Anin akhirnya menemukan alasan yang mungkin menjadi penyebab suaminya bersikap cuek terhadapnya. Tidak lain adalah adanya perempuan idaman lain yang dimiliki suaminya, Kenan.
Setelah berbicara dengan sang suami, akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Anin meminta suaminya untuk menikahi wanita itu.
" Nikahilah ia, jika ia adalah wanita yang mas cintai," Anindita Pratiwi
" Tapi, aku tidak bisa menceraikanmu karena aku sudah berjanji pada ibuku," Kenan Sanjaya.
Pernikahan Anin dan Kenan terjadi karena amanah terakhir Ibu Yuni, ibunda Kenan sekaligus ibu panti tempat Anin tinggal. Bertahannya pernikahan selama satu tahun tanpa cinta pun atas dasar menjaga amanat terakhir Ibu Yuni.
Bagaimana kehidupan Anin setelah di madu? Akankah ia bisa menjaga amanah terakhir itu sampai akhir hayatnya? Atau menyerah pada akhirnya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAT 28 Dua Cincin
Menjaga Amanah Terakhir (28)
Malam ini, Anin sudah kembali pada rutinitas nya. Kembali tidur di rumah dan seorang diri karena jadwal Kenan bersamanya sudah mereka habiskan saat liburan.
Ia bersyukur bisa menyempatkan diri berziarah ke makam ibu kandungnya.
" Ah, iya. Aku jadi ingat," Anin yang sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang kembali beranjak menuju lemari.
Di raihnya kotak kayu itu. Duduk bersila di atas kasur sambil mengeluarkan isi dari kotak kayu itu.
Flashback on
" Oh iya, aku bermimpi bertemu ibu," ucap Kenan sendu saat keduanya selesai berbicara.
" Mas merindukannya?," tebak Anin.
Ada beberapa alasan kenapa kita bermimpi bertemu seseorang. Salah satunya karena rindu dan sebelum tidur kita memikirkannya. Karena itu akhirnya sosok yang kita pikirkan masuk ke dalam mimpi.
Kenan hanya mengangguk. "Beliau juga memintaku untuk memberikan sesuatu padamu," Kenan beranjak dari tempat tidur dan menarik lembut tangan Anin ke luar kamar.
" Menitipkan apa?,"
" Aku tidak tahu. Kita lihat bersama-sama saja nanti,"
" Kita mau kemana?," tanya Anin bingung karena Kenan tidak mengatakan apapun.
" Kamar ibu. Katanya ada di dalam brangkas,"
Anin Mengerutkan keningnya. Ia merasa tak pernah melihat jika di kamar ibu mertuanya ada brangkas.
Ceklek
Keduanya masuk ke dalam kamar Bu Yuni yang tampak bersih karena Anin selalu membersihkannya.
Tinggal disana, tentu Anin bisa masuk ke ruangan manapun. Termasuk kamar Bu Yuni. Lagi pula Kenan tidak mempermasalahkan hal itu.
Kenan lalu membuka laci nakas dan mengambil kunci lemari. Kenan memasukkan kunci itu pada lemari besar yang ada di sudut.
Lemari terbuka namun Kosong. Tidak ada apa-apa di dalamnya.
Kenan mnggesek papan kayu tipis yang ada di bagian belakang hingga tampaklah sebuah pintu dari balik sana. Dengan kunci lain, Kenan membuka pintunya.
Anin di buat takjub. Ternyata ada ruangan tersembunyi di balik lemari.
Kamar yang di dominasi warna putih itu tidak tampak aneh. Sama seperti kamar lainnya. Ada tempat tidur dan meja juga ada sebuah brangkas.
Pantas aku tak pernah melihatnya. Ternyata, ada di sini. Batin Anin.
Anin lalu mengikuti Kenan yang berjongkok untuk menekan password hingga pintu brangkas terbuka.
Tidak banyak barang selain tumpukan kertas. Pastinya surat-surat berharga atas aset-aset yang Bu Yuni dan Kenan miliki.
Namun, ada sesuatu yang menarik. Disana juga ada sebuah kotak kayu.
Kenan langsung mengambilnya. Firasatnya mengatakan kotak itulah yang dimaksud sang ibu.
" Ternyata benar, ini," ucap Kenan setelah sedikit mengintip isinya. Ada sebuah foto di bagian atas. Foto seorang perempuan yang memangku bayi mungil.
" Kita di kamar luar saja ya. Disini berdebu," Ajak Kenan pada Anin agar keluar dari ruangan itu.
" Mulai sekarang akan aku bersihkan. Apa tidak apa-apa?," Anin meminta izin.
" Tentu. Tidak masalah," jawab Kenan singkat.
Ruangan itu memang tak tersentuh karena Anin yang tidak tahu. Sehingga sudah pasti debu disana sangat banyak.
"Bukalah!," Kenan merasa Anin yang jauh lebih berhak.
Keduanya kini duduk bersila di atas ranjang milik Bu Yuni dengan saling berhadapan.
Satu persatu barang di keluarkan. Dari mulai foto, kotak merah yang sepertinya kotak perhiasan juga sebuah amplop yang di bawahnya ada buku harian.
Anin langsung membuka amplop yang menurutnya berisi surat. Entah hanya tebakannya saja. Namun, ternyata benar
Assalamu'alaikum.
Anindita, putri bunda. Jika kamu mendapatkan kotak ini, itu artinya bunda sudah tidak ada di dunia ini.
Maaf jika kamu harus tumbuh besar abpa merasakan kasih sayang bunda juga sosok ayah di sisimu. Bunda merasa bersalah karena kamu harus merasakan apa yang bunda rasakan, hidup di panti asuhan.
Namun, bunda tidak punya pilihan. Bunda harus bisa mencari uang yang banyak agar hidupmu terjamin.
Karena itu, setelah kamu berusia tiga tahun, bunda menitipkan kamu pada Yuni. Dia sahabat ibu sekaligus pemilik panti asuhan tempat kamu akan tinggal selanjutnya.
Anin sayang, maafkan bunda. Karena sebuah kesalahan yang seseorang lakukan, kamu hadir di rahim bunda.
Namun, sekalipun di awali karena kesalahan, kehadirannu sebuah anugerah bagi bunda.
Sayang, jika kamu ingin tahu siapa ayahmu dan seperti apa kehidupan kita sebelumnya, bacalah buku harian milik bunda. Buku yang selama ini menjadi teman cerita bunda.
Hiduplah dengan baik. Buda menyayangimu.
Wassalamu'alaikum
^^^Bundamu,^^^
^^^Intan Tiara^^^
Anin mendekap surat itu. Surat yang ditulis tangan yang ia yakini tulisan tangan Sang bunda.
Kenan hanya merangkul pundak Anin. Ia yang sudah berganti posisi menjadi duduk di sebelah Anin karena ingin tahu isi surat itu.
Setelah itu, Anin membuka sebuah kotak yang ternyata berisi sebuah cincin yang indah.
" Pakailah jika kamu mau. Bunda pasti senang jika kamu memakainya," ucap Kenan saat Anin mengamati sebuah cincin dengan hiasan berwarna merah muda. Di tengah-tengahnya.
" Mm, nanti saja,"
Flashback end
Anin mengeluarkan cincin milik bundanya dari kotak perhiasan kemudian menyematkan di salah satu jarinya bersandingan dengan cincin nikah yang sebelumnya adalah milik ibu mertuanya.
Anin tersenyum. Ia tak menyangka ibu Yuni dengan sang bunda adalah sahabat. Bahkan keberadaan ia di panti memeng atas keinginan sang bunda yang berharap Anin akan hidup lebih baik bersama sahabatnya selama ia titipkan untuk merantau bekerja di luar kota.
Ya, tempat Bunda Anin di makamkan awalnya adalah tempat dimana panti asuhan milik Bu Yuni berada. Panti asuhan yang saat itu masih kecil dan baru menampung tidak lebih dari sepuluh anak itu, hanya tinggal di rumah milik si Yuni dan suaminya.
Hingga kemudian mereka pindah ke tempat yang sekarang dengan bangunan panti yang semakin besar atas bantuan para donatur.
...******...
Brakk
Samudera langsung membuka pintu ruangan Kenan dengan tergesa-gesa.
" Ken, ayo pergi. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga," Ucap Samudera tanpa basa-basi yang membuat Kenan bingung.
" Masuk ruangan itu ada tata Krama nya. Kruk pintu. Ucapkan salam,"
Samudera yang biasanya akan melakukan reka ulang jika diingatkan, kini malah diam.
" Maaf. Assalamu'alaikum. Ken, ayo kita ke rumah sakit. Ini darurat," ucap Kenan dengan wajah yang di buat semanis mungkin.
"Wa'alaikumsalam,"
Kenan malah tertawa melihat Ekspresi wajah samudera. Namun, kemudian tawanya hilang mengingat ucapan sang sahabat.
" Rumah sakit? Darurat? Apa terjadi sesuatu?," tanya Kenan khawatir. Pikirannya tiba-tiba tertuju pada Anin. Ya, Anin . Bukan Laras.
" Sebenarnya..."
" Apa terjadi sesuatu pada Anin?," Kenan malah memotong ucapan Samudera.
" Ck, dengar dulu. Jangan potong ucapanku," kesal Samudera. " Tapi, yang pasti istri Tia dan istri mudamu baik-baik saja," ejek Samudera membuat Kenan berwajah masam. Baru sadar beristri dua bukan sebuah kebanggaan.
"Ok. Jadi, ada apa?,"
" Apa kamu dan Laras sudah melakukan hubungan suami istri?,"
" kenapa harus bertanya itu?," kesal Kenan.
" Jawab saja,"
" Sudah," jawab Kenan dengan malas
" Kalau dengan Anin?,"
" Sebenarnya ada apa?,'
" Jawab saja. Jangan banyak bertanya,"
" Sudah juga,"
" Kalau begitu kita harus periksa kamu sekarang juga ke rumah sakit. Jangan sampai Anin kena imbasnya.
" Periksa apa?," tanya Kenan
TBC