Kamu sepuluh aku sebelas. Kamu selingkuh, aku balas.
Ketika perselingkuhan menjadi sebuah permainan dan menjadi satu-satunya cara untuk membalaskan sakit hatinya akan pengkhianatan. Sanggupkah rumah tangga Theo dan Laura bertahan disaat pondasinya mulai runtuh perlahan?
Mengetahui Theo bermain api di belakangnya, tak lantas membuat Laura menuntut klarifikasi saat itu juga. Laura justru membalas permainan Theo dengan cara yang sama.
Diam-diam Laura pun bermain api di belakang Theo. Sampai akhirnya perselingkuhan Laura terbongkar ketika Laura menyatakan dirinya hamil.
Bagaimanakah kisah Theo dan Laura dalam menjalani biduk rumah tangganya? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33
BSM Bab. 33
“Kamu Ryan Godzilla kan?” tanya Theo sekali lagi. Hendak memastikan jika ingatannya tidak keliru.
Dahulu, sewaktu ia duduk di bangku sekolah, ia punya seorang teman yang sering ia panggil dengan sebutan Godzilla. Hanya sebagai lelucon, untuk saling bercanda. Tetapi sayangnya, pertemanan yang terjalin itu tidak berlangsung lama. Sebab si Godzilla harus ikut kedua orang tuanya ke luar negeri. Dan jika ingatannya tidak keliru, si Godzilla itu adalah pria yang berdiri di hadapannya saat ini. Ryan.
Sama seperti Theo, Ryan sedikit terkejut. Ia berkerut dahi mengingat-ingat. Di mana gerangan ia pernah melihat wajah Theo selain dalam foto yang diberikan Kevin. Sampai tiba ingatannya pada masa lampau, ia lantas berkata.
“Theodore?” Ryan menunjuk Theo, menebak nama lelucuan yang ia sematkan kepada Theo dulu. Karena Theo yang terkadang lembek, sehingga ia sering memanggilnya Theodore.
Theo pun mengangguk senang dengan wajah tersenyum.
“Iya, Bro. Ini aku, Theo. Teman sebangku kamu dulu di sekolah. Satu-satunya teman yang meneteskan air mata saat kamu pindah ke luar negeri,” ujar Theo dengan antusias membenarkan. Kejadian itu belasan tahun yang lalu. Ketika teman sebangkunya, Ryan, pindah sekolah di luar negeri. Otomatis ia pun kehilangan seorang teman. Sayangnya, ia lupa siapa nama lengkap Ryan.
Ryan tertawa kecil sembari melirik Laura yang keheranan melihat ia dan Theo. Yang ternyata sudah saling mengenal sejak lama. Suatu kebetulan yang sempurna bukan?
“Wow! Sudah berapa lama kita tidak bertemu? Kebetulan sekali ya?” ujar Ryan merasa lucu. Ini sebenarnya bukan suatu kebetulan, tetapi takdir. Takdir yang mempertemukan mereka kembali untu suatu alasan tertentu. Mungkin. Dan ia adalah orang yang percaya akan takdir.
“Yang jelas lama banget, Bro. Ya ampun, apa kabarmu? Kamu makin oke aja.” Theo merangkul Ryan.
“Baik, Bro. Kamu sendiri?”
“Sama seperti yang kamu lihat. Oh ya, ini Laura, istriku.” Theo beralih menatap Laura.
“Laura, kenalkan, ini Ryan. Temanku semasa sekolah dulu,” sambung Theo menunjuk Ryan.
Laura mengalihkan tatapan kepada Ryan. Yang dibalas Ryan dengan senyuman manis nan menawan.
“Hai, Laura,” sapa Ryan.
Laura cukup menyunggingkan senyumnya sebagai balasan sapaan. Senyum yang membuat Ryan terpana.
Sungguh Ryan tak menyangka takdir akan membawanya lebih dekat dengan Laura. Wanita yang ia kagumi dan ia cari selama ini. Wanita yang membawa perubahan pada lara hatinya bertahun-tahun yang lalu. Wanita yang mengembalikan kepercayaan dirinya, bahwa setiap anak berharga. Kedua orang tuanya menikah karena cinta, yang berarti bahwa ia dilahirkan ke dunia karena cinta.
“Ayo, masuk dulu. Kita ngobrol di dalam,” ajak Theo merangkul pundak Ryan.
Ryan tak menolak. Ia mengikuti Theo masuk ke dalam rumah. Laura yang telah lebih dulu mengambil langkah di depan, lekas membukakan pintu.
“Laura, tolong buatkan minum untuk Ryan,” titah Theo begitu mereka duduk di ruang tamu.
“Iya.”
“Oh ya, kamu kamu minum apa?” tanya Theo beralih kepada Ryan.
“Apa saja boleh.”
Bergegas Laura pergi ke dapur. Bola mata Ryan mengikuti punggung Laura sampai menghilang dibalik pintu dapur. Kebetulan rumah Theo dan Laura tidak terlalu besar. Sehingga jarak dari ruang tamu ke dapur tidak terlalu jauh.
“Oh iya, Ryan. Tunggu sebentar ya, aku ganti baju dulu. Aku gerah.” Theo berdiri hendak ke kamar.
“Aku pinjam toilet sebentar. Toiletnya di mana ya?” Ryan celingukan mencari-cari di mana toilet berada.
“Di dapur, di pojokan sebelah kanan. Nanti tanya Laura saja.”
Senyum senang tercetak di wajah Laura. Usul yang bagus Theo. Begitu batin Ryan. Yang merasa seperti Theo sedang memberinya kesempatan.
“Ya sudah, aku tinggal dulu.” Cepat Theo mengayunkan langkahnya menuju kamarnya.
Sementara Ryan bergegas pergi ke dapur. Yang sebetulnya ia tidak sedang butuh toilet. Itu hanya alasannya saja untuk melihat Laura. Karena sudah berada dekat, mengapa ia tidak memanfaatkan saja kesempatan yang ada? Toh, Theo juga tidak akan curiga jika ia ingin mendekati Laura.
“Ehem ...”
Deheman Ryan mengagetkan Laura. Wanita itu tersentak, lekas menoleh. Dan mendapati Ryan tiba-tiba sudah berdiri di sebelah kanannya. Entah Laura yang kehilangan fokus karena pikirannya ke mana-mana, atau memang Ryan itu hantu. Bahkan langkah kaki pria itu saja nyaris tak terdengar olehnya.
“Kamu ini, bikin kaget saja.” Laura sedikit lega sembari mengusap lembut dadanya. Ia yang sedang membuat teh hangat itu mendadak menjadi gugup ketika Ryan lebih mendekat, merapatkan diri kepadanya.
“Kamu sedang membuat apa? Baunya enak sekali?” tanya Ryan.
“Teh Chamomile. Teh ini bagus diminum sebelum tidur. Bisa bikin tidur kita pulas,” jawab Laura memberi penjelasan manfaat teh Chamomile.
Teh Chamomile merupakan minuman herbal yang terbuat dari bunga Chamomile yang dikeringkan dan kemudian diseduh dengan air panas. Teh ini telah dikonsumsi selama berabad-abad sebagai obat herbal alami.
Chamomile diketahui mengandung senyawa apigenin yang memiliki fungsi seperti benzodiazepine. Senyawa apigenin pada Chamomile akan mengikat reseptor GABA A yang kemudian merangsang timbulnya rasa kantuk.
Selain itu, kita juga bisa menemukan salah satu antioksidan, apigenin, pada Chamomile. Menurut sebuah penelitian pada Author Manuscript, apigenin berikatan dengan reseptor di otak sehingga mengurangi kecemasan dan membuat Anda lebih tenang. Minum teh ini sebelum tidur bisa membantu tidur lebih nyenyak.
“Kalau begitu aku tidak ingin meminumnya,” ujar Ryan.
“Loh, kenapa? Kamu tidak suka teh? Kenapa tidak bilang dari tadi?”
“Karena aku tidak ingin tidur malam ini.”
“Kamu ini aneh. Kalau kamu insomnia, teh ini malah bagus buat kamu. Tidurmu bisa lebih nyenyak.”
“Justru itu, Laura. Aku tidak ingin berada dekat denganmu itu hanyalah mimpi.”
Otomatis wajah Laura bersemu merah mendengarnya. Ia salah tingkah. Menoleh ke kiri, ia tengah menyembunyikan wajah malunya dari Ryan.
“Baiklah kalau kamu ingin aku meminumnya. Kalau tidurku nyenyak, dan aku memimpikan kamu, aku berharap aku tidak akan pernah terbangun dari mimpiku.”
Oh ya ampun. Sampai sesak napas Laura mendengarnya. Wajahnya kian bersemu merah, sepasang kakinya serasa tak menapaki bumi. Gombalan Ryan telah melambungkannya sampai ke awang-awang. Digombali disaat hatinya gersang, haus akan perhatian, membuat hati itu seperti tersirami air surga. Sejuk, menenangkan, juga menyenangkan.
“Sudah ketemu toiletnya, Ryan?” Tiba-tiba terdengar suara Theo dari arah belakang mengagetkan Laura dan Ryan. Sontak keduanya pun menoleh.
“Sudah,” sahut Ryan.
“Bawa tehnya ke depan, Laura,” titah Theo, kemudian kembali ke ruang tamu bersama Ryan. Menyusul Laura sambil membawa baki berisi secangkir teh hangat.
Teh itu Laura letakkan di meja, tepat di depan Ryan. Setelahnya ia kembali ke belakang, memasuki kamarnya usai menyimpan kembali baki di dapur.
“Silahkan diminum, Ryan. Teh itu teh favoritnya Laura.”
Mendengar kalimat itu, dengan gerakan cepat Ryan menyambar cangkir teh. Meneguknya dengan tak sabaran. Mengapa Laura tidak bilang dari tadi kalau teh ini adalah teh favoritnya. Kalau tahu begini ia akan minta dibuatkan banyak.
“Oh ya, Ryan. Ngomong-ngomong, kamu kerja di mana sekarang?” tanya Theo memulai obrolan. Lumayan lama mereka tidak bertemu tanpa kabar satu sama lain. Hal yang wajar jika ia ingin tahu kabar teman lamanya ini.
“AFECTO Grup.”
Theo terkejut. Kebetulan sekali, ia beruntung bertemu Ryan.
“Di bagian mana?”
“Supir. Tepatnya supir pribadi,” kilah Ryan. Ia merasa geli sendiri karena membohongi Theo.
“Ah, masa sih, Bro? Masa keren begini malah jadi supir?”
Ryan mengendikkan bahunya. “Yah, kenyataannya memang seperti itu. Aku tidak seberuntung kamu, Theo.”
“Kalau begitu kamu kenal Antonio?”
Ryan tersenyum.
★
Jangan lupa jejaknya ya☺️☺️
Maaf belum bisa balas komen kalian.
Semoga berkenan membaca.
Saranghae ❤️❤️
artinya theo sdh tdk memprioritaska. layra! hrsnya tuh venih seminggu sdh full hrsnya ditebarkan ke istrinya.ini malah ke jalang.teman laki2 saya cerita! sebajingannya laki2 tidak akan mau nikah dgn peremouan murahan! yg dgn mudah mau tidur tanpa ikatan.artinya itu bukan wanita baik tidak bagus utk ibu dr anak2nya. Gen nya Rusak,liar!!