Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku
••
Aslan's adalah Putra tunggal dari pasangan suami Istri yang terkenal dalam dunia bisnis, hanya saja Aslan sudah lama kehilangan Daddy nya. Ia dibesarkan oleh wanita yang selalu dihormatinya, Yumna Maverick adalah nama Mommy nya Alsan.
Aslan's akan jadi satu-satunya penerus Keluarga Maverick yang akan mewarisi perusahaan besar yang dirintis oleh mendiang Daddy nya.
Saat ini Aslan's adalah mahasiswa akhir jurusan bisnis, ia tidak lagi terlalu aktif hanya saja ada sesuatu yang menariknya untuk terus datang ke kampusnya yaitu gadis beasiswa bernama Shea Marlove.
Gadis bermata indah bahkan berambut lurus dengan kulit putih itu sejak awal sudah mencuri perhatian Aslan, tak pernah Aslan's melihat kesombongan diwajah Shea sekalipun ia memiliki kecantikan dari gadis yang lain. Itulah pengamatan Aslan's.
Gadis itu termasuk mahasiswa berprestasi, ia berada di fakultas yang sama dengan Aslan's hanya saja ia masih cukup baru, berbeda dengan Aslan yang sebentar lagi akan lulus.
***
Perpustakaan adalah tempat dimana Shea sering menghabiskan waktu.
Langkah Aslan mendekat hingga duduk dengan jarak di dekat Shea.
Tatapan perempuan itu hanya fokus pada buku di tangannya sampai akhirnya suara Aslan terdengar.
“Hmm, apa kau menyukai buku hingga setiap hari kau datang ke perpustakaan?” tanya Aslan membuka percakapan.
Sudah lama Aslan's ingin melakukan itu, hanya saja ia selalu ragu.
Shea langsung menoleh, ia temukan Aslan menatapnya lalu memberikan senyuman padanya.
Aslan's tertawa saat Shea mengabaikannya begitu saja, rambut Shea yang tergerai panjang itu tampak Shea kibaskan ke belakang membuat Aslan semakin mengejek dirinya sendiri karena Shea ternyata menggunakan earphone.
Karena ingin dekat dengan gadis sederhana itu, Aslan mulai berani menyentuh bahu Shea dengan sebuah buku.
Kembali Shea menoleh lagi.
“Ya?” ucap Shea menjauhkan earphone dari telinganya.
Aslan's tersenyum lagi, wajah Shea benar-benar cantik dengan keadaan natural tanpa hiasan itu.
“Ah maaf kalau aku mengganggu waktu membaca mu, hanya saja apa aku boleh meminjam bukumu?” tanya Aslan's yang bingung harus berkata apa saat mata mereka sama-sama bertemu.
Shea melihat buku yang ada di tangannya.
“Kau bisa menemukan buku ini di rak nomor 5.” ucap Shea.
“Begitu ya, sedari tadi aku tak menemukannya.” ucap Aslan's berbohong.
Shea bangkit berdiri, tanpa ragu ia mengambilkan buku yang Aslan perlukan. Langkahnya cepat, ia berjinjit mengambil buku itu.
Pletak
“Ini bukunya.” ucap Shea meletakkan buku yang sama dihadapan Aslan's, usai memberikan buku itu tampaknya Shea memilih menjauh dari sana.
Aslan's hanya bisa melihat Shea yang mulai pergi.
Namun ada sebuah buku yang terlihat berada di bawah meja, bisa jadi buku itu milik Shea. Dengan segera Aslan mengambil buku itu lalu melihat isinya, ada banyak sekali rangkuman dari pelajaran setiap mata kuliah. Senyum Aslan makin lebar menatap nama Shea Marlove disana.
“Tidak hanya wajahnya yang cantik, bahkan tulisannya juga sangat cantik. Aku rasa aku semakin tertarik pada Gadis ini.” ucap Aslan's bermonolog.
***
Hari kelulusan tiba, malam itu ada acara yang dirayakan khusus fakultas bisnis. Para junior ikut hadir termasuk Shea yang akhirnya juga ikut dalam acara itu.
Awalnya semuanya berjalan dengan baik namun di akhir acara para mahasiswa beasiswa diminta menjadi tim pelayanan kampus hingga mereka ditahan untuk tidak pulang.
Shea termasuk di dalamnya, hal yang mengejutkan ketika lampu yang berada di atas panggung malah terjatuh ke bawah.
Shea yang saat itu ada dibawahnya hampir saja tertindih oleh lampu itu, untungnya Aslan menyelamatkan Shea.
“Kau baik-baik saja?” tanya Aslan's menatap Shea dengan cemas.
Harusnya seluruh Senior yang sudah lulus telah meninggalkan tempat acara itu tapi anehnya Aslan malah masih berada disana.
“Hei Shea, apa kau baik-baik saja?” tanya Aslan menatap Shea yang masih diam.
Jelas Shea terkejut saat pria di hadapannya malah mengetahui namanya.
“Apa kita saling mengenal?” tanya Shea ragu.
Anehnya Aslan tak mengatakan apapun, ia malah menggendong Shea dan membawa Shea ke tempat yang lebih baik.
Perlahan Aslan's mengangkat sedikit bagian kain yang menutup lutut Shea, ada luka disana.
“Lain kali kau harus melihat keadaan, jika lampu itu terjatuh maka kau tak akan berakhir seperti ini. Sudah pasti rumah sakit adalah tempat yang harus kau kunjungi.” ucap Aslan lalu meniup luka di lutut Shea.
Shea tak bisa berkata apa-apa lagi ditambah tatapan mahasiswa yang masih tertinggal disana cukup mengusik Shea.
Setelah beberapa kali memberikan tiupan, tampaknya Aslan's baru sadar dengan apa yang ia lakukan. Ia terlalu bersikap berlebihan pada Shea.
Kepala Aslan mendongak hingga tatapan mereka saling bertemu.
“Aku…aku memang mengenalmu.” ucap Aslan's.
Shea mengernyitkan dahinya.
“Hm, waktu di perpustakaan kau meninggalkan bukumu dan aku mengambilnya. Ada nama mu disana, maaf aku tak langsung mengembalikannya padamu. Bukumu masih ada bersamaku, aku akan segera mengembalikannya padamu.” ucap Aslan's menyerahkan ponselnya pada Shea.
“Kau bisa memasukan nomor ponselmu agar aku bisa menghubungimu dan dimana aku akan menyerahkan buku itu padamu.” ucap Aslan's.
Shea segera bangkit berdiri, ia semakin tak nyaman dengan tatapan yang lain padanya.
“Aku selalu berada di kampus, jika kau tak keberatan maka kau bisa memberikannya padaku.” ucap Shea.
Usai mengatakan itu, Shea kembali melanjutkan kegiatan tertundanya.
Sejak hari pengembalian buku itu, Aslan terus mendekati Shea dengan cara apapun hingga mereka sering bertemu ditempat Shea melakukan kerja paruh waktu.
Kedekatan itu terjalin cukup lama terjadi hingga Shea akhirnya menyelesaikan kuliahnya.
Hari kelulusan tiba, Aslan's hadir memberikan buket bunga pada Shea.
“Kau datang, kenapa tiba-tiba? Padahal aku tidak memberitahumu.” ucap Shea.
Aslan menyerahkan buket bunga pada Shea.
“Shea, kedatanganku hari ini untuk memberitahukan sesuatu padamu.” ucap Aslan's.
Shea heran mendengar ucapan Aslan, mereka cukup dekat usai beberapa tahun berdekatan.
Shea selalu mengisi kekosongan Aslan's yang kini belajar memimpin Perusahaan besar orang tuanya. Kebahagiaan Aslan mulai hadir karena adanya Shea dihidupnya.
“Aku mencintaimu Shea, aku ingin kau menjadi kekasihku.” ucap Aslan's.
Mendadak Shea ragu mendengar ucapan Aslan, sekalipun Shea jatuh cinta pada Aslan maka sudah pasti ia tak bisa menjalin hubungan pada Putra orang kaya itu.
Status sosial mereka berbeda sangat jauh.
“Aslan, maaf.” ucap Shea.
Aslan segera menggeleng.
“Jangan takut Shea, aku tahu bahwa kau juga memiliki perasaan yang sama denganku. Aku tak mau kita hanya jadi teman, terimalah perasaanku dan jadilah kekasihku.” ucap Aslan.
Shea masih menatap Aslan's.
“Aslan kau adalah Putra tunggal dan aku tahu bahwa kau sudah punya masa depan, tapi jelas bukan aku masa depanmu. Aku hanya Gadis yang tumbuh besar di sebuah panti asuhan dan sekarang aku memulai hidupku sendiri, aku tak ingin merusak masa depan pria hebat sepertimu. Kita hanya boleh saling mengenal, tapi tidak untuk…”
Aslan menggenggam tangan Shea, ia meyakinkan Shea.
“Aku ingin kau yang jadi masa depanku. Shea percayalah bahwa aku bisa meyakinkan Mommy, dan kita bisa bersama kelak. Jadilah kekasihku.” ucap Aslan's.
Shea kali ini diam menatap wajah Aslan.
_________
•
•
Satu tahun berlalu…
Aslan terlihat menjemput Shea yang kini bekerja di sebuah Perusahaan, ia adalah salah satu karyawan di sana.
“Kenapa datang menjemputku, kau juga sibukkan?” tanya Shea mendekati Aslan's membuat Aslan's menarik perempuan itu lalu memeluknya erat.
Pekerjaan di kantor membuat Aslan's cukup lelah, menjadi seorang pemimpin bukan hal yang mudah apalagi ia adalah Putra tunggal.
“Lelahku bisa terbayar jika memelukmu begini sayang.” ucap Aslan's.
Shea tersenyum, ia menepuk lembut punggung Aslan's.
Sudah setahun ini mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih bahkan Aslan's sering sekali menginap di Apartemen milik Shea, rasanya hidup Aslan yang dipenuhi pekerjaan hanya bisa mendapatkan rasa hangat setelah bertemu dengan Shea.
“Jadi harimu sangat melelahkan ya, aku harap kau tetap menjadi pemimpin yang baik.” ucap Shea.
“Hmm, terima kasih sayang.” ucap Aslan's.
Shea melepaskan pelukan itu, pipinya mendapatkan kecupan dari Aslan.
“Aku mencintaimu.” ucap Aslan's.
“Ya, aku juga.” balas Shea.
“Masuklah, aku ingin makan malam bersamamu.” ucap Aslan's.
“Dimana?” hanya Shea.
“Kenapa kau bertanya? Apartemen mu adalah tempat terbaik untukku, hanya masakanmu yang selalu membuatku merasa kenyang.” ucap Aslan menarik tangan Shea lalu memasukan perempuan itu ke mobilnya.
Shea hanya bisa tersenyum setiap kali mendengar ucapan Aslan yang terkesan berlebihan itu.
**
~Apartemen.
Shea meletakkan dua piring pasta ke atas meja, perut Shea dirangkul oleh Aslan's dari belakang.
Pria itu mulai meniup telinga Shea.
“Shea, bagaimana kalau kita melakukannya?” bisik Aslan's membuat Shea menoleh bahkan ia sampai terkejut oleh ucapan itu.
Meski mereka begitu dekat, bahkan tidur di ranjang yang sama, Aslan's merasa takut untuk melampaui batasan saat bersama Shea.
“Aslan, kenapa kau bicara begitu? Aku, aku takut.” ucap Shea jujur.
Aslan memutar tubuh Shea, ia tersenyum pada perempuan yang ia cintai selama ini.
“Maafkan aku jika aku membuatmu takut. Sekalipun kita melakukannya aku tak akan pernah meninggalkanmu, apa kau berpikir bahwa aku akan jadi seperti pria bajingan yang hanya mengambil milikmu lalu melepaskanmu?” tanya Aslan's.
Shea menggeleng.
“Bukan begitu. Hanya saja aku takut, apa yang terjadi kalau pada akhirnya aku bukan jodohmu? Aku menjaga kehormatanku untuk Suamiku.” ucap Shea.
Aslan mengecup pipi Shea dengan lembut.
“Apa kau ingin menikah denganku?” tanya Aslan's.
Tanpa ragu Shea mengangguk.
“Sebelum itu, bagaimana jika kau mengajakku bertemu dengan Mommy mu?” tanya Shea membuat Aslan's terdiam.
Shea bisa melihat bagaimana Aslan ragu untuk mempertemukan Shea pada wanita bernama Yumna itu.
“Belum waktunya ya? Tak apa Aslan's, aku adalah orang yang sabar untuk menunggu.” ucap Shea.
Lagi-lagi Aslan memberikan kecupan pada pipi Shea, setelahnya mereka makan malam bersama.
***
1 minggu berlalu…
Yumna masuk ke ruangan Putranya, ia bisa melihat betapa lelahnya Aslan's berkutat bersama berkas padahal baru saja rapat selesai.
“Aslan.” ucap Yumna membuat Aslan's mengangkat kepalanya lalu mengangguk.
“Ya, Mom.” ucap Aslan's.
Yumna semakin mendekat, ucapannya keluar bersamaan dengan Aslan's yang menutup berkas.
“Shea Marlove itu siapa? Tampaknya kau dekat sekali dengannya, sudah sejauh mana Aslan's?” tanya Yumna.
Aslan terkejut sekali saat nama Shea keluar dari mulut Yumna.
“Mommy tahu darimana tentang Shea?” tanya Aslan's.
Yumna bersedekap dada menatap wajah Aslan.
“Apa didunia ini kurang banyak wanita sampai kau memilih perempuan biasa sepertinya?” tanya Yumna tanpa menjawab pertanyaan Aslan's.
Aslan bangkit berdiri, tangannya tampak terkepal.
“Mom, jangan begini. Shea itu…”
“Putuskan dia, jangan membuat Mommy semakin malu saat kau memiliki hubungan dengan perempuan biasa. Mommy dengar dia adalah gadis yang dibesarkan di panti asuhan ya? Sudah pasti hidupnya cukup berat, lupakan dia dan kau bisa mendapatkan yang lebih baik dari perempuan itu.” ucap Yumna.
“Mommy! Shea adalah pilihanku. Aku hanya belum mengenalkan dia pada Mommy, Shea adalah perempuan yang baik dan terlebih aku mencintainya.” ucap Aslan's.
Yumna tak suka mendengar ucapan Aslan, tatapannya mulai tajam menatap Aslan.
“Kalau pada akhirnya kau harus menikah, maka bukan wanita biasa yang akan menjadi pendampingmu! Akan ada wanita pilihan yang cocok dan layak menikah dengan Putra tunggal Keluarga Maverick!” tegas Yumna.
“Mommy! Mommy kenapa jadi begini? Aku…”
“Bukankah Mommy memang begini? Hidupmu itu sudah punya kejelasan sejak kecil Aslan's, jangan memilih yang sembarangan karena itu hanya akan menghancurkan nama baik Keluarga besar kita!” tegas Yumna membuat Aslan's terdiam.
Yumna pergi setelah memperingatkan Aslan's.
**
Kembali hari mulai malam.
Aslan's datang ke Apartemen Shea setelah satu hari full tak memberi kabar pada Shea.
Bau alkohol menyeruak membuat Shea yang membukakan pintu sangat terkejut.
“Aslan, kau kenapa?” tanya Shea saat tubuh Aslan jatuh menimpanya, untungnya Shea masih bisa menahan.
“Aku mencintaimu Shea.” ucap Aslan's yang sudah diambang kemabukannya.
“Kau benar-benar mabuk, lalu apa kau mengemudi sendiri? Bagaimana bisa kau sampai ke sini?” tanya Shea cemas.
Aslan's mundur, ia tangkup wajah Shea lalu ia tersenyum.
“Aku naik taksi, karena aku mencintaimu makanya tujuanku adalah dirimu sayang. Aku benar-benar mencintaimu dan aku takut sekali kehilanganmu.” ucap Aslan.
Shea pun begitu, ia juga mencintai Aslan's. Apalagi Aslan's adalah pria yang baik, dia menjaga dan menghormati keputusan Shea selama ini. Hubungan mereka sehat dan Aslan selalu memberikan cinta tanpa pamrih.
Air mata Aslan's menetes membuat Shea bingung, masalah apa yang sedang dihadapi oleh kekasihnya itu.
“Aslan, sebenarnya ada apa?” tanya Shea.
Aslan menunduk, tapi hanya sebentar saja tatapannya kembali menatap Shea.
“Bukan apa-apa.” ucap Aslan's.
Bruk!
Aslan's tiba-tiba jatuh tersungkur ke lantai, terlihat tak stabil. Shea, dengan niat baik, hendak membantu dia bangkit. Namun, Aslan's malah menarik tubuh Shea ke arahnya lalu menc*um bibirnya dengan agresif.
Shea awalnya terkejut dan kebingungan, tidak tahu bagaimana cara meresapi ciuman Aslan yang terasa brutal.
Namun beberapa detik kemudian, entah mengapa, ciuman Aslan berubah menjadi lebih lembut dan penuh kasih sayang, membuat Shea terhanyut dalam cinta. Shea pun mulai membalas ciuman itu dengan penuh perasaan, melupakan segala keraguan dalam hatinya.
Dalam keadaan yang tidak bisa mereka jelaskan, mungkin karena efek mabuk yang menyerang Aslan's, keduanya mulai lupa akan segala batasan yang ada.
Aslan lantas mengangkat tubuh Shea dan menggendongnya ke kamar yang ditempati Shea, meninggalkan tatanan dunia di luar sana untuk menyelami dunia mereka berdua.
***
"Sakit, Aslan's," ringis Shea, wajahnya menahan sesuatu yang baru saja Aslan lakukan. Kekasihnya itu mabuk, namun matanya yang diliputi kabut tak biasa masih bisa melihat ekspresi Shea menahan sakit. "Aku akan berhenti, sayang, aku..."
"Apa kau berjanji tak akan pernah meninggalkanku? Kau akan tetap mencintaiku, bukan?" tanya Shea dengan suara bergetar. Tatapan mereka berdua beradu dalam intensitas yang tak terungkapkan. Aslan's mengangguk tanpa ragu, tangannya mengelus lembut wajah Shea. Mereka berdua sudah polos bersama di atas ranjang tidur Shea.
"Hmm, sampai mati aku akan mencintaimu saja, Shea," ucap Aslan's dengan suara penuh keyakinan.
Shea tersenyum mendengar ucapan Aslan's, hatinya menghangat. Tangannya mengalung erat di leher Aslan lalu memeluknya dengan erat.
"Lakukanlah, aku milikmu. Aku percaya padamu, Aslan's," bisik Shea.
Shea benar-benar menyerahkan dirinya pada Aslan malam itu, dan kedua hati mereka menjadi satu dalam perasaan cinta yang mendalam.
Aslan's menatap Shea dengan penuh kasih sayang, matanya berbicara lebih dalam dari kata-kata.
Bibir mereka pun kembali saling menyapa lembut, menciptakan harmoni yang sempurna antara cinta dan hasrat.
Malam itu menjadi saksi spesial bagi mereka berdua, momen di mana Aslan's dan Shea menyatukan hati dan jiwa sepenuhnya. Suasana kamar Shea terasa begitu tenang, hanya deru nafas yang bersahutan dan sisa suara yang terdengar, mencerminkan intensitas perasaan yang mereka alami.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
muna aprilia
lanjut
2024-07-19
1
LISA
Aq mampir Kak
2024-07-17
1