NovelToon NovelToon
Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Lari Saat Hamil / Berbaikan
Popularitas:31.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

"Bisakah kita segera menikah? Aku hamil." ucap Shea Marlove dengan kegugupan ia berusaha mengatakan hal itu.
Tak ada suara selain hembusan nafas, sampai akhirnya pria itu berani berucap.
"Jangan lahirkan bayinya, lagipula kita masih muda. Aku cukup mencintaimu tanpa perlu hadirnya bayi dalam kehidupan kita. Besok aku temani ke rumah sakit, lalu buang saja bayinya." balas pria dengan nama Aslan Maverick itu.
Seketika itu juga tangan Shea terkepal, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelum ia gugup mengatakan soal kehamilannya.
"Bajingan kau Aslan! Ini bayi kita, calon Anak kita!" tegas Shea.
"Ya, tapi aku hanya cukup kau dalam hidupku bukan bayi!" ucapnya. Shea melangkah mundur, ia menjauh dari Aslan.
Mungkin jika ia tak bertemu dengan Aslan maka ia akan baik-baik saja, sayangnya takdir hidupnya cukup jahat. ......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30

****

Tampak Dante melangkahkan kakinya keluar, ia menatap dua pria bawahannya. Tadinya Dante memang memberi perintah pada dua orang itu.

“Bagaimana, apa kau mendapatkan seluruh informasi mengenai wanita dengan nama Shea Marlove?” tanya Dante.

Pria itu mengangguk pelan.

“Sudah Tuan, ini seluruh informasi mengenai wanita itu.” ucap Pria itu.

Dante menyambut berkas itu, ia langsung menuju sofa untuk melihat isi berkas mengenai Shea Marlove.

Dante semakin penasaran mengenai Shea apalagi saat menatap foto wajah Shea.

Dante mengukir senyum kecil, rupanya Aslan tak bohong kalau Shea memang cantik.

Seluruh informasi itu memang mengenai Shea Marlove, bahkan tempat dimana Shea dibesarkan yaitu panti asuhan.

“Bagaimana bisa dia hidup dengan buruk selama ini?” ucap Dante.

Dante menghela nafas pelan.

Segera Dante letakan berkasnya ke meja, ia sandarkan tubuhnya ke sofa itu. Mata Dante terpejam.

“Kenapa aku malah semakin penasaran pada wanita yang Aslan cintai? Ada apa ini?” tanya Dante.

Dante merasa pikirannya sedikit kacau. Bukan tertarik untuk menginginkan, hanya saja Dante jadi penasaran siapa sosok Shea ini?

****

Di sisi lain.

Shea keluar dari kamar mandi, ia melihat Sean duduk sambil membaca buku. Itu memang kesukaan Sean, padahal usianya masih sangat muda.

“Mom, ponsel Mommy sedari tadi terus bergetar.” ucap Sean dengan matanya yang tak berhenti menatap buku.

Shea berjalan mendekati meja, ia lihat ada pesan yang cukup banyak dari Aslan.

Shea tak memberikan nama pada nomor itu.

[Aku akan menunggumu di dekat hotel tempat kau menginap, beri pesan padaku kalau kau sudah keluar.]

[Shea, jangan mencoba mengabaikan pesan dariku karena kau tak akan bisa membohongi ku.]

[Aku akan sangat marah kalau kau berani ingkar janji, sekalipun kau mengganti nomor ponselmu maka aku akan tetap mendapatimu kembali Shea!]

[Jika sudah melihat pesanku, segera balas. Setidaknya kau katakan setuju bahwa hari ini kita bertemu.]

Hembusan nafas Shea terdengar.

Shea ketikan pesan balasan untuk pesan yang Aslan kirimkan padanya.

[Ya, kita akan bertemu hari ini.] balas Shea.

Setelah membalas pesan Aslan, segera Shea memberikan hoodie kecil untuk Sean.

Shea memakaikan hoodie itu lalu menutup kepala Sean dengan topi.

“Sayangnya Mommy, kita kembali ke rumah sakit lagi okey? Mommy sudah meminta Uncle Digo untuk membeli sarapan buat kau dan juga Mommy.” ucap Shea.

Sean mengangguk, buku di tangannya langsung dipeluk oleh Sean saat Shea menggendongnya.

“Padahal Mommy tak harus menggendongku, aku bisa berjalan sambil bergandengan tangan dengan Mommy.” ucap Sean.

Shea kecup pipi Sean lalu Shea berucap.

“Sudah Mommy katakan kalau bagi Mommy kau masih sangat kecil, jadi jika kau mau berdebat maka besarlah lebih dulu.” ucap Shea.

Tangan Sean yang satu mengusap pipi Shea dengan lembut.

“Lalu aku perlu mengingatkan pada Mommy, bahwa aku menyukai Mommy terus disisiku. Aku ingin lama untuk terlihat kecil di mata Mommy.” ucap Sean.

“Baguslah, Mommy suka itu.” ucap Shea seraya tersenyum gemas.

Cup!

Sean berikan kecupan lembut di kening Shea.

“Jangan mencemaskan aku Mom, karena hampir setiap saat aku yang mencemaskan Mommy. Mommy sangat ceroboh membuatku kesal saja.” ucap Sean terdengar kesal.

Shea hanya merespon dengan senyuman, ia masukan ponsel ke dalam tas lalu ia pergi dari hotel itu membawa Sean.

Shea tak akan membiarkan Aslan melihat keberadaan mereka berdua.

****

Saat berada di rumah sakit, Shea langsung menemani Sean sarapan yang disiapkan oleh Digo.

“Nyonya, ini obat milik Nyonya.” ucap Digo menyerahkan paper bag berukuran kecil.

Shea menyambutnya, ia langsung membuka botol obat itu lalu meminumnya. Memang efek samping obat itu akan mengantuk jika Shea minum disaat Shea sedang stress, untungnya saat ini Shea merasa lebih baik. Tapi tetap saja Shea tak mau jika ingatannya mendadak menghilang jadi Shea harus minum obatnya.

“Digo, aku akan pergi sebentar. Aku minta tolong titip Sean dan Matthew hanya sebentar saja.” ucap Shea.

Sean yang sedang menikmati sarapan jadi menoleh ke arah Shea.

“Mom, aku akan ikut dengan Mommy.” ucap Sean.

Shea tersenyum mendengar ucapan Sean. Mana mungkin Shea membawa Sean saat ia akan menemui Aslan.

“Sean sayang, Mommy hanya akan pergi sebentar. Tolong bantu Mommy jaga Daddy ya, kau mau kan?” tanya Shea.

Shea menunduk di hadapan Putranya itu.

Akhirnya Sean hanya bisa mengangguk pelan.

“Kalau begitu jangan membuatku cemas, ingat hanya sebentar saja.” ucap Sean.

“Hmm, Mommy hanya sebentar.” ucap Shea lagi.

“Baiklah.” balas Sean.

Setelah mendapatkan izin dari Putranya, Shea pun pergi.

Ia keluar dari ruangan itu, sampai di depan bangunan rumah sakit tampak Shea terkejut bukan main kala wajah Aslan sudah menyapanya.

“Pagi Shea.” ucap Aslan dengan senyum khas milik pria itu.

Cup!

Aslan tanpa berpikir langsung memberikan kecupan di bibir Shea membuat mata Shea terbelalak kaget, ia bahkan tak sempat menolak kecupan kilat itu.

“Jangan membuatku semakin membencimu, kau sudah sangat brengsek di mataku.” ucap Shea dengan tatapan yang tajam penuh emosi.

Aslan tersenyum seraya menganggukan kepalanya.

“Itu gerakan refleks setiap kali melihatmu, maafkan aku.” ucap Aslan dengan santai.

Shea menarik tangan Aslan menjauh dari rumah sakit itu.

Aslan suka melihat Shea memegang tangannya seperti itu, ya walau terasa cukup kasar cara Shea memperlakukannya.

Tak lama setelahnya mereka berhenti di taman yang berada di belakang rumah sakit.

“Waktuku tak banyak, aku tak peduli apapun yang kau ucapkan. Jadi katakan saja.” ucap Shea.

Tatapan Aslan berubah serius, pinggang Shea ditarik oleh Aslan.

“Kau!...”

“Diam dan menurut saja padaku!” ucap Aslan.

Kepala Aslan sedikit menunduk, wajah mereka jadi dekat. Shea mendadak bingung dengan sikap Aslan.

“Buka mulutmu Shea.” ucap Aslan.

Shea menahan tubuh Aslan yang terus maju ke arahnya

“Apa yang kau lakukan? Menjauhlah.” ucap Shea tak suka.

“Cobalah perlihatkan padaku.” ucap Aslan mendesak.

Shea menjauhkan wajahnya membuat tangan Aslan yang satunya menahan rahang Shea, mau sekuat apa Shea berontak maka Aslan tetap akan unggul mendominasi Shea.

Mulut Shea terbuka sedikit saat Aslan menekan rahang Shea.

“Sakit Aslan sakit…”

Hidung Aslan mendekat, ia menghirup aroma di dalam sana membuat Aslan menggeram setelah beberapa detik.

“Sialan!” umpat Aslan setelah menjauhkan dirinya dari Shea.

Ada aroma dari mulut Shea.

Rahang Shea memerah karena ulah tangan Aslan.

Sedangkan kini tatapan Aslan seperti akan menghancurkan Shea.

“SHEA, APA KAU BODOH?! BUKANKAH SELAMA INI KAU CERDAS? AKU TAHU SEMAMPU APA KAU DALAM…”

Plak!

“Berhenti meneriaki ku!” marah Shea.

Sedari tadi Aslan bertindak semaunya, ia menekan rahang Shea bahkan berperilaku aneh lalu meneriaki Shea dengan suara tinggi.

Apa Aslan gila?!

Hembusan nafas Aslan terdengar tak beraturan. Tatapan Aslan berkilat amarah.

“Shea, harusnya kau tak akan begini hingga tak tahu apa yang terjadi pada tubuhmu sendiri kan? Coba katakan padaku, katakan Shea.” ucap Aslan.

Tangan Shea yang terkepal, terlihat Aslan genggam.

Shea langsung membuang tatapannya ke arah lain.

“Jangan ikut campur.” ucap Shea.

“Hentikanlah mengkonsumsi obat sialan itu, kau pikir kau boleh mati hahh?! Itu tidak akan terjadi Shea! Jangan pernah berpikir bahwa kau…”

“Aku tak ingin mati sialan! Aku mau bertahan, aku mau hidup dan inilah caraku untuk tetap bernafas.” ucap Shea.

Aslan terdiam mendengar ucapan Shea.

Tubuhnya semakin dekat, Shea langsung memukul dada Aslan dengan pukulan yang tak kuat.

“Aku…aku tak tahu. Aku tak punya pilihan lagi, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk diriku. Selama aku bisa bertahan maka aku akan baik-baik saja, jangan ikut campur atas hidupku.” ucap Shea.

Bahu Shea ditarik oleh Aslan.

“Apa kau tahu bahwa obat itu akan merusak fungsi otakmu? Aku sudah meminta bawahanku mencari tahu segalanya, percayalah denganku Shea. Ayo kita obati sakitmu, berhenti meminum obat itu. Pergilah dari sisi suamimu, aku sangat yakin kalau dia adalah pelaku dibalik semua ini. Apapun alasannya, tak ada yang bisa dibenarkan jika dia yang memberikan obat itu padamu.” ucap Aslan.

“Itu obat depresi, jangan berlagak peduli dan ikut campur…”

“Obat itu sudah ditukar, Shea! Nama dan isinya sudah berbeda!” tegas Aslan membuat Shea terdiam.

“Aku punya buktinya, kau hanya akan menunggu kematianmu kalau kau terus mengkonsumsi obat itu. Kumohon berhentilah Shea.” ucap Aslan.

Air mata Shea terjatuh.

Tak lama setelahnya Aslan menarik Shea dalam pelukannya.

“Aku akan ada disisimu, meskipun kau tak mencintaiku lagi, mengabaikanku atau membenciku sekalipun. Aku akan tetap disisimu. Jangan cemas, tolong tetaplah disisiku.” ucap Aslan.

Shea mendorong pelukan itu.

Tatapan mereka bertemu, air mata Shea sudah banyak berjatuhan.

“Bagaimana caraku bisa mempercayaimu Aslan? Kau juga luka untukku! Semua ini tak akan pernah terjadi kalau kau tak memulainya. Saat dulu aku hamil, apa kau masih mengingat ucapanmu? Apa jadinya aku setelah mendengar kau tak menginginkan kehamilanku? Aslan, aku terluka sudah sejak lama dan ketika masalah kini timbul padaku, untuk apa aku harus bersandar denganmu?” tanya Shea.

“Karena hanya aku yang akan membuatmu tetap hidup dan menjadi Shea yang dulu. Biarkan saja suamimu itu mati! Kembali padaku!” ucap Aslan.

“Aku tak akan sudi! Aku…”

“Lagipula aku benci jika kau membahas masalalu. Jangan membicarakan tentang kehamilan itu lagi Shea, sudah aku katakan bahwa aku tak menginginkan anak!” Ucap Aslan dengan tegas.

Aslan menarik tangan Shea hingga terdengar suara kecil seseorang.

“Mom.” ucapnya.

Shea dengan cepat mengusap wajahnya, ia tak menoleh mendengar suara yang ia kenali.

Sedangkan Aslan lah yang melihat ke arah Anak kecil yang kini mendekati mereka.

Tiba-tiba kembali suara terdengar.

“Jangan membentak Mommy.” ucap Sean.

Tatapannya datar untuk Aslan.

Aslan masih terdiam, ia menatap Shea hanya ingin tahu apa yang terjadi ini.

Tangan Sean menarik ujung baju Shea.

“Jika aku tahu kalau Mommy bertengkar dengan orang ini maka aku akan lebih dulu menahan Mommy untuk tak pergi. Uncle ini lah yang aku ceritakan pada Mommy, dia bahkan mengatakan tak memiliki waktu bertemu dengan Mommy tapi hari ini dia malah membentak Mommy. Aku tak menyukainya.” ucap Sean.

Shea menunduk menatap Sean, segera Shea jauhkan sedikit tubuh Sean dari sana.

“Sayang, kita…”

“Daddy sudah sadar Mom.” ucap Sean memotong ucapan Shea.

Shea terkejut mendengar ucapan Sean, detik itu juga ia tinggalkan Aslan yang masih mematung dalam diam.

Bersambung…

1
Bandar Jayalampung
aku jd bingung . klo Mathew anaknya athur artinya shie sodara kandung sama matew ya 🙏
Bandar Jayalampung
smga shea slmt
Bandar Jayalampung
hRusnya kalian sadar she hanya untuk aslan
Lee Mba Young
lanjutt
Epijaya
pasti mommy Aslan yg memintak penjahat td utk mencelakankan Shea dgn memfitnah Aslan.
muna aprilia
lanjut
LISA
Aq mampir Kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!