Menjaga Amanah Terakhir
Menjaga Amanah Terakhir (1)
" Sayang, mau pesan apa?," tanya seorang laki-laki pada kekasihnya.
Keduanya melihat-lihat buku menu dan menyebutkan pesanan mereka pada pelayan yang sedang menunggu.
Setelah pelayan mengucapkan kembali pesanannya untuk memastikan tidak ada kesalahan, pelayan pun pergi meninggalkan keduanya.
" Mas, kapan kamu mau nikahin aku? Jadi yang kedua juga aku mau," ucapnya tak tahu malu.
Laki-laki yang usianya lebih tua beberapa tahun itu pun diam. Ia dilema. Memang hubungan mereka lebih lama dari usia pernikahannya dengan istrinya yang sekarang. Namun, untuk memiliki dua istri pun, entahlah. Apalagi ia juga sudah berjanji pada almarhumah ibunya untuk tida bercerai dengan istrinya yang sekarang.
" Aku belum tahu," jawabnya singkat.
" Ya, sudah. Kita jalani dulu saja," ucap sang perempuan dengan tetap bergelayut manja di lengan kekasihnya.
Wanita bernama Larasati itu pun tidak lagi meminta kepastian. Karena tidak ingin berakhir dengan perdebatan.
Laras kembali bercerita panjang lebar dan di tanggapi dengan senyuman. Sesekali tangan kokoh itu membelai rambut panjang gadis yang bersandar padanya.
Di sebuah ruangan, masih di restoran yang sama. Seseorang memperhatikan aktivitas keduanya dari balik layar.
Awalnya, ia hanya ingin memantau keadaan di restoran yang memang semakin lama semakin ramai. Tak ada dalam benaknya bahwa hari ini akan melihat pertunjukan yang cukup menguras emosi.
Anin tersenyum getir. Ia tak menyangka laki-laki yang sudah setahun menjadi suaminya itu kini sedang bersama wanita lain yang ia sendiri tidak tahu status keduanya. Namun, Anin sudah bisa menebak.
Sesak itu terasa hingga bulir air mata jatuh di pipinya.
Setahun yang lalu, ibu panti tempat ia tinggal meminta padanya untuk menikahi putra semata wayangnya. Sebagai permintaan terakhir sebelum menghembuskan nafasnya.
Anin yang merasa memiliki hutang Budi yang banyak, akhirnya setuju. Begitupun dengan putranya, Kenan Sanjaya. Ia pun setuju atas dasar bakti pada sang ibu.
Ibu minta, kalian jangan sampai bercerai ya. Pesan ibu mertuanya sesaat sesudah keduanya melakukan ijab qobul.
Hingga beberapa hari kemudian, beliau meninggal dunia.
Hubungan Anin dan sang suami tidak dikatakan buruk juga tidak bisa di bilang baik-baik saja.
Suami Anin memang memberikan nafkah lahir tapi tidak nafkah batin. Bahkan sang suami tidak pernah meminta sekalipun mereka tidur di ranjang yang sama.
Anin awalnya tak terlalu menghiraukan karena berpikir mereka butuh waktu untuk lebih dekat. Mereka tidak saling mencintai sekalipun sudah cukup tahu satu sama lain. Karena Anin tinggal di panti sejak ia masih kecil dan Kenan sering dibawa ke panti oleh ibunya.
Namun, sikap sang suami tetap sama. Tidak ada perubahan sampai terdengar kabar dari mulut ke mulut bahwa suaminya punya kekasih.
Anin tak percaya hingga ia kini menyaksikan sendiri.
Inikah alasannya, mas tak ingin menyentuhku? Mas punya kekasih? Tapi, sejak kapan?
Anin menduga-duga. Apakah wanita itu orang ketiga dalam hubungannya dengan sang suami atau sebaliknya.
Anin mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Dari layar laptop ia masih melihat suaminya yang mengangkat telpon.
" Assalamu'alaikum,"
" Wa'alaikumsalam, mas."
" Ada apa, An?," tanyanya dengan suara datar namun Anin bisa melihat saat tangannya yang satu memegang ponsel, tangannya yang lain menggenggam tangan wanita itu.
" Ehm, ini mas. Mau tanya, nanti pulang tepat atau lembur ya?," pertanyaan yang hampir sering ia tanyakan.
Kadang miris, tidak ada alasan lain ia menghubungi suaminya selain bertanya apa suaminya pulang tepat waktu atau akan lembur.
" Sepertinya pulang malam. Mas makan di luar," seolah paham maksud Anin menghubungi, Kenan langsung mengatakan akan makan malam di luar.
Ya, Anin hanya akan memasak jika suaminya pulang dan makan malam di rumah. Jika tidak, Anin akan makan bersama anak-anak panti di panti Asuhan milih ibu mertuanya yang kini menjadi tanggung jawabnya setelah kepergian ibu mertuanya.
" Oh, ya sudah. Aku izin mau ke panti kalau begitu,"
" Ya,"
" Assalamu'alaikum,"
" Wa'alaikumsalam,"
Anin yang dari tadi menahan air matanya, kini kembali terisak. Suaminya belum pernah tersenyum dan bersikap hangat seperti itu padanya. Tapi, pada wanita lain? Lihatlah.
Mungkin, ini yang membedakan ia dan wanita itu. Wanita itu dicintai oleh suaminya sementara dirinya tidak.
...******...
" Bu, hari ini Anin melihat Mas Kenan dengan perempuan lain. Dia nampak bahagia berbeda jika saat bersama Anin," Anin bercerita sambil membersihkan makam dari daun-daun yang kering.
" Anin sudah berusaha memikat hatinya, tapi cinta itu tetap belum tumbuh juga." ucapnya lagi sambil menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
" Anin sayang ibu, sayang anak-anak panti juga. Anin juga sudah mencintai mas Kenan karena dia suami Anin, satu-satunya laki-laki yang pantas Anin cintai." diam sejenak rasanya berat saat akan mengatakan keputusan yang sudah Anin ambil.
" Bu, Anin bahagia menikah dengan Mas Kenan. Tapi, jika kebahagiaan Mas Kenan bukan dengan Anin, apa Anin harus egois?," tanyanya pada nisan bertuliskan nama Yuni Widyaningsih.
" Hari ini, Anin datang ke makam ibu, Anin ingin minta restu. Anin sudah memutuskan." diam sejenak. " Semoga Ibu merestui apapun yang akan Anin ambil. Ini demi kebahagiaan kita semua. Kebahagiaan Mas Kenan dan anak-anak panti,"
...******...
Setelah sarapan, Anin meminta izin untuk berbicara pada suaminya.
" Mas, boleh bicara sebentar?," tanya Anin.
Ini hari Sabtu dan suaminya libur. Namun, suaminya biasanya akan mengurung diri di perpustakaan atau pergi entah kemana. hampir tidak pernah keduanya menghabiskan waktu bersama.
" Aku tunggu di perpustakaan,"
" Ya, nanti Anin kesana setelah mencuci piring,"
Setelah selesai dengan pekerjaannya, Anin mendatangi suaminya.
Kenan langsung menyimpan buku yang ia baca. Ia tak pernah melihat wajah Anin yang seserius ini.
" Mas, tolong jawab jujur, ini siapa?," tanya Anin sambil menyerahkan ponselnya.
Kenan terkejut saat melihat video dirinya dan Laras di restoran kemarin.
" Kamu dapat ini dari siapa?," Kenan terkejut.
" Bukan dari siapa-siapa. Kebetulan yang mas datangi adalah restoran milik Anin," jawab Anin setenang mungkin.
Deg
" Restoran itu milikmu?,"
Anin tersenyum masam. Padahal ia selalu mengatakan apapun pada suaminya termasuk restoran itu. Tapi, sepertinya suaminya tidak terlalu mendengarkan.
" Iya, Anin kan pernah izin untuk membuka restoran,"
Kenan bungkam. Ia memang tidak terlalu mendengarkan cerita istrinya saat meminta izin. Ia hanya mengizinkan apapun yang akan istrinya lakukan.
" Maaf, aku lupa,"
" Jadi, apa itu kekasih, mas?," todong Anin
" Maaf.,"
Deg
Terasa ada belati yang menikam hati Anin.
" Sejak kapan?," tanya Anin lagi.
Kenan terdiam sejenak. Ia melihat raut wajah Anin yang tampak biasa tapi, tatapan matanya memancarkan kekecewaan.
" Sudah dua tahun ,"
Jeduarrr
Anin diam. Berati, ia lah orang ketiga dalam hubungan suami dan kekasihnya. Miris.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sartini Cilacap
Mampir baca cerita nya
2024-12-22
0
Wy Ky
keren
2024-11-14
0
Sweet Girl
Udah... balikin aja dia ke pacarnya sana...
cari lagi aja laki laki yang mencintai kamu Nin...
2024-10-24
0