NovelToon NovelToon
Istri Pilihan Mommy

Istri Pilihan Mommy

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Ibu Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Menikah Karena Anak
Popularitas:9.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

#TURUN RANJANG

Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.

Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.

Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.

*****

"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham

"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Follow ig : desh_puspita.
Kunjungi profile untuk lihat karya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17 - Akhiri Jika Ingin Memulai

"Nadeo mana? Belum pulang ya?"

Zeshan mengelilingkan pandangannya, sembari menunggu Devanka menyajikan kue cubit yang tadi dia pesan, pria itu baru sadar jika hingga saat ini Nadeo tidak kelihatan dimana rimbanya.

"Tadi sudah, cuma ikut Mommy lagi," jelas Devanka mendekat dengan kue cubit yang kini sudah dia tata rapi.

Zeshan mengerutkan dahi, agaknya pria itu belum sadar betapa besar perjuangan Mommy Amara demi membuat keduanya lebih dekat bukan semata-mata karena anak. "Ikut Mommy?"

"Hem, nginep di rumah kak Zain katanya ... kalau mau nyusul boleh, gitu kata Mommy," jelasnya lagi dan masih terkesan abu-abu di telinga Zeshan.

"Siapa?"

"Apa yang siapa?" Bukannya menjawab, Devanka justru balik bertanya dan hal ini adalah kebiasaan yang cukup menguras tenaga.

"Yang disuruh nyusul siapa, Deva ... gitu maksudnya." Walau sedikit sebal karena pasangannya ini kurang nyambung, tapi Zeshan sama sekali tidak emosi dibuatnya.

"Oh, Kakak sih ngomongnya setengah-setengah, sudah tahu IQ-ku rendah." Tanpa menunggu dihina lebih dulu, Devanka mengakui jika faktanya memang begitu. Sejak dulu semua orang tahu bahwa kecerdasan Devanka memang jauh dibawah kedua kakaknya.

"Kita berdua kalau mau ikut nginep kesana saja, tapi kalau tidak mau juga tidak masalah," jelas Devanka lagi sembari duduk tepat di samping Zeshan.

"Oh, kamu maunya gimana?"

"Terserah kakak saja, aku siap dibawa kemanapun ... asal jangan ke neraka saja," jawabnya sesantai itu, tapi berhasil membuat gigitan Zeshan urung tatkala kue cubitnya kembali ke piring pasca mendengar jawaban istrinya.

"Bercandamu tidak lucu, Deva."

"Yang sedang bercanda siapa, itu isi perjanjian pernikahan kita ... siap dibawa kemanapun, kapanpun dan tidak boleh menolak dengan alasan apapun. Kakak sendiri yang buat, lupa?" tanya Devanka dengan mata yang mendelik tajam ke arahnya.

"Iy-iya memang, tapi aku begitu juga ada alasannya."

"Oh iya? Apa tuh alasannya?"

Zeshan memejamkan mata, sebenarnya dia malas membahas hal ini. Hal konyol itu juga dia lakukan karena Devanka terlalu banyak mau. Uang jajan dua digit dan mahar yang cukup fantastis sudah cukup untuk menjadi alasan kenapa Zeshan sampai menyematkan butir-butir itu ke dalam perjanjian mereka.

"Pikir sendiri, Deva ... Kakak malas jawabnya."

"Kalau kakak saja malas jawab, apalagi aku yang disuruh mikir."

Zeshan tidak tertarik untuk adu mulut, dia lebih fokus menikmati kue cubit yang kini masuk satu persatu ke mulutnya. Sudah lama sekali dia tidak makan makanan begini, terakhir mungkin sebelum menikah, itu juga tidak banyak karena dia dapatkan sewaktu bertamu ke rumah om-nya.

Sementara Devanka di sisinya masih menunggu jawaban Zeshan. Andai memang disuruh ikut, dia sangat siap sebenarnya, bahkan sengaja mandi lebih cepat agar tidak kewalahan nantinya.

"Kak Zeshan, jadi gimana?"

"Gimana apanya?" tanya Zeshan dengan mulut penuh hingga membuat suaranya tak terdengar jelas.

"Kita, mau ikut nginep atau di sini saja?"

"Di sini saja, aku tidak betah tidur di rumah orang lain," jelasnya seketika membuat Devanka mengerjap pelan.

"Kok orang lain bilangnya? Kak Zain itu saudara sekandung padahal," protes Devanka merasa ucapan Zeshan agak sedikit kurang menyenangkan di telinganya.

"Terus harusnya aku bilang dia apa? Orang utan? Orang gila? Atau orang-orangan sawah?" tanya Zeshan tertawa pelan, lirikan tajam Devanka sungguh lucu di matanya, sungguh.

"Orang aring, Kak," balas Devanka yang justru semakin sebal mendapati respon Zeshan terhadap pertanyaan seriusnya.

Hanya sebuah pertanyaan sederhana, tapi wajah Devanka sampai secemberut itu dan jelas saja terlihat menarik di mata sang suami. Pria itu tertawa sumbang, hingga kemudian tawanya terhenti tatkala sadar piring di depannya sudah kosong.

"Aku makan sebanyak itu?"

"Tidak, kita makannya berdua, 'kan?"

Tanya sendiri jawab sendiri, Devanka menatap bingung Zeshan yang kini tampak panik usai menghabiskan seluruh kue cubit yang dia tata untuk sang suami.

"Enggak, aku makan langsung dari kotaknya ... kakak sendirian itu."

"Oh berarti sekarang porsinya memang sedikit ya? Kalau dulu banyak," jelas Zeshan agaknya mencoba berdamai dengan diri sendiri.

"Kurang tahu, tapi punya temanku ini isinya 12, Kak."

"Hah? Masa? Rasanya aku baru makan dua," jawab Zeshan seolah tak terima jika dirinya memang sudah makan sebanyak itu.

"Dua empat maksudnya, aku masukin dua kotak ke piring tadi." Devanka membenarkan dan hal itu berhasil membuat Zeshan mengerjap pelan. "Dia pasti berniat membawa racun ke tubuhku, awas saja sampai badanku tidak berbentuk lagi setelah ini," gumam Zeshan tetap konsisten dengan wajah datar yang membuat Devanka meduga sebenarnya tidak ada masalah.

Dia tidak berpikir buruk, Devanka santai saja menikmati makanan yang ada di depannya. Hingga, ponselnya berdering dan sejenak mengalihkan perhatian Devanka.

"Hero?" batin Devanka kemudian menatap sekilas Zeshan yang juga tampak biasa saja, jangankan peduli bertanya saja tidak.

.

.

"Kak aku angkat telepon bentar boleh ya?" Dia bertanya, sekaligus meminta izin dan Zeshan menggangguk pelan hingga Devanka bisa bicara bersama Hero dengan tenang.

Dia tidak mungkin bicara di hadapan Zeshan, karena itu Devanka sengaja mencari tempat dan dapur kotor adalah pilihannya.

"Ada apa?" tanya Devanka seadanya begitu menerima panggilan telepon dari pria itu.

"Baby kamu dimana? Aku sudah punya uangnya ... 140 juta cukup, 'kan untuk kita nikah?"

Deg

Jantung Devanka berdegup tak karu-karuan kala pria itu melontarkan kata-kata yang seharusnya diucapkan Hero satu minggu lalu. 140 juta terlalu berlebihan, saat itu Devanka tidak meminta banyak, asal Hero siap saja. Akan tetapi nyatanya ditolak dengan alasan tidak ada modal untuk menghidupi Devanka.

"Hero kam_"

Sempat terkejut ketika mendengar ucapan Hero, kali ini dia lebih terkejut lagi begitu Zeshan merebut ponselnya tanpa aba-aba. Devanka berbalik, dan saat ini terlihat jelas gurat penuh kemarahan di wajah Zeshan.

Lebih panik lagi, kala Zeshan sengaja mengeraskan volume telepon hingga terdengar jelas suara Hero si seberang sana.

"Kirim alamat kamu sekarang, Deva ... aku sama anak-anak bakal jemput jam delapan malam, Okay, Say_"

Tuuuut

Tanpa basa-basi, Zeshan mengakhiri sambungan teleponnya secara sepihak. Masih dengan wajah datar yang tak terbaca, Zeshan memeriksa ponsel Devanka dan hal itu sama sekali tidak membuat yang punya ponsel protes.

Entah apa yang dicari, hingga tak berselang lama Zeshan meraih tangan Devanka untuk kemudian dia kembalikan ponselnya.

Devanka sudah setakut itu sang suami marah atau bahkan melemparkan ponselnya, di luar dugaan Zeshan justru bersikap begitu lembut.

"Akhiri jika benar ingin memulai kehidupan bersamaku ... mau bagaimanapun, saat ini kamu istriku, Devanka," pintanya seraya mengusap pelan pundak Devanka sebelum kemudian berlalu pergi dari hadapan sang istri. Tanpa ada kemarahan dan caranya bicara sama sekali tidak sesuai dengan ekspresi Zeshan yang luar biasa menyeramkan.

.

.

- To Be Continued -

1
Machsunatul Istianah
ya kak , di tunggu karya2 nya yang lain, semangat 💪💪💪❤️❤️❤️❤️
Machsunatul Istianah
padahal setelah punya istri dia sendiri yang ngasih mobil mainan ke istrinya 🤣🤣🤣
Meyki Official
Luar biasa
miss you
ini Arjuna yg adik tiri nya bima y thor, yg ngefans ameera
miss you
brarti ni zehsan anaknya 3 y.. stiap baca novel kak dhesy klau dh tamat😥
miss you
tp kn kmu dh dpat piknik gratis zain... 😀
miss you
😃😃zain ni ma bakal d ledekin anak2 nya trs... kya opah khail dlu jg nikung😀
miss you
lmyan y zain rejeki, ana yg ngasih gratis msa nolak 😃
miss you
langsung gasken y shan 😀
Chalimah choir
kak kok bisa gokil gitu ya kalo buat novel, bikin yg baca gk berpaling
Chalimah choir
author pinter banget buat senyum yg baca 👍👍👍👍👍
Mak Suli Cee
kak zeshan kurang ajar ya dikira drakula apa makan ternak warga ada" saja nih orang bikin ngakak 🤣🤣🤣
Mak Suli Cee
di part ini bikin nangis 😭😭 ya ampun kenapa air mata ku g bisa berhenti sihh
Rose Reea
wkwkwkkwkwkw
Rose Reea
plaaaaak 🤭🤭🤭🤭🤭
Rose Reea
Devankaaa 😭😭😭😭😭
miss you
lanjut thor
miss you
😃😃😃zehsan terabaikan... ksian deh.... yg sabar y shan... tunggu Waktu yg tepat😁
miss you
azura, perasaan kya namanya spa y ? istrinya mikhail? ap spa y? lupa.. yg jelas perasaan msih karya kak Deshy jg
miss you
hero lg sakit kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!