Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Nadia, Vanesa dan Angel sedang duduk santai di bawah pohon rindang di sekolah mereka saat jam istrirahat. Mereka bertiga hanya duduk sambil memandang langit yang cerah tanpa awan di atas sana. Diam, hanyut dalam pikirannya masing-masing. Hingga Nadia mengawali cerita tentang pertemuannya dengan Nyonya Besar.
Vanesa dan Angel pun seketika bersemangat mendengar cerita Nadia.
“Aku puas banget lihat muka kesalnya nenek sihir” kata Nadia mengawali ceritanya, tidak lupa dia juga bercerita tentang Nyonya besar yang sangat ramah padanya.
“Mungkin itu bisa jadi pertanda lampu hijau, Nad” seru Vanesa yang menanggapi kalau Nyonya besar tertarik pada Nadia.
“Masak sih” kata Nadia ragu, mana mungkin wanita dengan derajat tinggi seperti Nyonya besar mau memiliki menantu seperti dirinya jika sudah ada Sarah yang sangat sempurna sebagai menantunya.
“Tapi kelemahan nenek sihir adalah anak, mungkin saja dia mandul ladi nggak bisa punya anak” Angel menambahkan.
“Benar juga” Vanesa ikut membenarkan.
“Tapi dari yang aku dengar sih, Tuan Bintang yang bermasalah” kata Nadia. Yang dia dengar dari percakapan sarah dan Nyonya besar kemari adalah Bintang yang punya masalah dengan kesehatannya.
“Tapi mungkin saja itu hanya akal-akalan nenek sihir supaya tidak di marahi sama Mamanya Tuan Bintang” kata Vanesa sok tahu.
“Nyonya besar pasti akan menerima kamu sebagai menantunya kalau kamu bisa hamil anaknya Tuan Bintang”
“Angel...” teriak Nadia yang bulu kuduknya berdiri mendengar Angel mengatakan hamil.
“Kenapa, Nad. Bisa jadi juga apa yang Angel bilang itu benar” Vanesa menambahkan.
“Ihh, kalian pikirnya kejauhan tahu” kata Nadia dengan kesal. Bisa-bisanya Vanesa dan Angel menyebut kata hamil sedangkan dia saja tidak tahu akan seperti apa hubungannya dengan Bintang kedepan.
“Kan bukan sekarang, Nad. Setelah hubungan kamu sama Tuan Bintang berjalan baik, setelah kita lulus” kata Vanesa meredakan kekesalan Nadia.
“Iya, bukan sekarang. Tapi kalau kamu mau sekarang juga boleh-boleh saja sih” Angel lalu lari karena Nadia mengejarnya ingin mencubitnya.
“Ampun...” teriak Angel saat Nadia berhasil menangkap dan melampiakan kekesalannya pada Angel. Dia merinding membayangkan sedang hamil.
Jam istirahat usai, ketiga gadis itu kembali ke kelasnya saat bel berbunyi dengan nyaring. Mereka kembali fokus pada pelajaran karena ujian akhir sudah di depan mata.
Seperti saat sekarang saat jam sekolah sudah usai, semua siswa yang akan melaksanakan ujian akhir tidak di perbolehkan pulang. Mereka semua harus mengikuti pelajaran tambahan sebagai persiapan menghadapai ujian nanti.
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore saat semua siswa itu keluar dari kelasnya masing-masing dengan wajah lelah. Mereka sudah belajar sepanjang hari dan masih di beri tugas untuk di kerjakan di rumah.
“Aku capek banget” keluh Vanesa. Wajah manisnya terlihat sangat lelah, begitupun Nadia dan Angel.
“Aku pulang duluan yah” Nadia pamit pada temannya saat ojek langganannya sudah datang. Anesa dan Angel pun pulang naik taksi online.
“Vanesa”
“Heemmm...”
“Bulan depan aku nggak bisa lagi tinggal di apartemen” kata Angel membuat Vanesa terkejut.
“Kenapa?” tanya Vanesa dengan kerutan di dahi.
“Aku sudah nggak bisa bantuin kamu bayar lagi” jawab Angel menggantung.
“Om Bryan sudah nggak mau kasih kamu uang lagi” tebak Vanesa, Anggel menggeleng.
“Aku sudah nggak sama Om Bryan lagi” Vanesa membuka mulutnya dengan lebar, sekali lagi Angel membuatnya terkejut.
“Kenapa...? kalian ketahuan” tebaknya yang membuat supir taksi melirik mereka dari kaca spion. Vanesa melihat supir itu melirik mereka tapi tidak mau mengubrisnya sama sekali.
“Om Bryan mau pindah ke luar negeri sama keluarganya, katanya dia mungkin tidak bisa kembali dalam waktu dekat. Jadi hubungan kami tidak bisa di lanjutkan lagi” jelas Angel. Vanesa ikut sedih mendengarnya. Bukan soal materi yang di dapatkan Angel dari Bryan, tapi laki-laki itu sudah memberi banyak kebahagiaan untuk Angel.
Vanesa memeluk Angel dengan wajah sedih sambil menepuk-nepuk punggung temannya itu. Sementara Angel, walaupun dia sedih kehilangan Bryan, tapi dia terlihat biasa saja. Yang terlihat sedih justru Vanesa.
“Tidak apa-apa lagi, Vanes. Toh cepat atau lambat juga hubungan kami akan berakhir. Kita, aku, kamu dan Nadia. Kita bertiga punya hubungan terlarang dengan suami orang, cepat atau lambat pasti juga akan ketahuan. Kecuali mereka berpaling dari istrinya” kata-kata Angel serasa tidak bisa Vanesa terima. Dia memang hanya menjadi hiburan untuk sang kekasih gelap, tapi sepertinya Vanesa sama seperti Nadia. Dia juga memakai hatinya dalam menjalani hubungan terlarang itu.
“Terus kenapa kamu tidak mau tinggal di partemen, kalau hanya karena uang aku tidak masalah”, kata Vanesa. Bahkan tanpa di bantu Angel, Vanesa bisa membayar sewa apartemen itu seorang diri.
“Aku akan minta Om Alex untuk bayar, jadi kamu nggak usah khawatir lagi” Angel merasa tetap tidak enak tinggal gratis di tempat itu. apalagi sekarang dia tidak punya uang untuk membeli kebutuhan pribadinya.
“Apa aku kerja aja yah” kata Angel. Dia merasa butuh mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhannya. Orang tuanya pasti tidak akan memberikan uang jajan lebih padanya.
“Mana bisa, kamu mana punya waktu. Sebentar lagi kita mau ujian, butuh waktu untuk belajar dan juga menenangkan pikiran. Kalau kamu kerja yang ada kamu stress, terus bagaimana mengerjakan soal ujiannya” oceh Vanesa panjang lebar.
Taksi sudah sampai di depan gedung apartemen, mereka berdua turun dari mobil.
“Hati-hati, Pak. Bola mata Bapak nanti keluar loh” kata Vanesa meledek supir taksi yang sejak tadi memperhatikan mereka dari kaca spion.
“Semalam berapa, Neng?” supir taksi itu berfikir Angel dan Vanesa adalah gadis bokingan setelah mendengar cerita mereka di dalam mobil tadi. Supir taksi yang juga sudah berumur itu keluar dari mobilnya dan mendekati Vanesa dan Angel.
“Om bisa bayar berapa pun yang kamu mau asal” kata supir taksi itu sambil mata nakalnya melihat Vanesa dari atas atas sampai bawah sambil memainkan lidahnya.
“Om bisa bayar berapa memang?” Vanesa menantang supir taksi genit itu. Dia sengaja mengibaskan rambutnya agar terlihat lebih seksi.
“Sudah, nggak usah di ladeni” kata Angel menarik tangan Vanesa, Vanesa yang tersinggung tidak mau mendengarkan Angel.
“Om pulang aja dulu, mandi pakai pakaian yang rapi dan wangi. Terus bawa limosin buat jemput aku” kata Vanesa.
“Aku nggak mau kalau Om hanya bawa mobil Om yang ini, tapi itupun kalau ini memang mobil Om” sambung Vanesa lagi mengejek supir taksi itu.
“Sombong banget sih kamu, perempuan panggilan aja banyak gaya” maki supir taksi itu pada Vanesa.
“Biarin, dari pada mau bergaya tapi nggak punya modal” ledek Vanesa. Angel yang melihat supir itu sudah merubah mimik wajahnya pun menarik Vanesa masuk ke dalam gedung apartemen. Dia takut omongan Vanesa semakin tidak terkendali hingga membuat supir itu marah dan memakai kekerasan.
“Vanesa, nanti kalau dia memukul bagaimana” bisik Angel yang kesal melihat Vanesa tidak mau masuk.
Dan benar saja, supir taksi itu menarik paksa tangan Vanesa bermaksud membawanya masuk ke dalam mobil. Tapi teriakan kencang Vanesa dan Angel berhasil mengundang orang-orang untuk berlari ke arah mereka dan menolong Vanesa.
Supir taksi yang akan kabur itu di tahan orang-orang, dan dia berhasil di bawa ke kantor polisi. Vanesa yang kesal melihat pergelangan tangannya memerah akibat cengkraman keras supir itu memnita sekertaris orang tuanya untum memberi pelajaran pada supir itu.
“Nona, anda baik-baik saja” kata seorang laki-laki dengan pakain formal saat mendatangi kantor polisi.
Melihat itu polisi memberi tahu kepada supir itu siapa orang tua Vanesa. Supir itu kaget bukan main mendengar nama belakang Vanesa. Dia sungguh menyesal sudah mencari gara-gara dengan Anak konglomerat negeri ini.
kalau di kehidupan nyata sudah pasti salah.