Sebuah cerita yang berfokus kepada seorang remaja bernama Celvin Lloyd Relgi. Dia berangan-angan untuk menjadi seorang pahlawan kelas-S terkuat yang pernah ia dambakan. Bersama teman-temannya mereka pergi berpetualang dengan keseruan, candaan, suka dan duka akan mereka alami pada perjalanan mereka. Musuh-musuh yang menjadi lebih kuat seiring berjalannya waktu membuat Celvin ingin menjadi semakin kuat demi melindungi orang-orang yang ia pedulikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si Bogeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5: Misteri Kota Tengah Malam II
Setelah berdiri cukup lama di depan kelas, kami akhirnya dipanggil masuk ke kelas. Tetapi bukan untuk duduk kembali. Bu Linia, memanggil kami untuk….
“Celvin, Finn, kalian berdua pergi menghadap kepala sekolah sekarang,” ucap Bu Linia pada kami.
Mendengar itu, kami pun shock dan terkejut. Sontak, kami berdua terlihat seperti orang yang panik.
L-Lho, kenapa nih?! Jangan bilang kami dikeluarkan dari sekolah! Enggakkan?!
“K-Kenapa ini Bu, ada apa?” tanya Finn dengan nada yang panik.
Dengan santai bu Linia menjawab.
“Sudah, pergi saja sana”
Sial, tidak ada kepastian dari bu Linia. Baiklah kalau begitu, sepertinya kami harus menghadal sekarang.
Kami kemudian pergi menuju ruang kepala sekolah melewati lorong dan kelas-kelas. Pada Akhirnya kami sampai di ruang kepala sekolah, ruangannya cukup luas seperti kantor pada umumnya. Aku dengar-dengar, katanya juga kepala sekolah disini merupakan mantan pahlawan kelas A. Dia bernama Edward.
ada banyak hal yang terdapat pada ruangan tersebut salah satunya bingkai pada saat kami memenangkan pertandingan basket, dan aku termasuk pada salah satu anak di foto itu. Jadi kangen rasanya, tapi aku masih terbayang dengan insiden tak lama ini yang membuatku berhenti bermain basket dengan kemauanku sendiri.
Pak Edward menatap dengan tajam dan ekspresi yang datar.
“Celvin, Finn, kalian tahukan kenapa kalian dipanggil menghadap saya?” Tanya pak Edward pada kami.
“I-iya pak, maafkan kami,” ucapku sambil menunduk.
“Kalian sudah tidak masuk selama 2 hari tanpa kabar, walaupun aku tahu kalian sedang menjalankan misi” ucap pak Edward sambil menyilangkan tangannya.
Pak Edward kemudian menghela nafas dan berkata.
“Begini, sebenarnya aku tidak marah kepada kalian berdua, justru ini mengingatkanku kepada masa muda bersama sahabat karibku. Kalian berdua juga tahu kan aku dulu juga mantan pahlawan?”
Sambil tersenyum ringan pak Edward berkata
“Ya sudah kalau begitu, untuk kali ini bapak toleransi—karena kalian menjalankan misi. Lain kali bikin dulu surat izin dan tunjukan surat ajuan kepada saya, mengerti?”
Kani berdua akhirnya bisa bernafas lega karena ini hanyalah teguran dari pak Edward.
“Baik terima-kasih pak,” ucapku sambil tersenyum pada pak Edward.
“Omong-omong aku mendengar kalian berdua sedang menyelidiki kasus Shadow ya?” tanya pak Edward dengan serius pada kami.
“Iya benar pak, ada apa?” jawabku dengan bingung
“Oh begitu ya. Saran bapak, kalian berhati-hati dengan si Shadow itu, dia orang yang berbahaya. Sekelas Silent Death saja kewalahan mengejarnya” ucap Pak Edward pada kami
Kami pun menganggukan kepala setelah perkataan pak Edward tersebut.
Setelah menghadap pak Edward, tak terasa sudah jam istirahat,
Lho?! Kami barusan ngapain aja dah? Tiba-tiba udah jam segini.
Kami akhirnya berjalan menuju kantin. Ketika dalam perjalanan, kami bertemu dengan kedua teman sekelas kami.
“Eh Celvin, Finn, apa kabar?”
Ucapnya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya pada kami.
“Baik. Bagaimana dengan kalian?” jawabku sambil tersenyum.
“Kami juga baik-baik saja” jawabnya
Mereka adalah Viro dan James, mereka berdua teman sekelasku, Viro memiliki tinggi badan yang cukup dibilang rata-rata, rambutnya berwarna hitam dan memiliki perlawakan yang ceria.
“Hey, kalian nampak sehat” jawab James pada kami.
Dan satu lagi ini ini James, dia orang yang cukup baik, dia memiliki rambut yang kuning entah mengapa alasannya. Yah aku berkata seperti itu sementara rambutku sendiri merah, perlawakannya sendiri cukup santai, dia nggak terlalu ambil pusing soal masalah dan lebih memilih menjauh atau menyelesaikannya dengan kepala dingin.
“Omong-omong, apakah kalian berdua tahu soal rumor Shadow itu?”
Tanya Viro sambil mendekatkan tangannya ke samping mulut dan seolah-olah berbisik pada kami.
“Ya kami sudah dengar tentang rumor itu, dan kami berniat untuk mengambil misi menghadapinya” jawabku dengan percaya diri.
mereka berdua kemudian terkejut dan shock mendengar perkataanku tadi. Dengan berteriak, Viro berkata padaku.
“H-HEY?! KALIAN TIDAK TAHU APA YANG KALIAN LAKUKAN?” ucap Viro yang terkejut.
Teriakkannya menggema hingga ke seluruh lorong.
“Tenang saja kami tahu apa yang kami lakukan, nggak apa-apa kok” jawabku dengan santai
James yang biasanya tenang berkata dengan panik.
“KALIAN SUDAH GILA YA?! KALIAN BISA SAJA TERBUNUH”
Dengan wajah yang santai, aku menjawab James.
“Tenang saja, kami dapat mengatasi hal ini”
Sambil menghela nafas dan menundukkan kepalanya, Viro berkata.
“aduh... kalian susah banget kalo dibilangin, yaudah deh kalau begitu semoga beruntung saja. Dan ingat berhati-hatilah, kalian sedang menghadapi musuh yang kuat”
“Ya, kami tahu itu” ucapku sambil menganggukkan kepalaku.
"Ya sudah deh, senoga kalian beruntung saja" ucap James pada kami sambil berjalan ke kelas dan melambaikan tangannya.
***************
Ketika kami berjalan ke kantin, aku terpikir sesuatu.
aku jujur masih sedikit ragu dengan keputusan yang kuambil ini, tidakkah ini terlalu naif dan egois?
kataku dalam hati. Finn lalu melirik ke arahku, dengan wajah yang terlihat ragu—dia bertanya.
“Hey Celvin, kau yakin tentang mengambil misi ini?” Tanya Finn dengan ragu padaku
“Aku sebenarnya sedikit ragu sih, tapi kita coba aja dulu. Siapa tau ini bisa menjadi batu loncatan untuk kita,” jawabku pafa Finn.
“ada benarnya juga sih, yasudah kalau begitu, tapi sebelum itu kita konfirmasi dulu ke admin sekaligus setor muka,” ucap Finn padaku.
“Ya baiklah” jawabku sambil menganggukan kepalaku.
Setelah pulang sekolah kami pun berjalan ke kantor cabang U.H.O dan menemui mbak admin untuk melaporkan misi sebelumnya dan mengkonfirmasi tentang misi yang akan kami ambil.
“HAHHH!! KALIAN SERIUS INGIN MENGAMBIL MISI INI?!!” Teriak mbak admin sambil menghantamkan kedua tangannya di meja.
Aku sambil menganggukkan kepalaku berkata
“Ya kami sudah yakin ingin mengambil misi ini”
Seakan tak percaya, mbak itu berpikir sebentar lalu mendapatkan solusinya
“Ahhh benar juga”
Mbak itu kemudian menghadap belakang, dan mengambil berkas yang ada di rak yang ada di belakangnya.
“Ini, beberapa informasi tentang Shadow”
Sambil menunjukkan salah satu berkas yang sepertinya tidak lengkap.
Aku yang kebingungan bertanya soal berkas yang diberikannya.
“Loh kok isi informasinya sedikit?”
“Ya benar, seperti yang kalian lihat kami kekurangan informasi tentang sosok misterius Shadow itu. Jadi kami ingin kalian menggali informasi sedalam-dalamnya tentang dia”
Finn yang kebingungan kemudian menjawab.
“Loh kan kami ingin membantu mencari jug-”
Sebelum bisa menyelesaikan kalimatnya, mbak admin, berdiri sambil menghantam meja dengan keras melalui kedua tangannya dan teriak.
“NGGAK BOLEH!!”
Teriakkannya membuat seluruh orang yang berada di lobby utama melihat pada kami semua. Sambil melihat sekitar seakan malu, dia berkata lagi sambil mengepalkan tangan dan mendekatkannya ke mulut.
“Ekhem, maaf tapi tingkat kalian masih belum cukup tinggi untuk mengambil misi ini. Jadi untuk alternatifnya kalian hanya bisa mencarikan informasi yang berguna untuk para pahlawan yang tingkatnya lebih tinggi untuk menggunakannya”
Ah begitu ya, sayang banget, padahal kami sudah berharap bisa membantu lebih.
“Oh ya. Omong-omong soal misi sebelumnya, aku cukup kagum dengan pencapaian kalian,"
"Walaupun bisa saja membahayakan diri kalian sendiri, misi kalian hanya lah membasmi Fiend yang muncul di sekitar Desa Raikora. Tapi kalian malah membunuh Alpha dari mereka,” ucap Mbak Admin pada kami.
Ya... kalau diingat-ingat lagi kami memang sedikit melewati batas sih.
“Oleh karena itu kami mendapatkan laporan dari kepala desa pak Olsea. Dia bilang kalau kalian mengalahkan GrandFiend, jadi sepertinya ada perkembangan pesat pada level kalian. Dan setelah pertimbangan yang cukup lama, oleh karena itu kalian akan dinaikkan tingkatnya”
Dengan senang kegirangan kami berkata
“Benarkah?!”
“Ya tentu saja, ini” *sambil menunjukan layar yang memberitahu statistik kami*
“Lihat, kalian sudah naik ke tingkat C-2 dan C-3, baru kali ini aku melihat orang bisa naik tingkat dengan secepat ini, selamat ya”
“Ehm, terima kasih mbak” ucapku sambil menganggukan kepalaku.
“Tidak perlu terima kasih, lagian ini juga kan hasil kerja keras kalian” ucap Mbaknya sambil tersenyum pada kami.
Bagus!! Sepertinya kekuatan kami meningkat karena kejadian sebelumnya, dan sepertinya kami juga mendapatkan pengakuan dari admin.
Setelah setor muka, kami akhirnya pulang dan beristirahat sejenak.
Ketika aku sudah sampai di rumah, Finn tiba-tiba mengirimkanku pesan.
(Finn):
Jadi bagaimana, apakah kau ingin mengambil misinya?
^^^(Celvin):^^^
^^^Ya aku akan mengambil misinya.^^^
(Finn):
Baiklah kalau begitu nanti jam 9 malam temui aku di kantor cabang, DAN JANGAN LUPA BIKIN SURAT IZIN TERLEBIH DAHULU.
^^^(Celvin):^^^
^^^Iya-iya hehe.^^^
Aku kemudian membuat surat izin. Tapi kira-kira berapa lama ya? Satu hari? Dua hari? entahlah aku tulis saja “Tak tentu dan akan ku usahakan untuk datang sekolah bila bisa”
***************
Tak terasa waktu pun menunjukan pada jam 9 malam tepat, aku bersiap-siap pergi ke kantor cabang, dengan menaiki kereta bawah tanah.
Ketika sedang ada di kereta, aku melihat-lihat berita yang ada di handphoneku.
“Korban lainnya berjatuhan lagi ya? Sepertinya ini akan menjadi kasus yang cukup sulit.”
Dan omong-omong aku mengingat lagi saran dari Aqua.
“Ingat arahan ini Celvin, atau kau bisa membahayakan dirimu sendiri, selalu lihat langit pada jam 11-12 malam hindari tempat gelap dan sepi selalu siap siaga, karena Shadow”sendiri tak segan menusuk lawannya. Apa kau mengerti?”
Melihat atas? Maksudnya apa coba, dia melompat dari satu gedung ke gedung lain gitu? Kalau dipikir-pikir lagi ada benarnya juga sih, sampai Silent Death saja tidak mampu mengejarnya. Yaudah kalau gitu, aku akan diskusikan hal ini dengan Finn.
Kereta akhirnya berhenti dan aku sampai di kantor cabang, terlihat Finn sudah menunggu di depan gedung. Dia kemudian menyapaku dan berkata.
“Hey Celvin, kau sudah datang ya. Baiklah kau sudah siap?” Tanya Finn padaku.
“Ya sepertinya aku sudah membulatkan tekadku”
“Baiklah ayo kita masuk”
Kami berdua kemudian masuk ke dalam gedung, dan ternyata suhu di dalam gedung cabang pada malam hari cukup dingin ya. Mengingat cuaca malam ini dingin sekali, dan lagi banyak AC yang ada di gedung.
Sambil berjalan ke admin terlihat banyak pahlawan kelas B dan A yang sedang duduk-duduk, mereka ngapain ya? Mungkin sedang berdiskusi atau santai-santai.
Kami pun mengajukan misi dan menyetujui misi yang akan kami ambil
“Baiklah ini misi kalian dan INGAT, misi kalian hanyalah investigasi dan analisis. Jangan bertindak lebih dari itu” ucap Mbaknya sambil mengangkat satu jarinya.
“Iya-iya kami paham” jawabku sambil menganggukan kepalaku.
“Baiklah kalau begitu semoga beruntung”
Sambil berjalan keluar dan mulai berkeliling sejenak, Finn berbicara kepadaku soal kejadian malam ini.
“Hey Celvin, apakah kau lihat berita malam ini?” Tanya Finn sambil memiringkan badannya menghadapku.
“Ya, aku baru saja melihatnya tadi” jawabku pada Finn.
“Begitu ya? Makin banyak korban yang berjatuhan”
Terdengar mengerikan, bagaimanapun kami harus menghentikan siapapun sosok Shadow itu. Mungkin dengan bertanya kepada warga sekitar dapat membantu.
Lalu kami berdua bertanya pada warga sekitar
“Shadow ya? Aku sebenarnya kurang tahu sih tentang dia.”
“Shadow? Entahlah aku baru saja datang ke TKP ketika kejadian itu terjadi.”
“Entahlah aku tidak tahu apa-apa.”
***************
Sudah banyak warga yang kami tanyai, namun tidak ada satupun dari mereka yang memberikan informasi yang penting sekarang aku mulai ragu tentang misi ini
Sambil berjalan mengelilingi kota kami mencari informasi lainnya.
Kemudian Finn, menghadap ke arahku dan bertanya.
“Hey Celvin, apakah kau sudah menemukan hal yang berguna untuk investigasi ini?”
Aku menggelengkan kepalaku. Lalu aku menghela nafas dan berkata.
“Aku mulai ragu tentang misi in-”
Terdengar suara teriakan wanita dari kejauhan, aku dan Finn yang terkejut langsung melihat sekitar dan berkata.
“Apakah kau dengar itu?!”
“Ya, ayo kita cepat-cepat kesana”
Kami langsung secepatnya melesat ke TKP. Walaupun Finn yang sampai duluan. Yah itu juga karena kekuatan elementalnya petir jadi ga heran kalau dia bisa secepat itu.
Kami sampai ke TKP dan…
SEBUAH PEMBUNUHAN!! baru kali ini Shadow membunuh seseorang. Tampak banyak warga yang mengelilingi TKP dan polisi sedang mengamankan tempat kejadian. Terlihat seorang korban jiwa adalah lelaki paruh baya, terdapat luka sayat yang besar sampai perut pria tersebut terbuka dan luka sayat pada wajahnya, terlihat juga ada seorang wanita yang sedang menangis, polisi sedang mengamankan wanita tersebut.
Dengan wajah yang Terkejut, Khawatir dan takut Finn berkata
“Apa...apa ini?!” Ucap Finn sambil yang menahan muntah dan menatap ke arahku.
Finn mendekat padaku, sambil berkata.
“Hey!! Celvin, kau yakin tentang misi ini?!!”
Aku yang terkejut tak dapat berkata-kata lagi, karena ini baru pertama kalinya Shadow membunuh seseorang.
Dengan berteriak, Finn menggenggam pundakku dan berkata.
“HEY!! JAWAB AKU, KAU YAKIN SOAL MISI INI HAHH!!”
Aku masih diam membisu sambil menghadap ke bawah dengan ekspresi gelisah.
“Sudah lah!! aku berhenti saja, menemanimu bisa saja membuatku terbunuh. Kau memang benar-benar gila soal ingin menaklukan si 'Shadow' ini,”
Dengan marah Finn membalikkan wajahnya dan pergi menjauh, aku mencoba mengejarnya namun tak bisa.
“Tunggu, Finn!!” ucapku sambil mencoba menggapainya.
Ah sial!! Karena aku, Finn malah menjauh. Ini semua memang salahku—aku terlalu naif dan berfikir kalau aku dan Finn bisa menyelesaikan misi ini.
Aku akhirnya melanjutkan pencarian dan selama dua jam lebih, tidak ada hal aneh yang terjadi
Tak disangka sekarang sudah jam sebelas malam, ibuku tadi menelpon untuk menanyakan kabarku. Ibuku tampak mengkhawatirkanku karena berita yang baru saja beredar.
Baiklah ini sudah jam sudah malam, aku akan berkeliling lagi dan mendengarkan saran Aqua. Melihat ke langit
Tak terasa sudah beberapa menit aku melihat keatas, aku terlihat seperti orang bodoh melihat ke langit.
“Maksudnya apa coba?, aku sudah melihat keatas dan... tunggu!!”
Aku melihat sesuatu dari atas gedung, terlihat sebuah siluet hitam yang berjubah.
Dia kemudian meluncur dengan cepat menuju seorang remaja yang sedang berdiri di depan halte. Aku yang melihat itu langsung melesat dengan cepat untuk menyelamatkan pria itu.
“HEY, AWAAAS!!!”
*SRATT!!
Aku mendorong remaja tersebut dengan kuat, beruntung remaja tersebut berhasil kuselamatkan, tapi Shadow berhasil menebasku di bagian kiri punggungku. Beruntung tebasannya tidak begitu fatal, hanya merobek sebagian baju dan hoodieku, walaupun aku sedikit terluka, namun paling tidak aku berhasil menyelamatkan remaja itu.
Aku yang berhasil menyelamatkan pria tersebut bernafas dengan lega, namun tak ku sangka aku melihat Shadow tepat di hadapanku, aku yang yang terkejut sontak langsung berdiri dan mencabut pedangku dan bersiap untuk bertarung. Namun ketika aku mengarahkan pedangku padanya, dia langsung melompat menjauh.
Terdengar seorang wanita dari belakangku dan dia kemudian berkata.
“Kalian baik-baik saja?!”
Ternyata itu adalah Amanda yang sedang mendekat, wajar saja dia langsung lari.
Amanda datang dengan baju zirah berwarna orennya yang terang, ada alasan dia dipanggil “Angel of Savior” salah satunya ini. Ya... selain faktanya kalau dia memiliki elemental Phoenix.
“Y-Ya kami baik-baik saja”
Remaja yang aku tadi selamatkan menangis dan berterima kasih karena telah kuselamatkan.
“TERIMA KASIH!! TERIMA KASIH BANYAK KAU TELAH MENYELAMATKAN HIDUPKU!!”
Aku pun hanya bisa tersenyum sambil berkata
“Y-Ya tak mengapa, itu sudah tugasku,” jawabku padanya
Amanda dengan wajah kebingungan dan khawatir berkata.
“ADA APA HEY!! Apa yang terjadi!!”
Aku kemudian menjelaskan apa yang baru saja terjadi, terlihat Amanda terlihat khawatir dan gelisah karena ceritaku.
“Begitu ya?”