mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan
"Nah, kalian liburan aja dulu disini tiga hari. Setelah persidangan, aku akan bawa kak Zeva menemui kalian," ujar Raihan setelah mengantar Ayla dan Marsha ke apartemennya.
Raihan memiliki satu apartemen, dia jarang sekali ke unitnya itu. Sehingga, untuk sementara. Dia menaruh Ayla dan Marsha di sana.
"Yasudah, aku pulang dulu." Pamit Raihan.
Ayla tersenyum, dia lalu menutup pintu. Dan di sat itu pula, ponselnya berdering dan Zeva lah yang menelponnya.
....
Sesampainya di rumah, Raihan bergegas masuk. Badannya sudah ingin di rebahkan ke kasur empuknya. Namun ....
PRANG!!
BRAK!!
Mendengar ada keributan, buru-buru bergegas menghampiri asal suara. Dia masuk ke dalam kamar si kembar, dan melihat Zevanya dan si kembar sudah ketakutan.
"Ada apa ini?! abang ngapain kak Zeva!"
Raihan menatap horor ke arah Aaron yang masih menatap tajam Zeva, tatapan Raihan pun menangkap ponsel Zeva yang rusak dan mata Zeva yang mengeluarkan air mata.
"Lo apa-apaan sih bang!!" Sentak Raihan menghampiri Aaron.
"Lo rusakin ponsel kak Zeva? lo ngamuk lagi hah!!"
Karena tak di respon, Raihan mencengkeram jas yang Aaron kenakan. Dia berusaha menarik Aaron menjauh, tetapi pria itu tetap berdiam.
"Apa salah kak Zeva hah! kenapa lo sakitin dia terus! mau lo itu apa sih!"
"Lepas!" Sentak Aaron berusaha menepis tangan Raihan dari jas nya.
Aaron berhasil menepis tangan Raihan, dia bergerak mendekati Zeva yang memeluk si kembar yang tengah ketakutan.
"Sini kamu!" Titah Aaron menarik Zeva.
"HUAAA!! HIKS ... TAKUT!!" teriak Ariel ketika melihat tangan Zeva yang memeluknya di tarik kasar oleh Aaron.
Raihan tak tinggal diam, dia menarik tangan Aaron dan memukul pipi kakaknya itu.
BUGH!!.
"AAA!!" Pekik Zeva.
Ariel pun beranjak dari pangkuan Zeva dan berlari ke luar kamar, sementara Azka masih diam di pelukan Zeva menatap tak percaya pada dua orang itu.
"Bangun lo! pengecut! banci! lo kasar sama cewe hah!" Tantang Raihan.
Aaron yang tersungkur pun perlahan bangun, dia memegang sudut bibirnya berdarah.
"Berani-beraninya kamu!" Lirih Aaron dengan penuh penekanan.
"Kak Zeva itu perempuan, lo mau kasar sama dia? hadapin gue dulu! jangan jadi banci!" Sentak Raihan.
Aaron balik memukul Raihan, Zeva pun bertambah panik. Kedua pria itu saling pukul-pukulan dalam kamar.
"Azka, Azka panggil paman jaga di depan yah nak. Panggil mereka!" Pinta Zeva.
Azka pin mengangguk dan menjalankan tugasnya. Sementara Zeva, dia berusaha untuk menghentikan perkelahian kedua pria itu.
Posisi Aaron berada di atas tubuh Raihan, dia masih memukuli adiknya yang berusaha menyingkirkan Aaron dari atas tubuh nya.
"Mas! mas! Sudah mas! Raihan bisa terluka!!" Sentak Zeva.
Aaron yang tadinya akan kembali memukul Raihan, seketika menghentikan pukulannya. Dia mendongak, menatap Zeva dengan tajam.
"Apa kamu menjadikan adikku korban juga sepertiku Zeva? kamu juga mendekati adikku? hingga adikku mati-matian membelamu? ada hubungan apa di antara kalian hah?" ujar Aaron, lalu beranjak bangkit dari tubuh Raihan.
Aaron kini berhadapan dengan Zeva, nafasnya terdengar sangat cepat. Wajahnya terdapat lebam yang berada di pelipis dan sudut bibirnya.
"Kamu boleh menghancurkan perasaan ku, tapi aku tidak akan membiarkan kamu bermain-main dengan adikku Zeva. Aku tahu seperti apa kamu, dengan Rio mungkin kamu sudah tidak lagi. Tapi pasti ada penggantinya yang kamu sebut sayang itu. Kamu memang benar-benar wanita mu ...,"
PALK!!
"NGOMONG SEKALI LAGI! AKU TAMPAR BIBIRMU!"
Emosi Zeva tak tertahan, Aaron benar-benar menginjak harga dirinya. Apa dia berpikir kalau Zeva akan tertarik dengan remaja seperti Raihan? Raihan seumuran dengan adiknya, dia hanya menganggap Raihan seperti sang adik.
"Ada apa ini? si kembar tadi menangis saat kami pulang,"
Adinda dan Jacob memasuki kamar si kembar, bahkan kini si kembar memeluk erat leher sang daddy. Tak mau di turunkan, bahkan merasa takut ketika melihat Aaron.
"Kalian bertengkar? di depan si kembar? pantas saja mereka ketakutan!!" Jacob terlihat marah, tetapi dia masih bisa menahan emosinya yang akan meluap.
Tatapan Jacob mengarah pada Aaron yang terlihat tak biasa menurutnya.
"Aaron! kamu kambuh lagi hah!! sudah kakak bilang, kalau kamu penyakit mu itu kambuh. Cari tempat yang lain, jangan di hadapan si kembar!" Sentak JAcob.
Adinda berjalan mendekati Zeva yang menundukkan kepalanya, lalu dia mengusap bahu Zeva yang bergetar karena tangis.
"Zeva katakan, apa Aaron menyakitimu? apa Raihan menyakitimu? katakan saja, jangan takut," ujar Adinda dengan lembut.
Zeva balik memeluk Adinda, dia butuh pelukan. Dia takut dengan kejadian tadi. Siapa yang tidak syok melihat perkelahian di depan mata?
"Mas." Lirih Adinda pada suaminya.
Jacob melihat sekitar kamar si kembar, tatapannya jatuh pada ponsel Zeva yang rusak. Ponsel yang baru dia berikan.
"Azka, ariel. Sama maid dulu yah." Bujuk si kembar.
Beruntung, keduanya mau menurut. Jacob lalu memanggil dua maid dan memintanya untuk menjaga si kembar.
"Ikut abang!" Jacob menarik Aaron keluar dari kamar si kembar.
Adinda menundukkan Zeva di ranjang si kembar, tangannya tak berhenti mengelus bahu Zeva yang bergetar ketakutan.
Raihan menatap sendu Zeva yang masih menangis, dia bahkan melupakan lukanya yang cukup banyak di wajahnya.
"Raihan, katakan. Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Adinda.
"Aku gak tahu pasti kak, tapi pas aku masuk rumah. Terdengar suara bantingan keras dari kamar si kembar, aku langsung masuk dan lihat kak Aaron sudah marah. Bahkan dia hampir mencelakai kak Zeva," ujar Raihan.
Adinda menghela nafas pelan, dia menatap Zeva yang sudah melepas pelukannya.
"Apa ada perkataanmu sebelumnya yang menyinggung Aaron?" Tanya Adinda dengan hati-hati.
Zeva menggeleng. "Aku habis bertelponan dengan saudara di bandung, tapi tuan Aaron masuk ke kamar dan langsung merebut ponselku. Dia membantingnya ke dinding," ujar Zeva.
Adinda sedikit bingung, mengapa adik iparnya sampai semarah itu hanya karena hal sepele.
"Kak Aaron itu gila kak, seharusnya dia di bawa ke rumah sakit jiwa! tapi kalian tidak mendengar kan aku!" Raihan benar-benar sudah kesal dengan kakaknya itu.
"Syut! Raihan!" Sentak Adinda.
Raihan beralih duduk di sofa, sembari menatap ke arah Zeva yang masih menangis.
Sementara di kamar Aaron, Jacob meraih laci nakas dan mengambil sebuah botol obat. Dan Aaron, duduk di tepi kasur.
Jacob mengeluarkan dua butir obat kemudian meraih gelas. Lalu, dia menyodorkannya di hadapan Aaron.
"Minum!" Titah JAcob.
Aaron melengoskan wajahnya. "Aku gak gil4!"
Jacob memutar bola matanya malas. "Yang bilang kamu gil4 siapa?" Sewot JAcob.
"Kamu merasa nyaman dengan emosimu itu? kalau kamu merasa nyaman, aku akan menyuruhmu untuk kembali tinggal di apartemen."
Ancaman Jacob mampu membuat Aaron akhirnya mengambil obat itu dan meminum nya.
"Aar, kakak sudah bilang padamu. Kalau kamu sudah merasa ada yang aneh pada emosimu, segera minum obatnya. Beruntung Raihan menahanmu, kalau tidak. Kamu bisa menyakiti Zeva dan anak-anak."
Mendengar nama Zeva, lagi-lagi emosi Aaron naik. Tangannya menghempaskan lampu tidur yang berada di atas nakas hingga jatuh dan rusak.
"AAR!!" Geram Jacob.
"Jangan sebut namanya, aku benci wanita itu!" Lirih Aaron dengan dingin.
Jacob menghela nafas sabar, dia menaruh kembali gelas yang dirinya pegang ke atas nakas.
"Memangnya aoa yang sudah Zeva katakan padamu?" Baru saja Aaron melarangnya menyebut Zeva, tapi Jacob malah mengulanginya.
"Jangan sebut namanya!" Sentak Aaron.
"Jangan sebut namanya. Jangan sebut namanya."
Aaron mulai melirihkan suaranya, tatapan matanya tidak seperti tadi. Matanya mulai menyendu, itu artinya Aaron mulai tenang.
Aaron pun merebahkan dirinya, dia memeluk erat guling dan memejamkan matanya. Melihat adiknya yang tidur, Jacob menarik selimut dan menutupi tubuh adiknya.
Terdengar deru nafas Aaron yang mulai teratur, Jacob pun memutuskan untuk keluar dari kamar sang adik.
"Bang gimana? Aaron sudah tenang?" Tanya Adinda saat melihat suaminya keluar dari kamar Aaron.
"Zeva mana?" Bukannya menjawab, jacob malah balik bertanya.
"Ada sama si kembar, si kembar gak mau di jaga sama maid. Dia minta ketemu sama Zeva," ujar Adinda.
Jacob menghela nafas pelan, dia merangkul pundak istrinya. Dia mengajak sang istri berjalan menuju kamar mereka.
"Dia baru saja tidur setelah meminum obatnya. Aku merasa heran, apakah Zeva menyinggung Aaron?"
"Enggak bang, kata Zeva dia habis bertelponan dan Aaron masuk lalu membanting ponselnya," ujar Adinda.
Langkah Adinda terhenti, ketika dirinya baru menyadari sesuatu. Jacob oun ikut menghentikan langkahnya.
"Kamu merasa ada yang aneh gak sih bang? Tatapan Zeva ke Aaron dan begitu oun sebaliknya. Aaron seperti marah karena cemburu, emosinya tidak stabil. Dan akhirnya melampiaskannya? iya gak sih?"
"Cemburu?" Gumam Jacob mengingat hal yang mengganjal dari Zevanya dan juga Aaron.
Perkataan Aaron saat Zeva pingsan membuat dirinya membenarkan perkataan sang istri.
"Ada hubungan apa di antara mereka berdua?" Batin Jacob.
.....
Ada yang bisa tebak, Aaron kenapa? 😆
Tunggu yah otw langsung buat selanjutnya😊