Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Erlan." Ucap Arumi lirih.
"Ya?" jawab Erlan lembut masih dengan tatapan yang seolah sedang menelanjangi Arumi.
"Kita lagi di rumah kamu. Ada Rika juga di sini. Kamu gak bakal berbuat yang aneh-aneh, kan...?"
"Kalau iya gimana?" jawab Erlan santai tapi mampu membuat degup jantung Arumi semakin tak karuan.
"Erlan, please jangan di sini. Aku takut..."
Kalimat Arumi terputus karena telunjuk Erlan yang tiba-tiba menyentuh bibirnya.
"Sssssst..." bisik Erlan.
"Asal kamu gak bersuara. Dia gak bakal tau." Ucap Erlan setengah berbisik.
"Maksudnya?"
"Maksudnya kaya gini."
Tubuh Erlan sedikit membungkuk. Ia meraih leher dan wajah Arumi. Lalu setelah itu ia mendekatkan wajahnya ke arah Arumi. Yang ternyata Erlan berniat ingin mencium Arumi.
Arumi hanya terpaku, ia tak mempercayai tindakan gegabah Erlan. Namun, Arumi sudah sangat pasrah dengan apa yang akan Erlan lakukan padanya.
Hampir bibir mereka benar-benar saling menyentuh, tapi tiba-tiba saja...
"Erlan!" panggil Rika tiba-tiba. Suara yang terdengar masih lumayan jauh.
Arumi seketika tersentak. Sampai reaksinya itu membuat piring yang ia pegang jatuh ke lantai.
Pranggg!!
Piring itu seketika pecah membuat Arumi semakin panik.
"Ada apa?" Rika tiba-tiba muncul dari balik pintu dapur, meski dengan tubuhnya yang masih sempoyongan.
"Maaf Rika!" sesal Arumi yang kini menyaksikan pecahan piring itu.
"Aku akan segera membereskannya."
Arumi hampir terduduk. Namun, Erlan segera mencegahnya.
"Gak usah, Arumi, biar aku aja yang beresin!"
"Tapi..."
"Iya Mbak Arumi. Biar Erlan aja yang beresin. Mbak temenin aku makan ajak, yuk!" jawab Rika.
Arumi terpaksa menuruti permintaan Rika. Ia segera membantunya berjalan menuju ke kamarnya kembali.
Sesampainya di kamar, Arumi segera menyiapkan bubur pemberianya ke sebuah piring yang ia ambil setelah piring yang sebelumnya sudah ia pecahkan.
Dan Rika langsung menikmatinya dengan lahap.
***
"Mbak!" panggil Rika saat bubur yang ia makan sudah habis.
"Iya, Rik?"
"Aku boleh curhat, gak, sama Mbak Arumi?"
"Tentu. Aku akan mendengarkannya."
Rika meletakkan piring kosong beserta sendok di atas meja samping ranjangnya. Lalu setelah itu, ia mulai bersuara.
"Ini tentang Erlan, Mbak." lirih Rika. .
Terlihat kesedihan tiba-tiba tersirat di matanya. Kesedihan yang jarang sekali ia perlihatkan pada siapapun.
"Erlan?"
"Iya, Erlan."
"Ada apa sama dia?"
"Akhir-akhir ini dia berubah, Mbak."
"Berubah?" Kedua alis Arumi seketika bertaut.
Rika mengangguk. Sedangkan Arumi masih bingung dengan ucapannya.
"Dia kayanya nyembunyiin sesuatu dari aku. Dia kaya ..." Ucapan Rika terhenti. Ia masih ragu untuk mengucapkannya.
"Menyembunyikan sesuatu apa?" tanya Arumi.
"Dia kayanya lagi suka sama wanita lain."
Spontan Arumi tersentak mendengar apa yang Rika ucapkan. Seolah Arumi terkena pukulan besar tepat sasaran mengenai tubuhnya.
'Apa dia lagi ngomongin aku?'
'Apa wanita itu adalah aku?'
Ya, Arumi sangat menyadari, kalau tanpa sepengetahuan Rika, ialah yang sedang ia maksud. Wanita yang membuatnya jadi gundah gulana seperti ini.
"Maksud kamu?" Arumi masih berpura-pura tak mengerti.
"Sekarang Erlan makin dingin sama aku. Dia semakin gak peduli. Dan aku sering lihat dia kaya orang lagi kasmaran sama seseorang." Ucap Rika lagi dengan argumennya.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu?" tanya Arumi terbata.
Ia sedang berusaha menepis apa yang sedang di pikirkan Rika tentang Suaminya.
"Feeling seorang Istri, Mbak." gumam Rika.
"Aku cinta bangetsama dia. Jadi hal sekecil apapun tentang dia, gak bakal mungkin luput dari penglihatanku. Dia pasti punya wanita lain, aku yakin itu." tegas Rika semakin membuat perasaan Arumi tak enak.
"Mbak, aku takut kalau suatu hari nanti Erlan bakal ninggalin aku demi wanita lain itu. Kalau hal itu sampai terjadi, aku gak tau lagi apa yang harus aku perbuat. Aku bener-bener gak mau kehilangan dia, Mbak."
Kini suara Rika terdengar sedikit bergetar. Terlihat bulir bening menetes dari kedua matanya.
Rika terlihat sedih. Sedangkan Arumi, masih berpura-pura baik di hadapan Rika.
Arumi mengusap bahu Rika, berusaha membuatnya merasa sedikit tenang.
Ya, yang Arumi lakukan sekarang, seolah sedang berperan menjadi seorang malaikat. Menjadi seorang munafik yang berpura-pura peduli pada perasaan Rika.
Padahal sebenarnya, ia adalah seseorang yang sangat jahat. Dirinya lah yang sudah membuat Rika sedih seperti ini.
Dirinya lah yang sudah menghancurkan hidupnya. Dirinya juga yang sudah merebut Suami yang amat dia kasihi.
***
"Kamu udah mau pulang?" tanya Erlan saat Arumi keluar dari kamar Rika.
Arumi hanya mengangguk, tak membalas dengan ucapan.
"Ayo, aku antar sampai depan rumah kamu." ucap Erlan lagi seraya meraih tangan Arumi.
"Gak usah, Erlan!" Arumi menepis tangan Erlan dengan hentakan kasar membuat Erlan seketika merasa heran dengan sikap Arumi.
"Kamu kenapa Arumi?"
"Gak papa." jawab Arumi bohong yang kini mulai melangkah berniat segera pergi meninggalkan Erlan dan rumah itu.
Tapi Erlan dengan cepat mencegahnya. Lagi-lagi Erlan meraih tangan Arumi untuk mencegah kepergiannya.
"Ayo, ikut aku!" Ucap Erlan sambil menarik tubuh Arumi agar segera berjalan mengikutinya seperti apa yang ia minta.
Rupanya Erlan berniat membawa Arumi ke ruangan studio foto yang selama ini hanya bisa ia lihat dari pintu dapurnya. Tapi sekarang, Arumi sudah menginjakkan kakinya secara langsung.
Setelah di dalam, Arumi didudukkannya dengan paksa di sebuah kursi kecil.
Lalu Erlan kembali beranjak menghampiri pintu studio yang tadi sempat mereka lalui dan menutupnya rapat-rapat.
Setelah itu ia juga menghampiri pintu kaca yang menghubungkan ruangan ini dengan teras galeri, atau lebih tepatnya pintu kaca yang berhadap-hadapan dengan pintu dapur Arumi.
Erlan menutup gordennya juga, sampai tempat itu jadi benar-benar rapat seolah mengurung mereka dari apapun yang terlintas di luar.
Erlan segera duduk di hadapan Arumi. Duduk berjongkok sambil meletakkan kedua tangannya di pangkuan Arumi.
Ia menatap mata Arumi lekat-lekat, sampai Arumi serasa tak bisa berkutik di hadapannya.
"Erlan, kenapa kamu bawa aku ke tempat ini? Nanti kalau Rika tau gimana?" Arumi berusaha mengalihkan suasana.
"Rika ataupun orang lain gak bakal ada yang tau. Lihatlah, ruangan ini udah aman buat kita berdua." jawab Erlan sambil matanya sekilas menoleh ke sekitar.
"Arumi, sekarang jelasin sama aku, apa yang sebenarnya terjadi, hem? Rika ngomong apa sama kamu?" tanya Erlan sambil menggenggam tangan Arumi erat-erat.
"Aku merasa berdosa sama Rika, Lan." jawab Arumi pada akhirnya setelah sesaat ia sempat ragu untuk jujur pada Erlan.
"Berdosa gimana?"
"Berdosa karena perselingkuhan kita ini. Aku udah nyakitin dia, Lan. Aku udah ngerebut kamu dari dia."
"Kamu salah Arumi!" Jawab Erlan.
"Walaupun aku gak pernah ketemu sama kamu, Rika selamanya gak bakal pernah bisa memiliki hatiku. Dari awal aku emang sama sekali gak ada rasa sama dia. Jadi kalau sekarang aku jatuh cinta sama kamu, itu bukan salah kamu, tapi cuma takdir kita yang kaya gini."
"Tapi, Lan ...."
"Ssssst!" Erlan menghentikan ucapan Arumi dengan menempelkan telubibirtelunjuknyanya.
"Kumohon Arumi, hilangkan rasa bersalahmu itu. Tanamkan perasaan kalau kamu sedang berusaha mau meraih kebahagiaan kamu. Aku cinta sama kamu, dan kamu cinta sama aku. Gak ada yang salah sama perasaan kita. Yang salah adalah keadaan yang membuat kita kaya gini."
Kali ini Arumi hanya bisa terdiam mendengar ucapan Erlan. Ucapan yang membuat Arumi kembali yakin dengan perselingkuhan yang sedang mereka jalani.
Perselingkuhan yang teramat indah, namun entah apa yang akan terjadi di kemudian hari.
***************
***************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,