Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 30.
"Kau sudah bangun," Agam beranjak dari sofa, mendekat pada ranjang king sizenya yang ditempati Hena. "Tidurmu lelap sekali."
Hena mengarahkan pandangan ke jendela yang tirainya masih terbuka. Matahari sudah tenggelam, meninggalkan remangnya kegelapan. "Dasar bodoh. Bisa-bisanya kamu tertidur lama saat bersama Pria Arogan ini, Hena!!" Hena merutuki dirinya sendri di dalam hati.
"Bersihkan dirimu dulu. Kau belum makan siang," Pria yang sebenarnya juga belum makan siang itu melangkah ke arah pintu kamar. "Susul aku setelahnya. Kita akan makan bersama."
Hena langsung menghela napas kasar setelah melihat tubuh tegap itu menghilang dari pandangan, meninggalkannya sendirian di dalam ruangan dengan nuansa maskulin yang dominan.
"Aaaaaaaggghhhhhhh!!!" Hena menenggelamkan kepalanya di atas tempat tidur berukuran besar. "Bodoh! Bodoh! Bodoh!" wanita itu terlihat mulai gila karena melakukan gerakan yang berutal, tangan dan kakinya bergerak tidak menentu kesembarang arah.
"Kenapa kau bisa tidur begitu lama Hena," suara itu berubah begitu lemah bahkan terdengar seperti ingin menangis. "Dan berakhir di kamar Pria Arogan ini." Hena menatap ke sekelilingnya.
"Kau harusnya bisa melawan rasa kantuk mu. Dasar wanita tidak waras!" Hena beranjak meninggalkan kasur yang meskipun tidak mengantuk akan tetap membuat siapa pun mudah terlelap di sana. Ia masuk ke kamar mandi dan segera membersihkan dirinya.
Agam membuka jas dan menyampirkannya di bahu sofa yang ia lewati. Pria itu membawa langkah menuju dapur sembari tangannya membuka kancing pada lengan kemeja dan menariknyanya hingga ujung siku.
Dirinya dan Hena sama-sama belum makan siang. Agam berniat membuat dua pasta untuk mengisi perut meraka selagi kekasih pura-puranya itu sibuk membersihkan diri.
Terlahir di keluarga yang biasa menggunakan jasa asisten rumah tangga bukan berarti membuat Agam tidak bisa menyentuh alat dapur. Pria yang memiliki tubuh tinggi tegap itu bahkan menguasai berbagai masakan westren.
"Maaf. Aku tidak menemukan baju ganti."
Agam menghentikan gerakan tanganya yang sedang mengaduk pasta. Mata tajam itu terkunci menatap pada sosok cantik yang kini hanya mengenakan kemeja hitam miliknya dengan rambut setengah basah yang tergerai indah.
Agam mengalihkan pandangannya kembali fokus pada pasta. "Aku akan menghubungi Rama, dia bisa membawakan pakaian ganti untukmu." Pria itu beranjak menuju telepon yang ada di sudut meja barnya.
"Rama?" ulang Hena seraya melangkah mendekat pada Agam. "Pria yang terlihat smart di kantor mu itu?"
"Smart?"
"Hm," Hena mengangguk dan duduk di depan meja bar mini. Mengawasi Agam yang kembali sibuk dengan pastanya setelah berhasil memberi perintah pada asistennya-Rama. "Pria yang manis seperti namanya."
Agam kembali terhenti dari kegiatannya. Ia menatap pada Hena. "Kau mengatakan Rama pria yang manis?"
Lagi Hena memberi anggukan. Bahkan kali ini wanita cantik itu tersenyum begitu manis. Hena membayangkan wajah Rama, terutama raut wajah Pria itu saat pertama kali bertatap muka dengannya.
"Dia pemalas," suara itu terdengar kesal. "Dan selalu lelet dalam bekerja."
"Benarkah?" Hena merasa tidak percaya dengan apa yang Agam katakan. "Tapi aku melihatnya begitu cekatan saat mengambilkan air minum untukku. Dia sepertinya pria yang ulet bukan lelet." perkataan penuh pujian itu terdengar tulus meluncur dari bibir Hena.
"Kau tidak pandai menilai. Rama memiliki banyak tipu muslihat terutama untuk kaum wanita yang mudah tergoda."
"Kau terdengar seperti memiliki masalah pribadi dengannya?"
Kata-kata Hena itu berhasil membuat Agam terpaku. Dirinya sudah selesai membuat pasta dan menghidangkan di atas meja di hadapan Hena.
Cukup lama hening menyelimuti dengan Hena yang terus memperhatikan sosok Agam yang terdiam. Wanita cantik itu menebak jika Agam dan sang asisten-Rama memiliki masalah pribadi.
Keheningan itu akhirnya pecah karena suara bel dari interkom comelit apartemen Agam.
"Sepertinya ada yang datang," kata Hena menyadarkan Agam dari kebekuannya.
"Mungkin Rama. Aku akan memeriksanya."
Agam berlalu menuju pintu apartemennya, memeriksa siapa yang datang. Jika itu Rama seharusnya asistennya itu bisa segera masuk. Selain keluarga, Rama juga mengetahui akses untuk masuk ke apartemen pribadi Agam.
Langkah Agam terhenti saat mengetahui siapa yang ada di luar pintu apartemennya. Ia cukup lama terdiam di depan layar interkom comelit memperhatikan sosok wanita berwajah kecil itu.
"Hai.."
Sapaan lembut itu meluncur dari Alya saat Agam membukakan pintu untuknya.
"Apa aku mengganggu mu?"
Melihat Agam yang hanya diam tanpa menawarkannya untuk masuk ke dalam apartemen membuat Alya sedih.
"Mau apa kau datang kemari?" suara itu terdengar dingin.
"Agam aku...," Alya terasa sulit mengatakan apa yang ingin ia katakan. Mendapati mata yang dulu selalu menatapnya dengan penuh senyuman kini telah berganti dengan ketidak ramahan. "Aku ingin bicara dengan mu."
"Siapa yang datang?" suara Hena mengambil perhatian Agam dan Alya. Wanita cantik itu bertanya seraya melangkah mendekati Agam. Ia cukup lama menunggu Agam yang membuka pintu namun tak kunjung kembali.
Langkah Hena terhenti. Pemilik mata dark hazel itu kaget saat menemukan sosok wanita yang berdiri tepat di depan pintu apartemen dengan Agam yang menahan pintu untuk tidak terbuka sepenuhnya.
Tidak jauh berbeda dengan Hena. Alya jauh lebih kaget. Mendapati seorang wanita cantik ada di apartemen Agam saat malam hari. Pemilik wajah mungil itu mengamati penampilan Hena yang hanya mengenakan kemeja hitam. Matanya mengembun saat menyadari pakaian itu jelas adalah kemeja seorang pria.
Alya kembali menatap Agam, napasnya tercekat. Agam masih setia dengan diamnya. Berbeda dengan Hena, ia menatap Agam dan wanita yang ada di hadapan Agam secara bergantian. "Sepertinya mereka memiliki masalah pribadi." batin Hena berpendapat. "Apa mungkin dia kekasih Agam?"
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣
tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya..
hanya Alam luas lah yang bisa mengurung nya.
Seluas Alam terhampar... Luas dan indahnya Kabupaten "Agam" di Sumatera Barat 🤣🤣🤣