Nasib naas menimpa Deandra. Akibat rem mobilnya blong terjadilah kecelakaan yang tak terduga, dia tak sengaja menabrak mobil yang berlawanan arah, di mana mobil itu dikendarai oleh kakak ipar bersama kakak angkatnya. Aidan Trustin mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, sedangkan Poppy kakak angkat Deandra mengalami koma dan juga kehilangan calon anak yang dikandungannya.
Dalam keadaan Poppy masih koma, Deandra dipaksa menikah dengan suami kakak angkatnya daripada harus mendekam di penjara, dan demi menyelamatkan perusahaan papa angkatnya. Sungguh malang nasib Deandra sebagai istri kedua, Aidan benar-benar menghukum wanita itu karena dendam atas kecelakaan yang menimpa dia dan Poppy. Belum lagi rasa benci ibu mertua dan ibu angkat Deandra, semua karena tragedi kecelakaan itu.
"Tidak semudah itu kamu memintaku menceraikanmu, sedangkan aku belum melihatmu sengsara!" kata Aidan
Mampukah Deandra menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi? Mungkinkah Aidan akan mencintai Deandra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa wajahnya mirip!
Aidan tidak melanjutkan makannya, dia meletakkan sendoknya di atas piringnya, kemudian memundurkan kursi rodanya, lalu memutar balik posisi kursi rodanya menuju Dokter Leo berada.
“Leo, ikutlah kami sarapan di sini. Masalah Dea nanti biar Bu Nani yang mengajak Dea ke kamar tamu, jadi kamu tidak perlu ke kamarnya,” ucap Papa Ricardo, mendahulukan Aidan yang terlihat ingin membuka suaranya.
Dokter Leo pun melirik temannya itu dengan tatapan amat menyenangkan. “Kebetulan saya sudah sarapan Om, tapi saya tidak menolak kalau dibuatkan kopi,” jawab Dokter Leo dengan santainya, dan menjatuhkan bokongnya disalah satu kursi yang kosong, sedangkan Aidan hanya bisa menghela napas.
Pak Benny yang standby di ruang makan, bergegas membuatkan kopi untuk Dokter Leo sekaligus memberitahukan Bu Nani untuk mengajak Deandra ke kamar tamu.
“Siapa Dea, Kak Ricardo?” tanya Harland sembari menyeruput teh hangatnya.
“Dea, itu pelayan pribadi Aidan,” jawab Mama Amber duluan, sebelum suaminya berkata jujur pada saudaranya.
“Oh,” mulut Harland hanya membulat saja. “Namanya Dea,” batin Harland sedang mencerna sesuatu.
Sementara itu Dokter Leo menggelengkan kepalanya, tidak menyangka sikap ibu temannya hampir sama dengan temannya, sama-sama menganggap wanita cantik itu hanya pelayan.
Aidan kembali bergabung di meja makan, sembari menunggu kabar dari Pak Benny.
Sekitar sepuluh menit kemudian ...
“Permisi Tuan Besar, ini Dea-nya sudah datang untuk diperiksa oleh Dokter Leo,” kata Pak Benny sembari membawa nampan berisi cangkir kopi untuk Dokter Leo.
GLEK!
Panas! Hati Aidan panas melihat Lucky memegang lengan istri keduanya, ditambah lagi Deandra tidak memakai kacamata, rambut panjangnya terurai begitu saja. Bagaimana Deandra mau pakai kacamata, wong kacamatanya entah ada di mana, waktu semalam Aidan lah yang melepaskan kacamatanya. Mata indah itu walau terlihat layu tetap memikat pria manapun, belum lagi tidak ada lagi wajah cantik yang tersembunyikan, yang selama ini terlihat culun.
Harland yang turut mendengar kata-kata Pak Benny, menoleh ke belakang bahunya.
DEG!
Ting!
Dentingan sendok makannya terdengar saat terlepas dari tangan pria paruh baya itu, jantungnya mulai berdegup dengan cepatnya di saat melihat sosok wanita yang bernama Dea.
“Kenapa wajahnya agak mirip Bianca?” batin Harland. Pria itu agak membuka mulutnya karena rasa terkejutnya.
“Ah mungkin hanya sekedar mirip, bukankah di dunia ini ada tujuh orang yang memiliki wajah mirip,” kembali batin Harland berkata-kata dan segera menyadarkan dirinya. Namun, dia tetap memperhatikan Deandra dari tempat duduknya.
Berbeda dengan ekspresi Mama Amber, wanita paruh baya itu terbelalak melihat menantu keduanya yang sangat berbeda, dan mulutnya mengangga. Melihat ekspresi kaget istrinya, Papa Ricardo tergelitik ingin menertawakannya.
“Ada apa ini kenapa dia berbeda, mana wajah culun dia sebelumnya!” batin Mama Amber.
“Lucky, tanganmu!” sentak Aidan dengan lirikan tajamnya.
Lucky langsung tersadar tangannya masih nyaman memegang lengan Deandra habis membantu memapahnya dari paviliun bersama Bu Nani karena dia masih mengeluh pusing. Dari pada pingsan di jalan, lebih baik dibantu papah pikir Lucky, namun tidak disangka dia dapat tegurnya dari lirikan tajam tuannya.
Dokter Leo sigap berdiri dari duduknya dan bergegas mendekati Deandra, merasa kondisi wanita itu masih kelihatan kurang sehat, Dokter Leo langsung membopong Deandra sampai wanita itupun memekik terkejut.
“Tunjukkan di mana kamar tamunya,” pinta Dokter Leo tanpa basa basi lagi pada Bu Nani.
Hati Aidan semakin jadi panas, semakin dibuat mendidih tak kepalang dengan tindakan temannya.
“Kurang ajar kalian berdua, sudah semena-mena tidak menganggap dia istriku ... Aku ini suaminya ... Kalian anggap aku apa ... Arrrghh!” geram batin Aidan, kedua tangannya mencengkeram kedua pahanya sekuat tenaganya, dia benci dengan kakinya yang masih lumpuh itu! Andaikan dia tidak lumpuh, maka dialah yang mengendong Deandra.
Dibalik cangkir kopi yang disesapnya, Papa Ricardo tersenyum penuh kemenangan melihat raut wajah kesal Aidan.
Harland melayang pandangan ke Papa Ricardo. “Kak Ricardo, tumben pelayannya cantik sekali, benarkah dia hanya pelayan saja di sini? Padahal dia bisa lebih dari seorang pelayan di luar sana,” kata Harland, otaknya mulai bekerja, bisa melihat seseorang yang memiliki peluang untuk menjadi seorang bintang.
Bianca istrinya sendiri adalah seorang supermodel berkat tangan dingin Harland, namun tidak membuat Bianca mabuk kepayang dengan dunia keartisannya, setelah menikah dengan Harland hidupnya dia dedikasikan untuk suami dan anak mereka berdua.
Mama Amber menolehkan wajahnya dan menatap penuh tanda tanya pada saudara sepupu beda garis keturunan neneknya. Nenek dari Mama Amber dan nenek dari Harland adalah saudara sepupu, jadi hubungan Amber dan Harland bisa dikatakan saudara sepupu jauh. Hingga pernikahan Aidan dan Deandra masih diperbolehkan dalam agama.
“Dia hanya seorang pelayan di sini Harland, jangan pikiran yang aneh-aneh deh kamu. Masa kamu bilang bisa jadi sesuatu yang lebih dari seorang pelayan,” celetuk Mama Amber sembari menutupi rasa gusarnya tersebut.
Aidan yang masih berada di antara mereka, meneguk segelas air putih kemudian menyentak gelas tersebut di atas meja makan.
“Aku permisi.” Pria lumpuh itu berlalu tanpa menunggu jawaban dari siapapun.
Kemanakah Aidan pergi? Sudah pasti dia menyusul Deandra ke kamar tamu yang ada dilantai yang sama. Sesampainya di sana, Aidan melihat wanita itu tersenyum ramah pada Dokter Leo, entah apa yang membuat wanita itu tersenyum.
Bu Nani yang berada di kamar tamu bergerak memberikan ruang untuk tuan mudanya yang baru saja masuk, lalu meninggalkan kamar tamu.
“Sudah selesai periksanya, Leo?” tegur Aidan dengan suaranya terkesan dingin. Pria berjas putih itu melirikan matanya sejenak saat menyuntikkan vitamin di infusan Deandra. Deandra yang tak sengaja melihat Aidan, langsung memalingkan wajahnya dari tatapan Aidan.
“Semua obat sudah saya suntikan, jangan lupa hari ini istirahat total biar cepat sembuh. Makan yang banyak ya, nanti obat vertigonya bisa kamu minum setelah isi perut ya,” ucap Dokter Leo begitu perhatian pada Deandra. Kedua telinga Aidan dibuat panas dengan kata-kata penuh perhatian temannya itu.
Irfan yang berada di kamar tamu, bergegas merapikan kotak medis yang dibawa oleh Dokter Leo, sedangkan pria berjas putih itu mendekati Aidan dengan tatapan nyelenehnya.
“Aku sudah selesai periksa Dea, dia masih demam dan butuh istirahat agar cepat sembuh. Jangan kamu suruh dia bekerja dulu, jika dia memang pelayanmu di sini. Oh iya satu lagi ... aku mengingatkan hari ini ada jadwal kamu fisioterapi di rumah sakit kata Dokter Gio, takut kamu lupa. Rupanya kamu mau jalanin terapi juga, kenapa tidak sejak dulu saja,?” ucap Dokter Leo.
Wajah tampan itu melukiskan raut wajah yang kesal dengan temannya atas semua perkataan serta tindakannya yang telah berani mengendong istrinya di hadapannya. Melihat raut itu, Dokter Leo sedikit mencondongkan dirinya agar lebih dekat dengan posisi Aidan.
“Jangan-jangan kamu mulai terapi karena ingin mengendong istri keduamu'kan. Ternyata istri keduamu itu sangat cantik kalau dilihat dari dekat walau dalam keadaan sakit ya, belum lagi saat aku mengendongnya tubuhnya wangi sekali. Aku siap menunggu janda istri keduamu itu, lagi pula istri tercintamu sudah mulai ada kemajuan di rumah sakit,” tutur Dokter Leo agak berbisik tapi penuh penekanan, lalu dia mengerlingkan salah satu matanya. Terkepallah kedua tangan Aidan dengan eratnya, lirikan matanya mulai berapi-api.
“Ingatlah Poppy mulai ada tanda-tanda akan sadar dari tidurnya kata team dokter di sana, jika Poppy tahu kamu menikahi adik angkatnya. Pasti dia akan menuntut kamu untuk menceraikan Dea. Jadi jangan serakahlah, lagi pula kamu hanya menganggap dia sebagai pelayanmu'kan,” kata Dokter Leo, dia menarik tubuhnya kemudian menepuk bahu pria lumpuh itu, dan menyeringai tipis saat mendapat tatapan tajam dari Aidan.
“Jangan lupa bayarannya langsung transfer ke rekeningku,” lanjut kata Dokter Leo, kemudian dia berlalu diikuti oleh Lucky yang membawa tas medisnya.
“Keterlaluan kamu, Leo!” teriak Aidan saat temannya sudah keluar dari kamar tamu.
Bersambung ...
Saya berharap Kakak Readers selalu stay disini ya, karena dukungan dari kakak readers sangat berharga buat karya ini. Terima kasih sebelumnya.
Lope Lope sekebon 🍊🍊🍊🍊🍊
keren thor..
aq suka ma novel2 mu.....
sukses selalu thor...../Heart//Heart//Heart//Heart/