Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Ini tempat kost kelima yang kudatangi, halamannya cukup luas untuk tempat parkir dengan pagar tinggi yang cukup menjanjikan keamanan. Aku memang berencana membeli mobil disini, karena mobilku di Jogjakarta sudah laku terjual saat aku berangkat ke Medan. Saat menuju alamat ini, aku telah menelepon pemilik kost untuk survey kamar. Dan aku yakin itu orangnya yang sudah menunggu dengan senyum di teras gedung kost ini. Setelah memperkenalkan diri dan menunjukkan KTP dan nametag kantor, ibu kost yang ramah ini mengajakku menuju kamar yang masih kosong.
Gedung kost ini memiliki tiga lantai dan tiap lantai ada 10 kamar kost dengan bentuk letter L. Di setiap lantai ada pantry lengkap dengan meja, kursi, wastafel cuci piring, kulkas dan kompor serta peralatan memasak yang dipakai secara umum. Namun menurut ibu kost, karena penghuni kost ini rata-rata pekerja kantoran, jarang ada yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Kebetulan ada kamar kosong di lantai dua, jadi ibu kost membukakan pintu kamar yang berada di posisi kelima dari tangga naik yang diujung lantai. Kamar ini lumayan besar, dengan ranjang ukuran queen, lemari pakaian dua pintu, meja kerja dan meja rias, serta dilengkapi jendela kaca dengan teralis besi yang cukup aman kelihatannya. Kamar ini juga sudah dilengkapi air conditioner, kamar mandi di dalam kamar juga sangat bersih dan nyaman. Aku langsung jatuh cinta dengan kamar ini. Dan ketika kutanya harganya, ternyata masih masuk budget bulananku. Minusnya, lokasi kost ini jauh dari kantor, tidak ada akses kendaraan umum dan tidak dekat dengan minimarket maupun warung makanan. Namun kesan eksklusifnya sangat terasa, nyaman, tidak ramai dan tidak ribut. Yah sesuai sekali dengan kepribadianku.
Langsung saja aku tanda tangan kontrak dengan ibu kost ini. Ternyata ibu kost ini selain pembersih tapi juga sangat teliti. Setelah transfer uang kost satu bulan, ibu kost memberiku slip kuitansi, dan beliau bilang kalau aku bisa masuk besok sore ke kost ini, karena pagi akan dibersihkan dan diperiksa dulu semua. Karena besok siang aku sudah harus checkout dari hotel, aku minta ijin menitipkan barangku besok siang, agar aku bisa berbelanja keperluanku sebelum memasuki kost. Jujur saja, aku tidak bawa barang banyak dari tempat lama. Paling cuma baju dan berkas-berkas penting. Ibu kost bilang barang-barangku boleh dititip di rumahnya jika aku ingin pergi berbelanja. Beliau tinggal bersama suami dan anak-anaknya tepat di belakang gedung kost ini.
Aku kembali ke hotel dan memesan makanan lewat aplikasi online karena malas keluar dan aku sudah lelah seharian. Setelah makan, aku istirahat sembari menonton drama korea yang sedang tayang di negara asalnya. Awalnya, menonton drama korea adalah jalan ninjaku untuk mengalihkan pikiranku saat aku sedang menghadapi masalah yang aku tidak bisa menjawabnya. Melewati masa patah hati saat putus dengan Antonio dulu, kulalui dengan ratusan drama korea yang kutonton setiap aku pulang kerja sampai aku tertidur. Lama-kelamaan, drama korea menjadi tontonan wajib buatku, sedang ada masalah ataupun tidak.
Aku checkout dari hotel di jam sepuluh pagi setelah mandi dan sarapan. Taksi online yang kupesan sudah menungguku di depan lobby. Bergegas aku naik dan taksi pun melaju menuju alamat kostku yang baru.
Sesampainya disana, aku langsung menitipkan barang bawaanku ke rumah ibu kost yang ada di belakang gedung kost-kostan ini. Kemudian setelah ojek online pesananku datang aku pun melaju menuju salah satu supermarket untuk membeli perlengkapan yang kubutuhkan. Dua jam mondar-mandir di dalam supermarket membuat perutku keroncongan. Aku menuju salah satu restoran yang ada di pelataran supermarket ini dan memesan makanan. Troli berisi barang belanjaanku kutitipkan di dekat meja kasir. Sedang asyik bersantap, tiba-tiba seorang pria duduk di depanku dengan sumringah. Aku lumayan terkejut namun segera membalas senyumnya.
"Hai Janetta, apa kabar?”tanyanya dengan senyum lebar seolah dia begitu senang bertemu denganku.
“Aku baik. Tak kusangka bertemu denganmu disini. Sedang belanja atau cuma mau makan?”jawabku dan sekaligus tanyaku padanya, Reyvan, rekan kerjaku saat di Surabaya, yang asli orang Medan. Usianya dua tahun dibawahku, dengan kata lain aku adalah seniornya. Tapi sejak dulu dia tidak pernah memanggilku dengan embel-embel kakak atau mbak. Hanya namaku.
"Aku menemani mamaku belanja bulanan. Tapi aku malas mengikuti maka aku masuk ke restoran ini. Dan ternyata pilihanku nggak salah. Akhirnya bertemu kamu disini, sebelum bertemu besok di kantor.”ujar Reyvan masih dengan senyumnya yang sumringah.
"Hmm.. Pesan dong, nggak enak kalau cuma aku yang makan”kataku.
Reyvan memanggil pelayan dan menyebutkan makanan minuman yang ingin dia pesan. Sembari menunggu pesanannya, dia bertanya mengenai kedatanganku ke kota ini. Aku menjawab semua pertanyaannya dengan antusias. Rasanya menyenangkan bertemu dengan orang yang mengenal kita di kota yang asing bagiku ini.
"Kenapa kamu tidak menghubungiku saat akan kemari ? Aku 'kan bisa menjemputmu di bandara dan menemanimu mencari tempat tinggal baru,” tanya Reyvan.
“Buka apa-apa, aku hanya tidak mau merepotkan siapa-siapa. Yah, sepanjang masih bisa kuatasi, nggak enak harus mengganggu akhir pekan kamu. Hehehe…”jawabku dengan santai.
“Yah, kamu memang selalu begini, Janetta. Belum berubah. Terlalu mandiri sampai-sampai tidak butuh siapapun disisimu.”ucap Reyvan dengan senyum sinis. Aku terdiam.