Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Meminta keinginan.
"Sarla, kenapa kamu berdiri disini sih? Bikin terkejut saya saja."
Sarla ternyata datang menyediakan sebuah kueh gorengan kehadapan suaminya. Meletakan makanan itu ke atas meja, " Saya hanya ingin mengantarkan ini untuk anda."
Mengerutkan dahi, melihat makanan yang baru saja ia lihat." What. Ini apa? Berlemak. "
"Itu namanya gorengan! Coba saja."
Perlahan tangan kekar Daniel memegang gorengan itu, ia meraba mencium baunya begitu wangi.
"Ayo coba."
Memasukkan ke dalam mulut dan kini mengunyahnya secara perlahan." Mm, enak. kamu ternyata jago memasak juga ya."
Sarla mencoba duduk berjauhan dengan Daniel, ia menatap ke arah suaminya. Membaranikan diri dengan berkata." Apa boleh saya kuliah?"
Daniel yang tengah menikmati makanannya, dikejutkan dengan perkataan Sarla. " Kuliah."
"Ya." Menggenggam erat kedua tangan, berharap jika Daniel menuruti keinginannya.
"Mm, apa tidak akan membuat kamu cape, bukanya saya menyuruh kamu untuk hamil?"
Sarla mencoba mencari sebuah alasan agar Daniel mau menyetujui keinginannya, " Kuliah tidak akan mengganggu kehamilan saya nantinya."
Menikmati kopi yang sangat hangat, membuat Daniel kini menjawab," Baiklah. "
Sarla tersenyum bahagia, pada akhirnya cita citanya akan tercapai, ia ingin menjadi seorang dokter.
"Memangnya cita cita kamu apa? Jadi guru ngaji, ustadzah, apa pencaramah?"
Sarla terkejut dengan kata kata Daniel, suaminya mengira jika wanita berhijab dan memakai pakaian sya'i tak akan jauh menjadi seorang guru ngaji, Usatadzah dan penceramha!
"Jika ilmu saya sudah cukup, mungkin saya sudah menjadi seorang penceramah. Kebetulan keahlian saya bukan itu, saya ingin mengobati orang orang yang membutuhkan saya."
"Oh, saya tahu. Jadi Habib?"
"Apa karena penampilan saya memakai hijab jadi anda mengarah pada hal hal yang berbau agama. "
"Ya gimana lagi, walau dalam kenyataanya seperti itu, kebanyakan bukan?"
"Alhamdulilah jika anda berpikiran seperti itu. Jika kelebihan saya ada pada salah satu yang anda sebutkan jelas saya sangat bahagia, bisa mencari pahala lebih banyak. Hanya saja cita cita yang saya ingin tempuh saat ini, menjadi seorang dokter. "
Deg ....
Terkejut dan itulah yang selalu dirasakan Daniel saat mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Sarla.
"Saya akan pastikan bisa mengurus semuanya, menjadi istri yang baik dan jika saya hamil saya akan menjaga kandungan saya nantinya."
Menarik bagi Daniel, Sarla memang jauh berbeda dari Wulan. Keinginannya lumayan membuat Daniel sedikit kagum, ia baru pertama kali mengenal sosok wanita yang menurutnya aneh.
Dari ketakutannya saat di sentuh, di tatap. Dan cita citanya.
"Baiklah, jika itu keinginanmu. Akan saya penuhi."
Kedua mata yang tadinya sayu, kini kembali berbinar, Daniel seakan tenang melihat bola mata penuh semangat dan kebahagian itu.
Menyejukkan.
"Terima kasih." Kata kata Sarla membuat kedua pipi Daniel memerah, ia tiba tiba salah tingkah.
Berusaha tetap pada pendirian, Daniel kini menunjukkan pipinya." Ini. "
Sarla tanpak kebingungan dengan jari tangan suaminya yang terus menunjuk pipi, "Maksud anda apa ya."
"Kamu harus memberi saya hadiah, setelah saya mengizinkan kamu kuliah."
"Hadiah?"
"Ya, hadiah!"
Wajah dingin tetap ditampilkan Daniel, "Cepat."
Daniel tetap menunjuk nunjuk pipinya, terlihat ia sudah tak sabar ingin mendapatkan sebuah ciuman.
"Mm, ayolah. Masa sebagai seorang istri kamu tidak mau mencium saya."
Deg ....
"Iya."
Mendengar perkataan itu, pastinya membuat Sarla merasa gugup, dimana Daniel berkata." Bukanya dosa jika kamu tidak menuruti perkataan dan keinginan suami, jika itu menjerumuskan pada hal yang baik."
Jantung Sarla kini kembali berdetak," Anda bisa tahu?"
"Wow, lucu ya. Masa iya saya tidak tahu hal itu, sekarang kan internet sudah cangih. Semua suami juga semua tahu hal itu."
Sarla menelan ludah, masih ragu. Akhirnya ia memenjamkan kedua mata, sampai dimana. Telapak tangan Daniel tempelkan pada wajah Sarla.
"Saya tak napsu, jika kamu masih memakai cadar."
Daniel mulai pergi dari hadapan Sarla, ia berjalan tanpa berkata apa apa lagi.
Sarla terdiam sejenak," apa mungkin, aku harus
membuka cadarku sekarang dihadapan Daniel."
Sarla mulai di ambang kebingungan bagaimana tidak bingungnya ia, harus siap menjadi seorang istri yang dipaksakan.
Perlahan Sarla mulai bangkit dari tempat duduknya, berdiri menatap punggung sang suami yang sudah jauh dari hadapannya.
Menggerakan tangan megadukan jari jari tangan bersamaan, terlihat Sarla kini di ambang kebingungan," Aku harus siap, bagaimana pun juga aku seorang istri."
Melangkahkan kaki, mengejar Daniel. Lelaki itu begitu cepat berjalan. Hingga Sarla tak sanggup mengejarnya dan ia terpeleset jatuh.
Brakkk ....
Daniel yang mendengar suara itu, kini menatap ke arah belakang." Ya ampun Sarla. "
Darah mengalir pada jidat Sarla, mungkin karena kepalanya mengenai lantai, " Aduh." Tangan yang memegang Vas bunga membuat, hantaman semakin terdengar keras.
Sarla jatuh pingsan. Daniel terlihat begitu panik, dia langsung membuatkan tubuh istrinya menuju ke dalam kamar, meletakkan di atas kasur.
Daniel. terlihat panik karena ada darah yang terus mengalir pada jidat istrinya itu, ia memanggil pembantu di rumahnya untuk segera datang.
"Ada apa tuan?" tanya sang pembantu kepada tuan rumahnya.
"Tolong kamu ambilkan air hangat, setelah itu tolong bersihkan jidatnya!"
"Baik, tuan."
Daniel hanya bisa memerintah pembantunya, iya tak berani, jika harus mengobati jidat sang istri. Ia takut jika nanti sentuhan tangannya membuat Sarla ketakutan.
"Tolong urus istri saya sebentar, saya akan panggilkan dokter untuk memeriksa keadaan Sarla."
"Baik tuan. "
Betapa perhatiannya Daniel kepada sarla, ya tanpa kuatir sekali ketika istri keduanya itu terjatuh.
Sarla mulai membuka kedua matanya, merasakan rasa sakit pada jidat.
Saat itu ia baru sadar jika cadarnya terbuka, terburu-buru mencari cadar itu hingga pembantu memberikan kepadanya.
"Nyonya cari ini?"
Sarla kini meraih cadarnya dengan terburu-buru menutup wajahnya, " apa tuan melihat wajah saya?" pertanyaan Sarla kini terdengar oleh Danie. Lelaki berbadan kekar dengan wajah tampannya kini masuk ke dalam kamar sang istri.
"Kenapa kalau saya melihat wajah kamu?"
Pembantu itu langsung pergi dari hadapan kedua majikannya. Namun secara spontan Daniel langsung menahan tangan pembantu yang sudah berumur itu," Coba kamu jelaskan kepada istri saya, apa saya melihat wajah di balik cadarnya itu?"
Pembantu itu kini menjawab perkataan majikannya, yang menceritakan kejadian di mana Sarla jatuh pingsan, " yang membuka cadar Anda nyonya bukanlah Pak Daniel, melainkan saya. Karena Pak Daniellah yang menyuruh saya, untuk mengobati luka dan membersihkan darah yang mengalir pada hidung dan bibir nyonya."
Daniel tersenyum kecil dan kini berkata," apa sudah jelas yang dikatakan pembantu di rumah ini?"
Sarla menganggukan kepala ia merasa malu, Dan hampir saja suudzon kepada suaminya sendiri.
Daniel mendekat dan berkata," bukanya masih tersisa satu hari untuk melihat wajah kamu. Saya ini lelaki yang patut akan aturan."
Brrakkkk.
Dalam percakapan keduanya pintu kamar tiba tiba terbuka?