"Dia membuang sebuah berlian, tapi mendapatkan kembali sesuatu yang kurang berharga. Aku yakin dia akan menyesali setiap keputusannya di masa depan, Illana."—Lucas Mathius Griggori.
Setelah cinta pertamanya kembali, Mark mengakhiri pernikahannya dengan Illana, wanita itu hampir terkejut, tapi menyadari bagaimana Mark pernah sangat mengejar kehadiran Deborah, membuat Illana berusaha mengerti meski sakit hati.
Saat Illana mencoba kuat dan berdiri, pesona pria matang justru memancing perhatiannya, membuat Illana menyeringai karena Lucas Mathius Griggori merupakan paman Mark-mantan suaminya, sementara banyak ide gila di kepala yang membuat Illana semakin menginginkan pria matang bernama Lucas tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Eclaire, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Pembukaan Gardenia.
Thomas Fault menjadi tokoh utama yang ditunggu kehadirannya malam ini, banyak pebisnis menginginkan kerjasama dengan pria lima puluh tahun yang selalu dikelilingi oleh banyak wanita di sampingnya. Sulit untuk bersikap naif jika berususan dengan pria semacam ini, entah dari latar belakang apa saja, tapi telah menjadi rahasia umum bahwa sesekali Thomas Fault meminta 'pelayanan khusus' dari para koleganya.
Illana juga mengetahui tentang ini, sebab ia mengenal salah satu kolega Thomas Fault yang juga berbisnis dengannya dan mengatakan beberapa hal tentang pria setengah abad tersebut.
"Dia memiliki fetish yang cukup menggelitik. Dia juga pemain BDSM, lalu jangan mencoba berkhianat darinya jika kamu tidak ingin berhubungan seks dengan lebih dari lima bawahan Thomas Fault di depan kamera. Lucunya, pria seperti ini justru menjadi pebisnis yang berhasil, meski dia memanfaatkan koleganya dengan beragam cara."
Apakah Illana bersalah jika ia mengharapkan pendekatan yang lebih normal dan bijaksana?
Wanita itu menghela napas seraya memperhatikan interaksi Thomas Fault dengan beberapa kolega di tengah ruangan, sulit baginya menembus pertahanan saat ini, ia akan mencoba berbicara dengan pria itu jika kerumunan di sekitarnya berkurang.
Semoga saja.
"Minum?"
Gelas berisi bir muncul di depan wajah Illana, saat ia menoleh, pria berusia 37 tahun di sampingnya tersenyum seraya menyapa.
"Hai."
"Paman Lucas? Aku tidak tahu bahwa kamu juga menghadiri acara ini, aku memang tidak memperhatikan sekitar." Illana menerima segelas bir tersebut.
"Tentu saja karena fokusmu hanyalah kepada pria 'seribu wanita' berjas putih di sana, bukan?"
Wanita itu mengangguk. "Kamu benar."
"Aku telah memperhatikanmu sejak memasuki tempat ini. Ada apa? Kamu menginginkan kerjasama dengannya?"
"Ya. Aku sedang mencoba peruntungan karena tim kami gagal meraih kesepakatan sebelumnya, dan Nyonya Daphne Yeline berada di pihak Royal Canon. Aku bisa apa?"
"Eum, aku mengerti. Namun, kamu tidak mengecualikannya? Bukankah fantasi liar Thomas Fault tersebar luas?"
Perkataan Lucas cukup membuat Illana ragu, ia begitu percaya diri ketika menghadiri acara malam ini, tapi fakta di depan mata sangat sulit disingkirkan.
Lihatlah betapa posesifnya tangan Thomas Fault ketika menarik pinggang perempuan 25 tahun yang datang menemaninya malam ini, dia pasti sangat menyukai wanita muda.
Tatapan Lucas mengikuti arah netra Illana. "Jangan menjatuhkan dirimu kepada buaya itu. Eum, sepertinya terlalu sederhana, bagaimana jika menyebutnya aligator yang buas?"
Illana tertawa pelan. "Kamu sangat menghibur ketika keraguan muncul di kepalaku."
"Bagus. Jadi, jangan mencobanya, ya?"
Sejenak wanita itu merenung, mencoba menimbang kembali keputusan terbaik. "Maaf, Paman. Aku harus mencobanya dulu, jika memang sulit, aku pasti mundur dan tidak memaksakan diri menjadi umpan aligator."
"Ya. Pikiran segala sesuatu dengan matang."
Illana meneguk birnya. "Eum, apa yang kamu lakukan di sini? Maksudku, selain sebagai tamu undangan, apa memiliki kepentingan tertentu?"
"Ada transaksi kecil yang harus diselesaikan."
"Transaksi?"
"Aku menunggu seseorang selama dua bulan untuk menyelesaikan 'transaksi' ini, tapi dia tetap tidak mendatangiku, bahkan sulit dihubungi. Aku mendengar dia datang kemari, jadi aku harus menyapanya, bukan?"
"Mungkin. Dia. Takut denganmu?" Illana terlihat ragu mengucapkannya.
"Takut padaku?" Lucas tertawa. "Menurutmu, apa aku semenyeramkan itu?"
"Tidak."
"Kamu ingin melihatku marah, Illana?"
"Tunjukanlah."
Lucas tersenyum, lalu memotong jarak mereka seraya membungkuk sebelum membisikan sesuatu. "Jika aku marah, sangat mudah bagiku menghancurkan kekuasaan orang lain. Kamu percaya?"
Ia tersenyum penuh arti saat Illana menelan ludah.
***
Illana hampir menyerah karena cukup sulit mendapat kesempatan untuk mendekati Thomas Fault, selalu saja beberapa orang berdiri di sekelilingnya seperti wartawan.
Namun, saat ia melihat pria itu bersama 'wanitanya' keluar dari gedung dan meninggalkan orang-orang yang sempat berkerumun, Illana bergegas menyusul, ia merasa mendapat kesempatan untuk mendekat.
Illana harus mengimbangi langkah cepat menuruni banyak anak tangga di luar gedung, serta heels tinggi pada sepasang kakinya. Ia terlihat seperti Cinderella yang tergesa pergi karena waktu sudah menunjukan tengah malam.
"Astaga! Hampir saja." Sedikit saja ujung heelsnya salah menginjak sisi anak tangga, ia pasti tersungkur.
Illana berhasil mencapai pria itu ketika tepat berdiri di belakangnya. "Permisi, Tuan Thomas Fault. Bisakah berbicara—"
"ITU TUAN THOMAS FAULT! CEPAT-CEPAT! JANGAN SAMPAI TERTINGGAL."
Tiba-tiba muncul banyak wartawan bergegas menghampiri Thomas Fault yang masih berjalan menuruni anak tangga, menciptakan lagi kerumunan di sekeliling pria itu hingga wanita di sisinya berjalan mundur karena terhimpit tubuh besar wartawan pria di sampingnya.
"Tolong lebih tertib. Jaga ketertiban kalian sebagai pers!" Sekitar tiga bodyguard muncul mengamankan situasi, menahan para wartawan agar menjaga jarak aman dari tuan besar mereka.
"Argh!" Illana meringis menahan sakit ketika ujung heels milik wanita Thomas Fault tak sengaja menginjak punggung kaki kirinya hingga lecet karena ia terlambat menghindar, ia sampai tersungkur dan berakhir duduk pada anak tangga, sementara kerumunan itu berjalan menjauh mengikuti langkah Thomas menuju mobilnya.
"Illana! Apa yang terjadi, huh?" Lucas berlari dari pintu utama sesaat setelah Illana tersungkur, sekarang ia berlutut di depan perempuan itu.
"Kakiku, Paman."
"Kamu terluka." Ia cemas melihat darah keluar dari kulit yang lecet, bahkan sisa pijakan ujung heels tersebut meninggalkan bekas kebiruan.
"Tidak apa-apa, aku harus beranjak dan mengejar Thomas Fault." Meski sudah terluka, ia berusaha berdiri dan mencoba berjalan. Namun, rasa sakit di kakinya membuat langkah wanita itu pincang.
"Berhenti mengejarnya, Illana! Kamu terluka." Lucas geram, mengapa wanita itu sangat berusaha meski sudah terluka?
Ia mengikuti langkah pincang Illana, dan tanpa keraguan sedikit pun, sepasang tangan Lucas segera menggendong wanita itu di depan dada, membuat Illana terhenyak sekaligus membeku selama beberapa detik.
"Paman—"
"Patuhlah. Dia sudah memasuki mobilnya, kamu takkan mendapat kesempatan malam ini. Lebih baik obati lukamu lebih dulu." Ia berjalan menuju taman di belakang bangunan megah tersebut, untungnya Lucas melakukan hal ini di luar gedung, jadi hanya segelintir orang yang menyaksikan perbuatannya—sekaligus cukup menyelamatkan Illana dari gosip tambahan.
Pria itu menurunkan Illana perlahan di kursi taman seraya berkata, "Tolong tunggu di sini, aku akan mengambil sesuatu di mobilku."
Illana hanya mengangguk, ia masih terguncang menanggapi sikap Lucas.
Saat pria itu kembali, Illana merasa canggung, ia berusaha menghindari kontak mata dengan Lucas.
"Untungnya aku masih memiliki plester luka di mobilku." Ia berlutut dan menunduk seraya membuka plester luka, ia sempat mengusap darah menggunakan beberapa lembar tisu. "Sesampainya di rumah nanti, kamu bisa menggantinya, jangan lupa dioles menggunakan salep. Pasti terasa sakit sampai kamu tidak bisa berjalan dengan benar."
"Aku tahu kamu sangat ingin berbicara dengan Thomas Fault ketika mendapat kesempatan, tapi jangan sampai melukai diri sendiri seperti ini. Bukankah kamu sangat ceroboh?"
Sepanjang Lucas mengoceh dan memasang plester luka tersebut, Illana hanya diam, ia tak berkedip memperhatikan wajah Lucas dari sudut berbeda, dan pria itu belum menyadarinya.
"Aku bisa memerintahkan bawahanku untuk mencari tahu schedule Thomas Fault di kota ini jika kamu bersedia menunggu. Sebaiknya sembuhkan dulu luka di kakimu, jangan menyiksa diri sendiri." Ia mendongak, tatapan mereka bertemu, lucunya kali ini Illana tidak menghindar. "Kamu mendengar seluruh perkataanku, bukan?"
***