Yang satunya adalah Nona muda kaya raya, sementara yang satunya hanyalah seorang Pelayan toko. Tapi sebuah insiden kecelakaan telah menghancurkan jurang ini dan membuat mereka setara.
Bukannya mati dalam kecelakaan itu, jiwa mereka malah terlempar masuk ke sebuah Novel kuno roman picisan. Tempat dimana segalanya siap dikorbankan demi pemeran utama wanita.
Dan yang paling sial, keduanya malah masuk menjadi Ibu tiri sang pemeran utama wanita. Sama-sama menjadi Istri dari seorang Marques, yang gemuk, jelek dan berperut hitam. Dua karakter, yang akan dihabisi oleh para pemuja Pemeran utama wanita.
Untuk menyelematkan nyawa mereka, keduanya berencana untuk kabur. Tapi tentu saja, tidak ramai tanpa mencuri dan kegagalan. Baca kisah keduanya, dengan kejutan karakter lainnya. ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
"Eh, si monyet ngorok ...."
Meira menutup mulutnya setelah di siku keras Tiara. "Maaf, aku tak sengaja."
"Kakakmu luar biasa. Satu dari antara sekian banyak bangsawan. Benar-benar langka. Sepertinya dia sangat kelelahan, padahal kami hanya pergi melihat lahan pertanian untuk kerjasama, tapi seperti yang kalian lihat, dia sudah seperti ini." Leroy tetap menjelaskan dengan sopan, untuk mengindari rumor bodoh tentang dirinya dan Ana.
Orang-orang pun kembali berbisik penuh ejekan.
"Astaga, itu mereka. Wanita dari rumah Marques. Cantik tapi menyedihkan."
"Ya, Marques jelek itu memiliki istri yang suka menginginkan laki-laki lain."
"Dia bahkan memiliki anak perempuan seusia istrinya. Menjijikkan."
Tiara dan Meira mencoba membangunkan Ana ditengah panas telinga mereka. Saat dilihat orang-orang itu, Ana tak juga bangun-bangun, mereka mengejek lagi.
"HEY, UNTUK APA MEMBANGUNKAN KAKAKMU. PERGI SAJA KALIAN DARI SINI, MUNGKIN KAKAKMU PERLU TIDUR DISAMPING SUAMINYA."
"Tolong jangan kasar begitu. Marchioness pasti sedikit kesulitan untuk beradaptasi dengan etika bangsawan." Kata Leroy seolah membela. Tapi siapapun tidak cukup bodoh untuk mengetahui, bahwa dia sedang menghina Ana.
Perkataan itu dengan cepat disambut tawa. Bukan tanpa alasan orang-orang itu begitu kasar, itu semua karena Marques Adam, juga bukan orang yang baik. Pria itu terkenal dengan kekayaan dan kekejamannya.
Tapi dari semua hal, Ana justru dibangunkan dengan tawa itu. Dia masih sangat linglung menatap semua orang, bahkan sempat menguap dan meregangkan tubuh mencari kenyamanan. Membuat ejekan semakin keras.
Melihat kondisi ini, Tiara dan Meira segera masuk dan menutup pintu kereta. "Pak kusir, kembali ke kediamannya kami." Perintah Tiara, yang kebetulan kereta yang dipakai, adalah kereta kediaman Marques.
"Eh, kenapa kita kembali?" tanya Ana saat sudah sadar.
Tapi keduanya tidak tahu harus menjawab apa saat kereta mulai dijalankan. "Heyy, hentikan! hentikan keretanya."
"Tidak! Untuk apa dihentikan!" Tolak Tiara.
"Kau tidak tahu, tapi Leroy mempermalukan dirimu tadi. Dia berpura-pura seolah membelamu, tapi mengundang semua orang untuk menyerapah dirimu. Ana, kau tadi tidur dengan mulut terbuka dan jelek sekali! Lalu pria itu membuka pintu kereta lebar-lebar, membiarkan semua orang melihat dan mentertawakan mu." Sambung Meira.
"Bukan hanya kau, mereka juga ikut mengejek kami." Kata Tiara yang jelas sekali kesal.
Ana masih terdiam mencerna semua yang dikatakan keduanya, ketika Tiara menyambung kembali.
"Lagipula kau ini bagaimana? bukankah kau sendiri yang mengatakan akan menangani Leroy?"
Ana kembali menerawang terhadap kejadian sebelum dia tidur. Leroy nampak sudah dalam genggamannya, karena pria itu sangat patuh.
Tapi sekarang Ana sadar, memang tidak semudah itu untuk menundukkan Leroy. Dia berhasil membuat pria itu melakukan keinginannya, tapi pria itu juga tidak segan mempermalukan dirinya. Memikirkan ini, dia menjadi sangat geram.
"Kembali!"
"Apa? Kenapa kita harus kembali? Tidak! Orang-orang disana akan mempermalukan kita." Tolak Tiara.
"Dengar, kita tidak kesana tanpa tujuan. Kita memiliki sesuatu untuk dilakukan, dan tidak bisa kembali hanya karena orang lain yang mempermalukan kita. Apa kita tidak punya mulut? jika orang lain mempermalukanmu maka balas saja."
Tiara dan Meira, seolah kembali tercerahkan. Ya, mereka kesana untuk berbelanja perhiasan-perhiasan berharga untuk di selundupkan sebagai rencana tambahan. Mengingat ini, mau tidak mau mereka harus segera kembali. Karena sebaik apapun segala rencana, yang paling baik, ialah memiliki rencana cadangan.
Dibawah komando Ana yang tidak bisa dibantah lagi, mereka akhirnya kembali.
Calix dan Leroy yang pasti ada di sekitar situ untuk menghadiri, sekaligus bertugas menjaga kuil saat hari khusus, melihat kebawah dengan terkejut. Posisi mereka di puncak kuil, sementara pasar yang tepat dibawah sana, membuat mereka bisa melihat jelas ketika kereta keluarga Marston yang kembali.
"Mereka benar-benar berwajah tebal." Ungkap Calix. Padahal belum lama dia merayakan kepergian wanita-wanita itu, tapi kini mereka sudah kembali dan membuatnya resah.
Sementara ketiga jiwa asing yang suka membuat keributan di dunia cerita itu, kembali dan keluar dari kereta dengan percaya diri, yang sudah pasti menjadi bahan pergunjingan. Tapi Ana adalah yang paling tebal mukanya. Dagunya terangkat tinggi sekali, tidak peduli jika masih memiliki air liur di pipinya.
Selain membeli perhiasan, mereka juga berencana pergi ke butik untuk membeli pakaian putih khusus ke kuil, memiliki agenda amat mengamati situasi.
"Ayo kesana." Tunjuk Ana, pada sebuah toko bergaya klasik kuno mewah, sesuai pada zaman itu.
Mereka bertiga lalu melihat-lihat perhiasan yang ada. Walaupun ada banyak penggunjing disekitar, tapi para pelayan toko tahu seberapa banyak uang kekayaan keluarga Marques. Jadi mereka tidak bisa diintimidasi oleh kelompok sosial, memilih melayani ketiganya dengan layanan terbaik dengan membawa mereka ke ruang khusus.
"Ini adalah rancangan terbaru dan paling langka Nyonya Marques" Kata kepala toko.
Ana mengangkat perhiasan yang terbuat dari Rubi itu. Memandangnya dengan hati-hati, sebelum dia melihat Tiara dan Meira.
"Astaga, dasar orang miskin." Kata Ana kepada keduanya. Baik Tiara dan Meira langsung menutup mulut mereka malu. Ya, saat mereka melihat perhiasan-perhiasan itu, mulut mereka terus terbuka penuh kekaguman. Tidak bisa disangkal, perbedaan latar belakang diantara mereka dan Ana benar-benar curam.
Ana tanpa perasaan menunjuk-nunjuk beberapa perhiasan. Dia bahkan membiarkan Tiara memakai Ruby merah itu dan Meira dengan safir biru. Keduanya yang tidak pernah memakai perhiasan seperti ini dalam hidup, hampir tidak bisa bergerak saking kakunya. Takut merusak perhiasan itu. Sementara Ana sendiri, dia hanya memakai anting yang besar dan bervolume berat, seberat masa lalunya.
"Tidakkah antingmu terlalu aneh?" tanya Meira
Ana menggeleng dengan percaya diri.
"Tidak apa, orang cantik selalu cantik tidak peduli apapun."
"Tapi tadi waktu tidur di kereta, kau jelek sekali." Kata Meira tanpa perasaan.
Ana menatap Meira lama, sebelum berteriak. "Pelayan, tolong ambil safir biru ini lagi!!"
"Eh jangan. Jangan!" Meira meringkuk, melindungi perhiasannya. Benar kata Ana, dia adalah seorang miskin jadi secara naluriah tidak bisa melepaskan hal-hal mewah seperti ini.
"Ck, ck, ck! Lihat wanita-wanita jalang ini!"
Ketiganya sontak memandang ke arah datangnya suara. "Astaga, anak haram kerajaan." Balas Ana langsung. Saat ini dia sudah mengetahui identitas asli Canira, tapi lebih dari itu, dia tahu bahwa Canira tidak berhubungan baik dengan Ratu saat ini, mengingat dia adalah anak dari wanita Raja yang tidak dinikahi. Yang dalam bahasa lainnya, dia mungkin kuat, tapi tidak sekuat itu, apalagi saat ini.
Seluruh tubuh Canira menegang. Ini pertama kalinya seseorang mengatakan statusnya, secara lantang selain daripada Ratu. Canira sampai mundur beberapa langkah, saking tidak percayanya ada yang berani menghinanya seperti ini.