Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 2
Aku masih memperhatikan gadis di depan ku. Menunggu apa yang akan dia katakan kepadaku. Hingga kata itupun keluar dari bibirnya.
"Kau membutuhkan uang kan? Aku akan membantumu mendapatkan uang yang banyak, asalkan Kau menuruti apa keinginan ku," ucapnya membuat ku mengerutkan kening.
"Maaf, Kau siapa? Kenapa Kau mau membantuku, sementara kita tidak saling mengenal?" tanyaku penasaran.
"Baiklah, Aku akan memperkenalkan diriku. Kau harus ingat-ingat siapa Aku. Aku adalah Alesha, Putri Mama Rosita dan Papa Johan." Gadis itu berkata berkata dengan begitu lantang.
Aku terdiam mencerna semuanya. Ternyata gadis di depan ku adalah adik tiri ku.
Aku melihat penampilan keseluruhan Alesha. Dia nampak begitu cantik, dan elegan. Tentu saja, pasti selama ini ayah selalu memberikan apapun yang ia mau. Sementara Aku, tak pernah mendapatkan apapun, bahkan kasih sayangnya.
"Jadi Kau Putri Tuan Johan?"
"Ya, dan Aku juga tahu siapa Kau. Kau pasti kak Via kan. Putri ayah yang tidak pernah ayah anggap."
Rasanya sungguh sakit mendengar ucapan Alesha. Tapi memang itulah kenyataannya. Aku pun tak menyanggah ucapannya. Aku harus berpura-pura tidak memperdulikan ucapan Alesha.
"Lalu apa maksudmu menarikku kemari? Kalau Kau hanya ingin mengejekku, lebih baik Aku pergi saja," ucap ku yang hendak melangkah pergi.
Namun panggilnya membuatku menghentikan langkah ku.
"Hei, Aku belum selesai berbicara dengan mu!"
Aku menoleh ke arahnya. Alesha kembali berjalan mendekati ku.
"Bukankah tadi Aku sudah mengatakan bahwa Aku akan memberikan uang yang Kau butuhkan?! Aku akan memberikannya kepada mu asalkan Kau mau melakukan yang ku perintahkan!" Alesha berusaha menghentikan ku.
Aku memikirkan ucapan Alesha. Ingin rasanya Aku menolaknya. Tapi keadaan membuat ku akhirnya menyetujui perintahnya. Demi ibu, ya demi ibu.
"Baiklah, Lalu apa yang harus ku lakukan untuk mu?" tanyaku.
Alesha langsung mengajakku memasuki mobilnya. Dia tidak mengatakan apapun sehingga Aku masih menerka-nerka apa yang dia ingin Aku lakukan nanti.
Alesha nampak sedang mengirimkan pesan kepada seseorang dari ponselnya. Lalu dengan segera Alesha melajukan mobilnya.
Aku hanya diam dan menunggu kemana mobil ini akan berhenti.
Hingga beberapa saat kemudian, mobil ini pun berhenti di sebuah cafe yang begitu mewah. Aku tak tahu ini di mana. Yang jelas Aku tidak pernah menginjakkan kakiku ke dalam cafe seperti ini.
Alesha menyuruhku untuk mengikutinya. Lalu kami pun duduk di meja paling ujung. Ku lihat Alesha kembali menghubungi seseorang melalui ponselnya.
Dan tidak berapa lama kemudian, seseorang datang ke meja kami. Dia adalah seorang pria. Pria paling tampan yang pernah ku jumpai. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih, pandangan matanya membuat ku seolah terhipnotis oleh ketampanannya. Mungkinkah suatu hari Aku menikah dengan pria seperti dia? Itu hanyalah sebuah mimpi.
Alesha memanggil nama ku sehingga Aku pun tersadar dari lamunanku. Ya, memang seharusnya Aku terbangun dari sebuah mimpi dalam khayalan ku.
Alesha memperkenalkan ku kepada pria tampan yang duduk di sebelahnya.
"Via, kenalkan ini adalah kekasih ku. Namanya Bintang."
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Ternyata pria tampan itu adalah kekasih Alesha. Tapi yang membuatku bingung, kenapa Alesha memperkenalkan kekasihnya kepadaku? Aku masih belum mengerti dengan situasi ini.
"Aku tidak ingin bertele-tele lagi. Kekasih ku akan membayar mu berapapun yang Kau mau asalkan Kau mau mengikuti perintah kami!"
Aku hanya mengangguk. Otakku kembali memikirkan kondisi ibu. Aku mau melakukan apapun asalkan ibu bisa sembuh.
"Apa yang harus Aku lakukan?" tanyaku.
Aku melihat Kekasih Alesha menaruh sesuatu di atas meja. Seperti sebuah map, namun Aku belum tahu pasti.
Alesha menyodorkan map tersebut kepada ku membuat ku bingung.
"Apa ini?" tanyaku begitu penasaran.
"Bacalah, maka Kau akan tahu!" pinta Alesha.
Aku memperhatikan keduanya sejenak, lalu aku pun mengambil map tersebut dan mulai membacanya.
Aku begitu terkejut membaca isi map tersebut. Di sana tertulis bahwa Aku akan menikah dengan kekasih Alesha dalam waktu satu setengah tahun. Tidak boleh ada cinta di dalam pernikahan tersebut. Bahkan kontak fisik pun tak boleh kecuali bila di depan seluruh keluarga Bintang.
Aku sangat tersentak membaca isi map tersebut. Dalam hidup ku Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Dan itu dengan pria yang kucintai nantinya.
Haruskah Aku menyetujuinya? Lalu kalau Aku menolaknya, kemana lagi Aku harus mencari uang untuk penanganan ibu di rumah sakit. Dan untuk biaya lanjutan masih belum ku pikirkan.
Aku terdiam sejenak, menimbang tentang apa yang akan ku putuskan. Ku lihat mereka saling berpegangan tangan. Aku melihat Bintang nampak begitu mencintai Alesha. Haruskah Aku menyetujuinya?
Tapi kenapa Alesha menyuruhku untuk menikah dengan kekasihnya? Kenapa bukan dirinya saja? Entahlah. Yang jelas sekarang yang terpenting ada keselamatan ibu ku.
"Baiklah, Aku setuju," ucap ku.
Aku melihat Alesha terlihat nampak begitu senang. Sementara pandangan Bintang padaku menyiratkan sebuah pandangan yang begitu jijik pada ku.
Mungkin dia tidak suka dengan penampilan ku. Atau mungkin juga karena berpikir Aku melakukan semua ini hanya demi uang. Tapi Aku tidak munafik. Aku memang melakukan semua ini demi uang. Uang untuk pengobatan ibuku. Aku tidak peduli dengan tatapan matanya.
Aku pun mulai menandatangani isi map tersebut dan memberikannya kembali kepada mereka.
"Baiklah, Aku tidak akan menjelaskan lagi. Aku rasa semua sudah di jelaskan dalam surat kontrak ini," ucap Bintang.
Aku hanya mengangguk. Aku melihat jam yang melingkar di tangan ku sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku harus segera ke rumah sakit melihat bagaimana kondisi ibu saat ini.
Tapi Aku harus membawa sejumlah uang untuk pembayaran rumah sakit. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Tapi Aku ingin kalian membayar ku saat ini juga. Dan itu harus secara kes. Aku membutuhkannya saat ini," ucap ku sedikit memaksa. Aku tidak perduli dengan yang mereka pikirkan. Tapi Aku harus segera ke rumah sakit saat ini.
Bintang nampak tersenyum jijik padaku. Lalu ia menaruh amplop coklat di depan ku. "Ambillah! ternyata gadis seperti mu begitu gila uang," ucap Bintang membuat hatiku begitu sakit. Namun Aku tidak ingin menanggapinya. Yang ku pikirkan hanyalah segera sampai ke rumah sakit untuk membayar penanganan ibu.
"Terimakasih Tuan, Nona Alesha. Aku harus segera pergi, permisi," ucap ku membungkukkan sedikit tubuhku. Lalu Aku pun mulai melangkahkan kakiku meninggalkan meja tersebut.
"Tunggu! Jangan lupa lusa Kau datang kembali ke restoran ini. Kau harus sudah melakukan tugasmu!" teriak suara bariton yang tak lain adalah Bintang.
Aku berbalik dan menganggukkan kepalaku setuju. Aku memang harus melakukan semua perintah darinya dan menjadi istri bayarannya.
***