawasih dan masuk ke sekolah biasa-biasa saja.

"Aku tidak menyangkal sama sekali ucapan ibu karena aku sudah tahu bagaimana hasilnya. Sia-sia, tidak ada gunanya membantah ucapan ibu, yang ada ibu akan semakin membenciku. Jika dengan aku pindah sekolah agar ibu bisa memandangku sama seperti ibu memandangmu, maka aku akan ikhlas menerimanya. Jangankan pindah sekolah, mungkin putus sekolah pun Mira akan sanggup asalkan ibu memperlakukan ku sebagaimana ibu memperlakukanmu," ujar Mira, mengeluarkan semua buku paketnya yang ia pinjam dari Perpustakaan sekolah dari laci mejanya. Ia berencana akan membalikkan buku-buku paket pinjamannya ini secepatnya.

"Mira..." Lia memegang tangan Lia, menghentikan gerak tangan Lia yang terus menyusun buku-bukunya.

Mira hanya bisa terdiam, air matanya terus mengalir mulutnya tak mampu lagi berkata-kata. Melihat hal itu Lia pun langsung menarik Mira masuk ke dalam pelukannya.

"Ibu sayang kepadamu, ibu sayang kepada kita berdua, hanya saja ekonomi kita tidak seperti orang-orang sehingga ibu kerap kali marah dan emosi," ujar Lia. Mira tidak menjawab sepatah katapun, ia hanya berusaha mengatur emosinya agar air matanya tidak terus-terusan mengalir.

"Kamu dengar kakak kan Mira, ibu sayang kita berdua," ujar Lia, mengulangi perkataannya.

"Emmm" ucap lia sambil mengangguk.

"Sudah, sekarang mari kita bereskan buku-bukumu, agar kamu tidak kena marah di sekolah," ujar Lia ikut mengeluarkan buku-buku Mira dari dalam laci.

"Ini nanti kita sampuli, yang ini kita lem, yang ini bisa kita hekter," ujar Lia memeriksai satu-persatu buku Mira. Ada yang sampulnya sudah robek, ada yang lepas dari covernya, dan ada yang tidak bersampul. Padahal kalau buku hendak di pulangkan, buku harus dalam keadaan baik, sebagaimana sewaktu di pinjam dulu.

"Emmm," ujar Mira mengangguk, bibirnya melengkung tersenyum, meski senyum itu sebenarnya ia paksakan.

"Nah sudah selesai," ujar Lia. Setelah hampir 3 jam bergumul dengan buku-buku Mira, akhirnya semua beres.

"Kapan kamu akan balikkan buku-buku ini?" tanya Lia.

"Sebagian besok, sebagian lagi lusa, aku akan balikkan secara menyicil sebab kalau sekali bawa semua berat," ujar Mira.

"Baiklah, mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancar," ujar Lia.

1
ana cahaya
Luar biasa
lena
cerita novel mu bgs thor
Asyatun 1
endingnya sedih thoor
lena
lanjut thor, karya mu bgs
Asyatun 1
lanjut
yonahaku
belum ada lanjutannya apa cukup lama ini
lena
ko tamat thor,, karya mu bgs thor
lena
mana si yg bener nama ya bayu, atau wahyu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!