"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Aku akan perjuangin kamu Zea." Kaiden
Vandra adalah kakak dari Kaiden yang diam-diam senagaja mendekati Zea agar membuat Kaiden cemburu. "Aku tahu dia mantan pacarmu Kaiden."
Situasi semakin memanas saat sebuah kebenaran identitas Zea terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17 Sarapan dengan Umpatan
Kaiden melajukan mobil Range Rover putih miliknya dengan kecepatan tinggi.
[sayang aku balik duluan yah, mama tadi nelpon katanya sakit]
Isi pesan dari Nesha yang katanya balik duluan. Kaiden menghela nafas kasar. Ia menjambak rambutnya frustasi. "Semoga kamu beneran pulang Nes."
Mobilnya melambat saat sampai di perempatan lampu merah. "Cepet dong." gumamnya sambil menepuk-nepuk stir mobilnya.
Kaiden membuka ponselnya berharap ada notifikasi dari kontak Nesha. Matanya memejam dalam membayangkan hal yang tidak-tidak. Orang tua yang tak lain adalah mama Nesha, tinggal di Surabaya sendirian, biasanya kalau mama Nesha sakit. Kaiden ikut andil untuk mengantar Nesha pulang. Tapi kali ini tidak, bahkan Nesha pergi tanpa berpamitan.
Sewaktu ditoilet tadi. Kaiden tak menemukan keberadaan Nesha. Entah Kaiden juga tak tahu. Apakah ia bersembunyi atau semua itu karangan Ezra yang bilang ia tidak bernafsu. Kepala Kaiden penuh dengan bayang-bayang Nesha.
Rasa cinta pada Nesha sangat besar, apapun yang Nesha mau pasti Kaiden turuti. Termasuk dengan hunian apartemen miliknya yang ia berikan pada Nesha. Tak peduli mewah atau apapun itu. Baginya Nesha segalanya. Sebanding dengan rasa egois Kaiden yang juga masih mencintai Zea.
Selama seminggu ini Nesha tidak masuk kampus. Berulang kali Kaiden mendatangi hunian milik pacarnya itu. Tapi nihil, Nesha tidak ada. Bahkan pesta ini. Kaiden harus menahan rasa sakit. Karena Nesha datang diantar oleh seseorang yang Kaiden benci, dia Ezra.
Ting
Kaiden memeriksa hpnya dengan gerakan cepat. Wajahnya memanas kala mendapat isi pesan dari Nesha.
[Kai aku bakalan lama di Surabaya. Kamu jangan khawatir ya. I love you. Muach]
Ting
[Bentar lagi aku landing. Nanti kalau udah sampai aku kabarin ya sayang]
Kaiden menghela nafas lega. Akhirnya rasa ketakutan dan kekhawatiran nya mereda. Setelah lampu jalan berubah menjadi hijau Kaiden langsung melanjutkan perjalanan. Kali ini ia akan pulang kerumah.
Kaiden melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Angin malam menerpa wajah tampannya dari kaca mobil yang ia buka. Matanya memejam, mengingat hari ini sangat melelahkan.
Nekat bangat datang ke acara pernikahan Nadia dan Yuka yang padahal gak begitu kenal. Kenal karena bisnis dan kerja sama antar kerjasama perusahaan. Niat hati ingin memperdalam dan memperluas pergaulan dengan para petinggi, eh malah ketemu Zea, mana cantik banget.
Pukul 11.00 pm
Mobilnya melambat saat memasuki pagar tinggi, yang dibukakan oleh pak Hadi.
"Malam den." Sapanya saat membukakan pintu.
Kaiden menyerahkan uang seratus ribu dari tangannya. "Buat jajan pak."
Pak Hadi menerima dengan senyum lebar. "Makasih ya den."
Ia bergerak cepat mendorong pintu gerbang saat melihat bokong mobil milik Kaiden menjauh. "Alhamdulillah." Hadi mengantongi uang pemberian Kaiden dengan ucapan syukur.
Brak
Kaiden keluar saat mobilnya sudah berbaris rapih di garasi. Ia menatap mobil Bugatti berwarna biru milik Vandra. "Berarti langsung pulang tu anak." gumam Kaiden dengan senyum lebarnya.
Merasa bersyukur karena Zea gak dibawa keluyuran atau kemana-mana.
Masuk kedalam rumah, dengan keadaan yang sangat sepi. Elias dan Eliana sudah pulang terlebih dahulu sebelum Vandra. Jadi bisa Kaiden pastikan bahwa kedua orang tuanya sudah tidur. Tak pedulikan itu ia naik ke lantai dua, ke kamarnya.
Membanting tubuh lelahnya di atas kasur king size miliknya. "Arkh..." Ia mengerang saat meregangkan tubuhnya. "Encok juga ni badan, dasar tulang lansia!" Omelnya pada dirinya sendiri sambil tertawa renyah.
Ia mengambil ponsel dan membuka menu arsip. Sengaja dikunci supaya Nesha tidak tahu. Bibirnya mengulas senyum, saat jarinya mengelus potret gadis yang ia cinta.
Potret Zea sedang tersenyum manis saat makan berdua dengan Vandra. Ngambil fotonya dari belakang Vandra jadi yang kelihatan cuman Zea.
"Duniaku berat. Tapi senyummu mengalihkan seluruh beban itu."
Ia memejam sambil memeluk ponselnya. Tak lama dengkuran halus terdengar, Kaiden telah sampai pada gerbang alam baka. Eh salah! alam mimpi maksudnya.
***
Pagi-pagi sekali Zea telah bangun dari tidurnya. Seperti biasa ia akan membereskan seluruh pekerjaan rumah, Zea sangat telaten, tidak satu pekerjaan yang ia kerjakan. Ia sebisa mungkin membagi waktu agar segala pekerjaan selesai dengan cepat.
Pukul 07.00
Semua anggota keluarga Maverick berkumpul dimeja makan. Mereka siap untuk sarapan bersama, dan setelahnya memulai kesibukan masing-masing.
Zea berjalan membawa nampan yang berisi teko kaca bening berisi teh. Meletakan teko perlahan diatas meja.
"Ze tolong tuangkan ya." pinta Estiana yang sibuk mengambilnya sarapan untuk suaminya.
Zea mengangguk dan mulai menuangkan teh satu per satu ke dalam gelas. Zea mengangkat wajah saat mendengar tawa dari atas sana.
Keyvara turun dengan tawa.renyahnya, disusul dengan seorang gadis yang berjalan dengan senyum lebar dibelakang nya.
"Sarapan dulu ya, ntar kita berangkat bareng dari sini." ucap Vara menenteng tasnya kearah meja makan.
Ia menarik satu kursi kosong, kursi yang biasa Zea duduki.
"Loh Yoan kamu disini." Tanya Elias yang sedari tadi menatap, memahami.
Gadis yang bernama Yoan tadi mengangguk. "Iya Om, tadi malam Yoan juga nginep disini, maaf kalau gak izin sama om dan tante." Jawabnya sopan.
Esti membalas dengan senyum tipisnya. "Gapapa sayang, sering-sering main dan nginep disini juga boleh kok."
Elias menangguk. "Yaudah ayo makan, kamu harus cobain masakannya mbak Zea."
"Iya Yoan, dijamin nambah." Vara menimpali. Membuat fokus gadis cantik bernama Yoan itu menatap Zea dengan alis meliuk. "Kayak pernah lihat." Batinnya yang terus memperhatikan.
Zea berdiri mengelilingi meja makan, menyodorkan segelas teh hangat. "Ini mas teh nya." Ucapnya saat menyodorkan teh untuk Kaiden.
Kaiden melirik kekaki Zea, "Pincang mbak?" Tanyanya lirih.
Zea jadi melirik kearah kakinya. Ia menggeleng dengan senyum tipisnya.
Vandra memperhatikan interaksi didepannya. Ia berdehem, "Ekhem, Ze mana teh untuk saya."
Wajah Kaiden yang menahan kesal. "Iri bilang bangs*t." Umpat Kaiden tanpa suara
Vandra menahan senyum, ia membalas. "Cemburu bilang. Cuakss." Lirihnya tanpa suara disertai gerakan tangan yang menyilang di leher.